Share

Bab 3

Author: Syanin
last update Last Updated: 2024-03-19 15:36:49

Pria itu pun membalikkan tubuh Eva ke arahnya dan sebuah kecupan mendarat di puncak kening Eva dengan lembut.

Cup!

"K-kamu...."

Senyum manis Anggara langsung sirna, dan digantikan dengan wajah dingin. Karena posisinya membelakangi para orang tua, jadi hanya Eva yang bisa melihat perubahan ekspresi itu.

“Eyang sedang memperhatikan kita,” bisik Anggara dengan penuh penekanan membuat Eva tidak jadi bertanya. "Jangan bertindak macam-macam di depan mereka."

Tubuh Eva langsung kaku. Ia tidak mengangguk, atau hanya sekadar tersenyum. Saat Anggara membalikkan tubuhnya pun Eva hanya bisa menundukkan kepala.

Makan malam pun berlangsung. Eva lebih banyak diam dan menikmati makanannya perlahan. Sepanjang makan malam, Anggara menunjukkan bagaimana ia adalah suami yang perhatian padanya.

Anggara mengambilkan Eva piring, minuman, bahkan memotongkan dagingnya. Sikapnya berbeda 180 derajat dari kemarin. Meskipun begitu, hati Eva malah bertambah sakit.

Pria ini seolah menganggap kejadian kemarin tidak pernah ada.

“Besok biarkan Ayah kamu yang mengurus kantor, kamu harus ajak istrimu honeymoon!” ucap Bunda Zia tiba-tiba ketika pembahasan mereka mengarah ke kesibukan Anggara.

“Apa?” balas Eva dan Anggara serempak terkejut.

Eva tanpa sadar meremas gaunnya. Ia takut kalau Anggara akan memperlakukan sama seperti malam itu ketika mereka berbulan madu. Tidak bisa dipungkiri, bulan madu pasti akan identik dengan hal semacam itu.

“A-aku—”

Namun, sebelum Eva menolak, Anggara lebih dulu berbicara, “Anggara sangat sibuk, Bund. Tidak bisa, pernikahan kemarin saja sangat membuat jadwalku acak-acakan.”

“Tidak ada penolakan! Apa-apaan kalian, baru menikah, tapi sudah sibuk bekerja! Kamu segera buatkan aku cicit.” Eyang Cakra menimpali dengan tegas. "Atau, tidak usah saja mewarisi perusahaanku!"

Eva diam, tapi matanya melirik Anggara yang tengah mencengkram sendok dengan erat. Ia pun mengangkat kepala, dan pada saat itulah tatapannya bertemu dengan Anggara. Pria itu tampak sangat marah.

Eva langsung berpaling. Setelah menarik napas dalam, ia berkata dengan senyuman tipis. “Benar kata Mas Gara, Bund, Eyang. Lebih baik jika diundur saja dulu.”

“Lagipula,” Eva melanjutkan. “Banyak yang harus dipersiapkan, kan.”

Eva pikir, dengan alasan seperti itu, Eyang Cakra akan luluh. Namun ternyata, rencana itu gagal.

“Tidak perlu, Eyang sudah siapkan. Besok kalian bisa berangkat.” Eyang melebarkan senyumannya.

***

Keesokan harinya, keluarga melepas kepergian mereka sampai bandara. Eva dan Anggara tidak bisa kabur karena mata-mata mereka terus mengawasi sampai ke ruang tunggu, menuju boarding.

Eva duduk di sisi jendela pesawat, mengabaikan Anggara yang sibuk sendiri dengan ponselnya. Pria itu terus mengabaikannya setelah lolos dari pengawasan para orangtua. Jangankan membantunya menyeret koper, menyamakan langkahnya saja tidak mau.

Eva cukup lelah, semalam tidak tidur nyenyak karena selalu terbangun dengan waspada. Meskipun pada akhirnya mereka tidak tidur sekamar, tetap saja Eva takut kalau tiba-tiba Anggara menyerangnya lagi.

Setiba di Bandara Ngurah rai, Anggara tetap saja cuek. Padahal, Eva kesusahan dengan kopernya, tapi Anggara tetap berjalan dengan kedua tangan di sakunya berjalan, meninggalkan Eva yang kesusahan.

Seperti yang dikatakan Eyang, semua sudah disiapkan olehnya. Ketika sampai sudah ada seseorang yang tentu menjemput keduanya. Anggara tidak berulah, hanya mengikuti orang itu sampai ke hotel bintang 5, yang ada di pinggir hotel.

‘Kenapa dia jadi penurut sekali?’ dahi Eva berkerut bingung melihat Anggara yang begitu tenang.

“Anggara sayaaaang….”

Baru saja Eva berpikir begitu, tiba-tiba ia mendengar suara melengking panjang dari arah belakang. Anggara, yang sedang melakukan check-in hotel pun menoleh, begitu juga dengan Eva. Wajah pria itu langsung semringah.

“Bagaimana perjalanan kamu?” Wanita yang memakai gaun pantai tipis berwarna kuning itu langsung memeluk Anggara.

Anggara menyambutnya, bahkan mencium pipi wanita itu sekilas. “Lumayan.”

Eva mematung. Dia pikir, Anggara tidak berulah hingga beberapa hari ke depan, ternyata tidak.

“Siapa dia?” guman pelan Eva.

Eva menatap datar Anggara dengan cengkraman erat di kopernya. Anggara tidak menanggapinya, bahkan membiarkan wanita berpakaian sangat seksi itu menciumnya beberapa kali.

Eva merasakan sesak di dada, ingin sekali berteriak marah. “Tapi, aku hanya istri di depan Eyang dan keluarganya,” batin Eva tersadar kenyataan itu.

Hingga Anggara dan wanita menjauh, meninggalkan dirinya di meja resepsionis. Mereka terlihat masuk lift lebih dulu.

Dari kecil, Eva tidak pernah diajarkan berbicara kasar. Namun sekarang, bibirnya tidak bisa menahan lagi. “Brengsek!”

“Kak, kuncinya.” Suara resepsionis menyadarkan Eva dari lamunannya.

Eva menarik napas panjang, lalu berusaha memaksa tersenyum. Eva segera mengambil kunci kamar hotelnya.

“Terima kasih,” lirih Eva nyaris tidak terdengar.

Ia naik menuju lantai 7, dan mencari nomor hotelnya. Begitu ketemu, ia membuka pintu itu dengan kunci di tangannya. Koper besar itu pun diseretnya masuk.

“Ahh… kamu nakal sekali, Sayang!”

Betapa terkejutnya Eva ketika mendengar suara desahan dari ruang tamu kamar hotelnya. Ia segera mempercepat langkahnya, terlebih ketika suara kecapan bibir semakin jelas.

“Apa yang—”

Suara Eva tercekat ketika melihat Anggara sedang mencumbu wanita bergaun kuning itu. Bahkan posisi wanita itu sudah ada di pangkuan Anggara.

Anggara menjauhkan bibirnya dari leher wanita itu dan menoleh. “Oh? Maaf.”

Maaf? Mata Eva membulat, tidak percaya apa yang baru didengarnya. Itu adalah permintaan maaf paling tak tulus yang pernah Eva dengar. Belum lagi tatapannya yang datar, dan senyum miringnya itu.

Eva menggenggam tangannya dengan keras, lalu menunjuk pintu. “Keluar dari kamarku!”

“Kamarmu?” Anggara mendengus. “Ini kamarku.”

Dari semua tempat, puluhan kamar hotel yang ada, Anggara memilih tempat yang dipesan Eyang untuk bercumbu dengan kekasihnya. Rasanya, migrain Eva semakin parah.

“Anggara,” desah Eva sambil memijat pelipisnya, sejak kejadian itu, ia sama sekali tidak mau memanggil Anggara dengan 'Mas'.

"Tidak bisakah kamu menghargai aku sedikit saja di sini? Eyang yang memesan ini untuk kita, bukan untuk kamu dan..." Eva menarik napas sejenak, menyaring kata yang akan keluar. "Wanita ini."

Anggara malah tertawa keras. “Apa kamu mau aku menganggapmu sebagai istri sungguhan?”

Benar, memang sulit berbicara dengan Anggara. Akhirnya, Eva menyerah.

"Baiklah, jika mau kamu seperti itu." Eva mengangguk sekali. "Mungkin lebih baik aku yang pergi saja agar tetap waras."

"Ya, pergi saja."

"Jangan salahkan aku kalau Eyang menghubungimu setelah ini."

“APA?!” terdengar suara keras dari Anggara, tapi Eva tidak peduli.

“Silakan lanjutkan,” ucap Eva, sebelum menutup pintu kamar itu dengan keras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 77

    “Bagaimana kerja kamu hari ini?” Anggara dengan balutan baju tidur keluar dari kamar mandi. Langkahnya pelan menghampiri Eva yang sibuk dengan ponselnya.Kedua pasangan menginap di rumah Mama Dara tentu Aluna berhenti berdebat karena suara rendah Mama Dara. Entah perempuan muda masih belum menerima kenyataan kakaknya yang disakiti, atau mungkin karena sesama perempuan dengan ego tinggi merasa tidak terima dengan perlakuan Anggara dengan mudah mendapatkan maaf kakaknya.Eva mendongak kepalanya dengan cepat. Beberapa saat aktivitasnya terhenti ketika mendengarkan pertanyaan Anggara. Bukan merasa aneh, lebih tepatnya kenapa Anggara perlu bertanya, merasa tidak biasa.“Kamu tanya?” balas Eva dengan nada malas.Anggara segera duduk di sofa kosong tepat di sebelah Eva. Anggukan kepala Eva lakukan, kemudian membalas tatapan Eva dengan sorot mata menunggu jawaban dari Eva.“Bukannya laporan Sarah tidak telat, bukan?” balas Eva dengan nada sindiran, “kurang kerjaan banget ada Sarah.”“Kamu bis

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 76

    “Mama ….” Eva memeluk Mama Dara. Pelukan begitu erat seakan lama tidak bertemu.“Sudah mulai bekerja lagi?” Mama Dara membalas pelukan dengan lembut. Tatapan beralih pada kedatangan putri sulungnya yang tidak sendiri, ada David dan perempuan yang baru ditemuinya.“Baru hari ini, Ma.” Eva melepaskan pelukan dengan pelan.“Kenapa David tidak bercerita?” Kedua mata Mama Dara menatap David, kemudian bergerak cepat beralih menatap Sarah hari ini hanya punya kerjaan satu hari penuh tidak menjauh meninggalkan Eva.“David juga baru tahu, Ma.” David mengatakan tanpa ekspresi seperti biasanya.“Sore, Tante.” Sarah menyadari tatapan Mama Dara segera mengulurkan tangannya. Tersenyum dengan sopan santun.“Sore, Sayang. Ini siapa? Mama baru lihat. Pacar kamu David?” Mama Dara tertawa seraya menatap anak laki-laki dengan gelengan kepala.David nampak terhenyak beberapa saat karena terkejut tuduhan tiba-tiba Mama Dara, sementara Eva sudah duduk di sofa.“Tidak menyangka sekali, ini sangat peningkatan

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 75

    Eva menatap bingung dengan kelakuan Anggara. Masih dengan wajah tidak mengerti ucapan terakhirnya, lebih tepatnya di saat ini merasakan jantungnya terpompa lebih cepat karena tindakan Anggara yang menciumnya di depan David. Meski pria terlihat datar tidak peduli tetap Eva tidak merasa biasa.“Ibu ukuran sandalnya berapa?” Sarah bertanya dengan pelan ketika Anggara sepenuhnya tidak terlihat lagi. Suaranya terdengar memburu sepertinya tadi cukup menguras tenaganya membawa barang brand tidak hanya satu, melainkan cukup memenuhi kedua tangannya.Eva segera tertarik dari lamunannya sekilas hanyut jauh menatap Anggara yang keluar ruangannya. Langkahnya begitu nampak terburu-buru, bahkan mengabaikan sekertarisnya Sarah yang masih tertinggal.“Tiga sembilan, kenapa?” kata Eva menatap Sarah mulai mengeluarkan sandal-sandal yang dibawanya.“Syukurlah.” Sarah membuang napasnya lega.“Kenapa?” Eva masih belum mencerna.“Mau minum dulu?" David menyerahkan air mineral. Tidak menunggu Sarah menerim

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 74

    “Davit, kapan kamu datang?” Eva tidak kuasa untuk langsung menghamburkan memeluk adiknya.Davit segera membalasnya, memeluk dengan wajah cuek, datar, senyum sekilas tampak sedikit langsung lenyap dalam hitungan beberapa detik.“Apa sekolah kamu selesai? ada agenda apa pulang? kenapa tidak ngabarin?” Eva melepaskan pelukan. Pertanyaan muncul dengan beruntun dan berbicara terdengar sangat cepat.“Dua hari yang lalu. Hampir selesai, doakan segera selesai.” David melenggang menuju sofa. Dimana Anggara yang menyaksikan adegan pelukan itu dengan rasa dongkol dan cemburu karena ia tidak seluassa dan sebebas Davit memeluk Eva yang tampak mesra.Eva segera mengikuti. Masih mengenakan sandal bulu miliknya. “Kenapa tidak ngasih kabar. Kamu baik-baik saja, bukan?”Davit hanya membalas dengan anggukan sekali. Kemudian tatapannya menoleh teralih menatap Anggara. “Kak Angga, aku sudah kirim email. Aplikasi baru milik Kakak luar biasa.”Eva mengerutkan dahinya. Apalagi respon Anggara terlihat mengang

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 73

    Eva menatap tampilannya saat ini. Entah sudah tidak terhitung berapa kali dia melihat tampilannya kini, hingga sampai di kantor semakin membuat Eva memelankan langkahnya setelah menyadari tatapan tidak biasa para karyawan sejak keluar mobil.Ekor matanya melirik Anggara tidak melepaskan belitan tangan menggenggam tangannya sejak keluar mobil. Pria yang terkenal, sombong, arogan dan bermulut pedas tanpa ekspresi melangkah satu langkah lebih dulu dari langkahnya.“Ada apa? apa merasakan sakit?” tanyanya sangat jelas terdengar. Semakin membuat suara bisik-bisik dan perhatian karyawan tertuju pada Eva dan Anggara.Eva menggeleng pelan. Merapatkan langkahnya mendekati Anggara. “Tampilanku jelek banget? mereka melihat terus.”“Mereka punya mata.”Anggara mengatakan dengan santai. Menoleh sekilas dan mata mengedarkan ke sekitar menurutnya hal biasa.“Bukan itu,” kesal Eva.“Kamu seksi dan cantik, Sayang. Jangan lupakan kalau suami kamu cukup sangat tampan, jadi biasakan seperti ini.”Eva lant

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 72

    “Duduk dulu. Tunggu sebentar.” Anggara datang dengan kursi meja rias. Wajahnya tampak sangat datar tidak terbaca. Suara tidak sekeras sebelumnya, terdengar merendah penuh penekanan seperti menahan amarahnya.Eva masih tidak mengerti menautkan alisnya. Tangan kanan masih memegang handle pintu yang belum terbuka sepenuhnya.“Duduk, jangan kemana-mana.” Anggara mengatakan tegas. Menarik Eva dan mendudukkannya pelan.Eva tidak bisa mengelak banyak. Apalagi gerakan Anggara kali ini. Kemudian nampak pria itu mulai berlari menuju walk in closet dengan langkah cepat terburu-buru.“Apasih? gak jelas.” Eva mengatakan dengan kesal. “Aku tidak tuli,” geramnya mengingat tidak terima atas suara keras Anggara yang terkejut, tapi di terima Eva seperti bentakan perintah.“Ganti sepatu kamu.” Anggara datang dengan sandal rumahan milik Eva. Sandal berbulu imut tanpa hak yang dibelikan Bunda Zia, beberapa waktu lalu. Sandal trepes satu-satunya miliknya.“Apa!” Eva memekik kaget. Menatap sepatu berhak tid

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 71

    “Kamu mau kemana? kenapa sudah cantik sekali?” Anggara menatap Eva. Tubuhnya mulai terlihat lebih berisi, meski setiap malam selalu mual-mual hingga muntah parah.Bila kebanyakan ibu hamil merasakan morning sick parah setelah bangun pagi, beda dengan Eva lebih sering mual di malam hari di dua Minggu terlahir ini.Eva melanjutkan menyisir rambutnya. Menatap Anggara dengan balutan pakaian olahraga dari kaca riasnya. Dokter kandungan sudah mengatakan janinnya sudah kuat, bahkan Eva tidak mengalami flek lagi. Bisa dikatakan dua Minggu hampir tiga minggu diperlakukan Anggara seperti orang lumpuh berhasil membuat kehamilannya aman, atau bisa dikatakan emang bayi tanpa rencana yang hidup di rahimnya memilihnya untuk jadi ibu.“Ke kantor. Lama gak ke kantor.” Eva mengatakan dengan tenang. Masih melanjutkan merapikan ribut dan mengaplikasikan skincare ke wajahnya.“Apa!” Anggara tampak terkejut. Keringat terlihat menetes di wajahnya, rambut tampak lembab. Langkahnya segera berayun cepat mendek

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 70

    “Semua sudah aku urus. Berkas perceraian yang naik sudah aku tarik. Pengalihan sudah tidak jelas semua harta akan berpindah pada kamu dan anak kita.” Anggara kembali dengan kertas di tangannya. Suaranya terdengar tenang, tapi beda dengan Eva sangat penasaran apa yang dimaksud atas apa yang Anggara katakan.“Maksudnya?” Eva menautkan alisnya. Ponselnya sudah diabaikan dan fokusnya pada Anggara.“Kamu bisa baca sendiri.” Anggara tersenyum tipis. Menyerahkan kertas pengalihan harta yang baru diterimanya tidak lama. Bahkan pengesahannya tepat saat Eva masuk ke rumah sakit, itu artinya saat peresmian sekaligus pesta pernikahan yang berakhir dengan berita kehamilan. Dan saat ini tepatnya kemarin semua berubah isinya.Eva menerima dan setiap kata tertulis, angka hingga huruf tidak lepas dari kedua mata Eva. Ia butuh dua kali untuk membaca untuk menyakinkan semua, meski kenyataannya isinya sangat jelas dan sebenarnya bukan pertama kalinya membaca meski dengan konsep dan isi yang berbeda berb

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 69

    Eva melototkan matanya. Perasaan baru beberapa hari tidak memegang ponsel dan yang terjadi sangat luar biasa. Berita tentang pernikahan menjadi trending, begitu juga kehamilannya menduga karena tragedi saat resepsi dan dibenarkan oleh Anggara. Bahkan di akun media sosialnya biasanya sepi saat ini sangat ramai sekali.“Apa-apaan ini?” Eva sampai tidak berkedip. Notifikasi tidak berhenti ketika ponselnya mulai menyala. Bagaimana bisa akunnya di temui oleh orang-orang. Bahkan karyawannya banyak yang tidak tahu jadi sekarang tahu. Apalagi komentar yang bermunculan tidak berhenti.“Astaga! dia banyak idola!” Eva menggeleng melihat tag dirinya dengan Anggara.“Dia milikku!” lirih Eva dengan muka mulai serius. Dahi berkerut dengan alis terangkat.“Apa maksudnya? akun tidak jelas!” Eva mengatakan dengan pelan. Dua kata aneh dengan tanda seru tidak hanya sekali begitu banyak dibaca berulang-ulang oleh Eva. Belum lagi akun tidak ada nama yang jelas pemiliknya bisa dikatakan akun palsu.Guratan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status