Russel mempercayai perkataan pamannya seraya kembali bertanya, “Om, memangnya di mana nyamuknya sekarang?”Stefan langsung membuka telapak tangannya agar Russel bisa melihatnya. Namun, Russel tidak menemukan nyamuk itu. “Om terlambat menepuknya, jadi nyamuknya sudah terbang.”Russel mengangguk polos. Olivia langsung tertawa kecil melihat perilaku Stefan dan Russel. Bagaimanapun juga, Russel hanyalah seorang anak kecil yang tidak bisa mengalahkan orang dewasa, sekalipun anak itu sangatlah pintar. “Russel, kita pulang duluan, ya. Om Stefan masih ada urusan.”Russel langsung melambaikan tangan kecilnya ke arah Stefan seraya berkata, “Dadah, Om Stefan!”“Kamu harus segera istirahat setelah sampai rumah, ya. Dengarkan perkataan Tante Olivia dan jangan nakal. Nanti, Om akan membawamu ke Vila Ferda kalau kamu menurut sama Tante dan Om.”Russel dengan cepat berjanji seraya berkata, “Aku nggak akan membuat masalah dan akan menurut sama Tante Olivia.”“Sayang, kembalilah bekerja. Kami pulang d
Lagi pula, Katarina datang ke Mambera sendirian karena dirinya. Jadi, Samuel merasa harus bertanggung jawab atas keselamatan Katarina selama gadis itu masih berada di Mambera. Selain itu, Katarina adalah calon istri yang Nenek pilihkan untuknya. Bukan hanya keluarga Doha saja yang akan membuat perhitungan dengannya kalau sampai hal buruk terjadi kepada Katarina, tapi Nenek juga pasti akan memarahinya. Tidak lama kemudian, Samuel menelepon Stefan. “Kak, aku menginap semalam di kamarmu, ya?” tanya Samuel meminta tolong kepada Stefan setelah kakaknya itu mengangkat panggilan teleponnya. “Kamu bisa tidur di kamar mana pun, selain kamar utamaku,” jawab Stefan yang terbiasa menggunakan kamar utama sebagai tempatnya beristirahat sejenak. “Oke, makasih ya, Kak.”“Gimana keadaan Katarina?”“Dia benar-benar mabuk sampai muntah dan haus. Aku nggak bisa pergi meninggalkannya malam ini, makanya aku memutuskan untuk menginap di sini. Aku akan mengembalikannya ke kamarnya sendiri setelah matahar
Kota Aldimo Provinsi Sarga. Ronny memutuskan untuk duduk di area dapur sambil membaca berita dari ponselnya untuk menghabiskan waktu setelah semua hidangan selesai disajikan. Sekarang, dia hanya perlu menunggu hasilnya. Sore ini benar-benar sibuk. Dia sudah menyiapkan makanan yang dihidangkan malam ini sejak dia bangun tidur pagi tadi. Pemimpin keluarga akhirnya pulang menjelang malam. Para pelayan membawa setiap masakan yang dipersiapkannya sejak sore tadi dan Ronny tidak harus keluar dari dapur. Dia baru dipanggil keluar setelah Yohanna mencicipi masakannya dan merasa puas. Dia harus terus menunggu sampai ada panggilan dan baru boleh meninggalkan dapur setelah semua anggota keluarga Pangestu meninggalkan ruang makan. Walaupun Ronny sangat percaya diri dengan masakannya, dia mulai cemas ketika belum juga mendapatkan panggilan ketika langit sudah berubah gelap. Dia masih bisa membaca berita melalui ponselnya, tapi hatinya terasa tidak tenang. Dia tidak ingin menjalani ujian dan da
Tommy langsung melengkungkan bibirnya dengan penuh rasa kecewa. “Jadi, gimana rasa makanan malam ini?” tanya Yohanna mengalihkan pembicaraan. “Enak, Kak! Enak sekali!”Sepupunya yang masih kecil juga ikut berkata, “Enak sekali, Kak. Apa aku boleh makan setiap hari di sini?”Yohanna langsung tersenyum seraya berkata, “Boleh, kok! Tapi, kalian harus makan dengan serius dan nggak boleh memainkan makanan.”Kedua anak laki-laki itu tampak sangat menggemaskan ketika bersama. Hanya ada mereka berdua sebagai keturunan laki-laki di keluarga Pangestu di generasi ini. Oleh karena itu, semua anggota keluarga sangat menyayangi mereka. Mereka sangat suka bermain bersama dan membuat keributan di rumah utama. Para tetua juga mendukung mereka dan memberikan apa pun yang mereka ingin mainkan. “Oke, kami pasti akan patuh!”“Kalian pakai mantel saat main di luar karena udara sangat dingin.”Kedua anak itu berlarian dengan penuh kegembiraan menuju luar rumah sambil berpegangan tangan. Yohanna langsung
“Berdasarkan pengalamanku, kamu sudah lulus,” balas Pak Jaka sambil tersenyum. “Sekarang, keluarlah dan temui Bu Yohanna. Kamu nggak perlu gugup. Walaupun Bu Yohanna kelihatan serius, tapi dia adalah orang yang sangat baik.”“Terima kasih, Pak Jaka. Saya akan keluar dan menemui Bu Yohanna.”Ronny tidak takut dengan orang serius. Karena dia tahu, sikap serius Yohanna pastinya tidak sebanding dengan Stefan. Ronny sudah terbiasa dengan sikap serius Stefan dan sudah kebal dengan orang-orang seperti mereka. Ronny mengikuti Pak Jaka keluar dari dapur. Pak Jaka memperhatikan kalau Ronny sama sekali tidak melihat sekelilingnya dan terpesona dengan kemewahan rumah ini setelah mereka keluar dari dapur. Dia sangat berbeda dengan kandidat koki lainnya yang selalu terpesona dengan kemewahan rumah ini dan melihat ke sekeliling mereka. Pak Jaka langsung berpikir kalau Ronny pasti sudah melihat dunia atau mungkin pemuda ini memiliki kemampuan konsentrasi yang baik. Pak Jaka memiliki kesan yang cuku
Namun, Ronny lebih memilih untuk datang ke Kota Aldimo dan melamar sebagai koki keluarga Pangestu daripada mengurus bisnisnya sendiri. Yohanna ingin mengetahui alasan Ronny melakukan hal ini. Ronny pun berkata dengan jujur, “Karena saya butuh tantangan. Saya sudah suka memasak sejak kecil dan mempelajari banyak keterampilan memasak dari berbagai guru. Saya sudah memiliki banyak pengalaman memasak masakan dalam negeri. Walaupun saya sudah berhasil membangun bisnis saya sendiri, tapi saya tahu masih ada langit di atas langit.”“Saya masih harus banyak berkembang dan mulut pelanggan adalah motivasi saya untuk terus berkembang.”Bagaimanapun juga, Ronny adalah seorang koki. Dia menganggap dirinya lulus ujian jika pelanggan makanannya menganggap makanannya lezat. Dia juga tidak segan untuk melakukan perubahan guna meningkatkan kemampuan memasaknya ketika pelanggan memberinya saran. Dia akan semakin termotivasi ketika bertemu dengan pelanggan yang pilih-pilih makanan seperti Yohanna. Namun
Kemudian Ronny berkata, “Saya senang akan kejujuran seperti ini.”Dira mengangkat alisnya lalu berkata sambil tersenyum, “Kamu sangat percaya diri, ya.”Yohanna melirik Dira lalu kembali bertanya kepada Ronny, “Kapan kamu bisa mulai bekerja?”“Saya bisa mulai bekerja kapan saja.”Yohanna tersenyum lalu berkata, “Kalau begitu, kamu resmi menjadi koki pribadi rumah ini mulai besok. Pak Jaka sudah menyiapkan kamar untukmu. Gajimu juga akan mulai dihitung besok. Masa percobaan selama satu bulan dan kamu akan menerima gaji harian. Kami tidak akan membiarkanmu bekerja tanpa dibayar di sini.”Semua koki yang datang ke sini juga merasakan hal yang sama. Mereka akan dibayar harian. “Pak Jaka sudah menyiapkan kamar sejak kemarin. Saya tidak ada masalah dengan perhitungan gaji. Saya datang ke sini karena tantangan, jadi gaji bukanlah prioritas bagi saya saat ini.”Ronny memang tidak kekurangan uang. Sekarang, apa yang dibutuhkannya adalah seorang istri.“Baik, kamu bisa kembali ke kamarmu dan be
Kemudian Yohanna berkata, “Aku yakin, Om dan Tante pasti setuju kalau kamu bersamanya dengan kariernya yang cukup baik itu. Tapi, mungkin mereka enggan menikahkanmu dengannya karena dia berasal dari Mambera yang cukup jauh dari sini.”“Kak! Aku kan sudah bilang kalau aku nggak tertarik sama dia! Aku justru merasa kalau dia sangat cocok sangat Kakak. Kita itu 7 bersaudara dan Kakak adalah yang tertua. Aku nggak akan mungkin melangkahi Kakak dan menikah lebih dulu,” balas Dira penuh emosi. Entah mengapa, Dira merasa kalau Ronny menatap Yohanna dengan penuh arti. Tatapannya kepada Yohanna tampak berbeda dengan pandangannya kepada orang lain. Lagi pula, Ronny melamar sebagai koki di keluarga mereka karena Yohanna. Semua tamu Ronny pastinya akan puas dengan masakannya selama Yohanna juga menyukainya. Semua itu karena mulut Yohanna yang sangat suka pilih-pilih makanan. Dira juga berpikir kalau tidak banyak orang yang memiliki mulut seperti Yohanna. Yohanna langsung mencubit pipi Dira lalu
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu