Akhir pekan keadaan toko memang lebih sepi dan tidak banyak kerjaan. Hampir seharian penuh mereka tidak ada kerjaan sama sekali. Sesungguhnya tidak masalah kalau tidak membuka toko.Olivia pergi ke toko karena lebih tenang. Dia bisa menyelesaikan bisnis internet dia. Junia juga datang ke toko hari ini. Melihat Olivia ada di sana membuat perempuan itu terkejut dan bertanya, “Olivia, kenapa kamu datang juga hari libur? Biasanya kamu bawa keponakan kamu main di taman."“Toko internetku sudah saatnya unggah barang baru.”Olivia menyulam sambil menatap temannya itu dan bertanya, “Kamu?”“Nggak perlu dibahas, aku diomelin mamaku dan nggak tahan, makanya aku kabur ke toko.”“Kenapa tante ngomelin kamu lagi?”“Karena dia menyalahkan kita malam itu nggak mendapatkan pasangan kaya raya di pesta. Lagian memangnya dia nggak sadar anaknya seperti apa?! Dia pikir putrinya ini perempuan paling cantik di dunia?!”Olivia menyemburkan tawanya saat mendengar Junia mendumel. Semua orang tua di dunia pasti
Sarah menerima banyak barang kerajinan tangan yang terbuat dari kawat tembaga buatan Olivia. Semua barang itu terlihat seperti asli. Sarah sengaja menaruh barang-barang itu di tempat yang paling mencolok di rumah. Sekalipun barang-barang itu tidak berharga, semua itu pemberian cucu menantunya.Saat ada tamu datang ke rumah dan melihat barang kerajinan tangan itu, mereka juga akan memuji keterampilan Olivia. Sarah akan mengambil kesempatan untuk mempromosikan barang-barang Olivia. Orang-orang itu akan membeli barang kerajinan tangan di toko Olivia, sehingga secara tidak terlihat Sarah telah membantu meningkatkan penjualan toko online Olivia.“Nenek, silakan diminum airnya.”Junia menuangkan segelas air untuk Sarah.“Terima kasih. Junia, kamu di toko juga hari ini.”“Gara-gra mamaku selalu desak aku untuk menikah. Jadi aku sembunyi di toko untuk menenangkan diri. Mamaku selalu atur kencan buta untukku, sampai aku merasa seperti barang yang nggak laku saja. Nih, malam ini aku disuruh ke k
Sarah tersenyum dan berkata, “Kenapa nggak berani? Kalian sudah jadi suami istri yang sah secara hukum. Kalau Stefan nggak mengambil inisiatif, kamu yang mulai saja. Nenek ingin cepat punya cicit.”Olivia menjawab dengan wajah tersipu, “Nenek, aku nggak takut Nenek marah. Sejujurnya, dengan wajah cucu Nenek yang tegas begitu, aku benar-benar nggak bisa melakukannya.”Sarah, “....”Stefan mirip dengan kakeknya, orang yang tegas dan dingin. Sarah jatuh cinta pada suaminya ketika masih muda. Dia juga mengejar sang suami selama bertahun-tahun. Setelah berbagai upaya, dia baru berhasil mendapatkan hati suaminya itu.“Stefan ibarat tulang. Kalau aku gigit dia, aku seperti gigit tulang yang sudah dibekukan di freezer selama setahun. Sudah dingin, keras lagi. Semua gigiku bakal copot.”Sarah, “....”“Nenek nggak usah khawatirkan masalah aku dan Stefan. Biarkan saja, jangan dipaksakan.”Lagi pula, Olivia menikah dengan Stefan tanpa ada perasaan cinta. Sementara itu, Sarah mengomel dalam hati.
Junia semakin tertawa, dia sangat menyukai Sarah yang humoris. Dia belum pernah bertemu langsung dengan Stefan. Namun, dia tahu dari Olivia kalau pria itu orang yang tegas dan dingin. Entah bagaimana Sarah bisa punya cucu seperti itu, sama sekali tidak mirip dengan Sarah.Sesaat kemudian, Calvin datang. Dia datang menjemput neneknya yang sedang menyamar. Sang nenek tidak lupa mengingatkannya untuk membawa mobil yang lebih murah.Mobil termurah di garasi rumah mereka adalah BMW yang biasa dipakai ART untuk pergi beli sayur. Namun, harganya juga lebih dari satu miliar. Kalau beli sekarang sudah tidak sempat lagi. Oleh karena itu, Calvin hanya bisa pinjam mobil pickup dari tukang kebun di rumah untuk jemput sang nenek.“Kak Olivia, aku datang jemput nenek pulang.” Calvin masuk ke toko dan menyapa Olivia.“Oke, hati-hati di jalan. Nenek, kalau sudah sampai rumah kasih kabar, ya.” Olivia berpesan pada keduanya. Dia juga memberikan dua barang kerajinan tangan yang dibuatnya hari ini kepada m
“Kamu tahu apa?” tukas Sarah.Sarah memiliki motif tersembunyi. Calvin langsung memahami maksud sang nenek. Dia pun tersenyum dan berkata, “Nenek kerjain Kak Stefan lagi?”Sarah memicingkan mata pada cucunya itu, “Kalau kamu tanya-tanya lagi, aku akan kerjain kamu.”Calvin langsung terdiam. Meskipun dia bersimpati pada Stefan, dia memilih untuk diam demi ketenangan hidupnya sendiri. Lebih baik Stefan yang dikerjai daripada dia yang dikerjai.Sang nenek adalah orang yang usil, sifat kekanak-kanakannya muncul kembali. Dia paling suka menggunakan cucu-cucunya untuk melatih kemampuannya.Di sisi lainnya, Olivia sudah tutup toko. Dia mengambil helm dari temannya dan memakainya. Kemudian, dia mengambil kunci motor dan berkata, “Aku yang pakai.”Junia duduk di belakang dengan tenang. Dia pun memeluk pinggang Olivia dengan santai sambil berkata, “Olivia, andaikan saja kamu seorang pria. Aku pasti akan nikah sama kamu, nggak harus didesak setiap hari sama mamaku.”“Jangan main-main. Nggak boleh
“Junia, silakan duduk lebih lama.”Rendy sedang semangat memamerkan rasa superioritasnya. Dia enggan membiarkan Junia pergi.“Maaf, Rendy. Aku rasa kita nggak cocok. Kita nggak usah bertemu lagi.”Junia mengatakannya secara langsung, lalu dia menarik Olivia pergi.Mereka berjalan terus, lalu Olivia tiba-tiba berhenti.“Ada apa, Olivia?”“Suamiku.”“Apa?”Junia belum tersadar, Stefan sudah berjalan ke depan mereka. Mata pria yang hitam pekat tertuju pada Olivia. Sudut bibir pria itu terangkat tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Namun, itu justru membuat Olivia merasakan kalau Stefan menyindirnya.Mengapa Stefan mengejeknya? Olivia menoleh dan melihat Rendy yang datang mengejar dia dan Junia. Seketika Oliva mengerti, dia pun menjelaskan, “Temanku, Junia, datang untuk kencan buta. Aku temani dia datang ke sini.” Olivia tidak terburu-buru untuk mencari mangsa lain. Stefan tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun.Junia akhirnya bertemu dengan suami dari pernikahan kilat sahabatnya. Ternya
Olivia tidak tahu apa yang dibicarakan Stefan dan nenek. Dia terkejut ketika bertemu Stefan di Avana Coffeehouse. Begitu teringat sang nenek membantu Junia membujuknya untuk menemani Junia, Olivia pun mengerti mengapa Stefan bisa muncul di sana.Namun, untuk apa nenek melakukan itu? Demi membuat Stefan salah paham padanya? Padahal bukan Olivia yang pergi kencan buta, Junia yang kencan buta. Sekalipun Stefan melihatnya di sana ....Olivia teringat kembali ketika dia melihat Stefan di Avana Coffeehouse tadi, ekspresi pria itu lebih dingin dari biasanya. Selemot-lemotnya Olivia, dia juga tahu kalau Stefan sudah memikirkan yang tidak-tidak saat itu. Terutama karena Junia pergi ke toilet pada saat itu, sehingga Stefan melihatnya hanya berdua dengan Rendy.Untung saja, setelah Junia keluar dari toilet, sahabatnya itu segera memberi penjelasan. Ekspresi wajah Stefan baru sedikit melembut.Olivia tidak mengerti mengapa nenek melakukan hal seperti ini. Dia pernah menyelamatkan sang nenek. Akan
Stefan teringat dengan video yang dikirimkan neneknya. Olivia sedang fokus membuat barang kerajinan tangan. Saat itu, Olivia sangat memesona.Stefan tidak mengakuinya. Dia melihat video itu berulang kali. Akhirnya, dia mau tak mau harus mengakuinya dalam hatim. Seorang perempuan yang sedang fokus pada satu hal dan penuh percaya diri memancarkan aura menawan di sekujur tubuhnya. Seperti sebuah magnet besar yang bisa menarik perhatian orang lain.Orang bilang, perempuan yang percaya diri adalah perempuan yang paling cantik. Stefan memang dapat melihat kepercayaan diri di dalam diri Olivia setiap saat. Perempuan itu adalah perempuan yang sangat kuat dan mandiri.“Aku dewasa begini nggak tahu rasa masamnya cuka. Kelak juga nggak akan tahu ... kamu belum tidur?”Stefan tiba-tiba melihat Olivia datang dari balkon. Dia tertegun sejenak. Kemudian, Calvin yang berada di ujung telepon lainnya berkata, “Aku baru mau tidur. Tiba-tiba aku teringat kamu, makanya aku telepon kamu. Sebentar lagi mau t
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu
Risa sedikit banyak juga sudah mendengar tentang asal-usul keluarga Brata. Dia pun berkata, “Keluarga konglomerat kebanyakan cuma kelihatan damai di luar saja, padahal di dalamnya banyak ribut dan saling bermusuhan. Paling cuma sebagian kecil saja keluarga konglomerat yang nggak punya konflik internal. Bahkan keluarga dekat saja bisa jadi musuh cuma demi mendapat keuntungan pribadi.” “Waktu aku pergi untuk perjalanan bisnis, aku dengar keluarga Gatara yang ada di Cianter juga akhir-akhir ini lagi ribut parah. Ada perebutan kekuasaan antara keturunan kepala keluarga yang sebelumnya dengan kepala keluarga yang lagi menjabat sekarang. Bahkan ada rumor yang bilang kalau kepala keluarga yang sekarang itu membunuh pendahulunya. Nggak ada yang tahu kebenarannya, tapi yang jelas konfliknya dalam banget dan terjadi banyak pertikaian,” Yohanna menambahi. “Nggak usahlah urusin keluarga orang lani. Yang penting keluarga kita sendiri aman sentosa, nggak perlu ribut sampai berselisih kayak keluarg
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna