Siska dan Pasha hanya tersenyum simpul saat melihat anak-anak remaja itu begitu gembira.“Ayo kita jalan sekarang,” ajak Pasha kemudian, Siska mengangguk dan membiarkan anak-anaknya berpencar dalam pengawasan Saga.Berhubung sedang weekend, pasar malam itu begitu penuh sesak dengan lautan manusia dari berbagai umur dan gender. Banyak orang yang mendirikan stan jualan seperti pernak-pernik, pakaian, sepatu dan hiburan mulai dari rumah hantu, kereta hias untuk mengelilingi area pasar malam, dan masih banyak lagi.“Mau jajan apa, Sis?” tanya Pasha. “Harum manis? Atau ... itu ada burger mini, mirip di sekolah kita dulu.”Pasha menunjuk penjual yang sedang membuat beberapa pesanan burger yang mengantre di depannya.“Boleh, aku beli itu aja.” Siska mengangguk setuju. “Kamu sendiri?”“Ya samalah,” sahut Pasha. “Yuk, kita ke sana.”Siska berjalan di samping Kalandra dan ikut mengantre sementara Pasha sudah memesan empat kue leker besar kepada penjualnya.“Aku yang pesan minum ya, Sha?” ujar S
“Ayah sudah berangkat kerja?” tanya Cilla dengan nada cemberut. “Sudah, dari tadi.” Ririn menjawab sambil mengangguk dengan wajah curiga.“Oke, aku mau lihat keterampilan Tante sebagai ibu baru aku.” Cilla melipat kedua tangannya dan berkata lambat-lambat kepada Ririn. “Tapi Tante jangan salah paham, aku melakukannya karena ingin memastikan bahwa ayahku tidak salah memilih istri.”“Ah, iya ...” gumam Ririn muak, dia berharap semoga ini bukan awal dari serangkaian mimpi buruk yang akan menghadangnya selama tinggal di rumah istri pertama suaminya.Sesaat berikutnya Ririn mengikuti Cilla berjalan mengelilingi rumah dan kadang berbelok tajam tanpa tahu dirinya mau dibawa ke mana. Tanpa bertanya pun Ririn tahu jika Cilla sengaja berputar untuk pergi ke tempat tujuannya.“Nah Tante, aku ingin sekali melihat bagaimana biasanya Tante memasak untuk ayah aku.” Cilla membawa Ririn ke dapur setelah berputar-putar. Dia meminta semua pelayan yang sedang sibuk bekerja untuk menyingkir setelah itu d
Siska baru saja tiba di rumah ketika melihat Ririn yang dipapah oleh asisten rumah tangganya.“Kenapa dia?” tanya Siska datar kepada Saga.“Ngeluh kecapekan, katanya ...” jawab Saga sambil meletakkan tangannya di bahu Cilla. “Capek, tapi masih bisa ngomel sama Cilla.”Siska memandang Cilla yang wajahnya pucat.“Ibu kan sudah bilang jangan cari masalah sama Tante Ririn kan?” tanya Siska datar. “Cukup ayah kalian saja yang berurusan sama dia, kita tidak perlu ikut-ikutan. Mengerti?”“Tapi, Bu ...” Cilla bertukar pandang dengan Saga. “Aku nggak suka Tante itu ada di sini, aku benci sama dia.”Siska diam saja meskipun dalam hati juga merasakan kebencian yang serupa, tapi dia tidak boleh mengajari anak-anaknya untuk membenci Ririn secara terang-terangan. Sementara itu Ririn sendiri sudah sangat tersiksa dengan perlakuan anak sambungnya kepadanya dan siap untuk mengadukan hal ini kepada Roni saat dia pulang kerja nanti.Sore harinya, tepat ketika mobil yang dikemudikan Roni tiba di halaman
“Kalian tahu? Karena perbuatan kalian, Ririn keguguran!” desis Roni sambil menahan marah.Wajah Roni terlihat merah padam sekarang, sementara Siska membekap mulutnya sendiri.“Ririn ... keguguran?” ucapnya dengan mimik terkejut.“Aku kecewa sama kamu,” sahut Roni. “Aku tinggal di sini dengan niat baik supaya kamu dan anak-anak kita mengenal Ririn lebih dekat lagi, tapi apa yang kalian lakukan?”“Mas, memangnya istri kamu anak kecil sampai kami harus menjaganya?” sergah Siska tidak terima. “Jaga wibawa kamu di depan anak-anak kita sendiri ...”“Terserah,” pungkas Roni sambil berbalik dan masuk ke ruangan Ririn.“Bu, ayah sudah keterlaluan ...”“Sudahlah,” potong Siska seraya menarik lengan Saga saat dia akan menyusul Roni. “Ayah kamu baru kehilangan calon anaknya ....”Saga mendengus dan menjatuhkan dirinya ke bangku panjang yang ada di depan ruang tempat Ririn dirawat inap.Roni kini memandangi Ririn yang masih lelap tertidur, dia merasa kecolongan karena tidak bisa menjaga Ririn deng
Ririn yang berada di rumah sakit ditemani mertuanya, hanya bisa menunduk sedih setiap kali teringat dengan janin yang tidak dia sadari.“Jangan sedih berlarut-larut, Sayang.” Ibu Roni mengusap bahu Ririn lembut. “Banyak perempuan yang tidak tahu kalau dirinya hamil ...”“Apa itu sebabnya aku keguguran, Bu?” tanya Ririn dengan wajah paling sedih. “Cuma karena aku tidak tahu?”“Banyak faktor, bisa karena janin tidak berkembang, stres, kelelahan karena aktivitas yang berlebih juga bisa memicu keguguran.” Ibu Roni menjelaskan. “Kamu yang sabar ya?”Ririn seketika teringat dengan rasa lelah yang menyerangnya dan tugas-tugas yang dibebankan Cilla kepadanya beberapa hari ini. “Ibu juga menyesalkan sikap cucu-cucu ibu,” ujar ibu Roni lagi. “Tidak seharusnya dia memperlakukan ibu sambungnya seperti ini, Rin.”“Bukan salah mereka,” ucap Ririn dengan suara bergetar. “Dari awal memang seharusnya aku tidak masuk ke keluarga Mas Roni, aku ini cuma wanita biasa Bu ...”Ibu Roni mendekap Ririn denga
Ibu Ririn mengangguk antusias sambil memandang putrinya dengan bahagia.Selama belum ada kejelasan soal status pernikahannya dengan Roni, Siska memutuskan untuk tetap tinggal di rumah hasil tabungan mereka berdua."Kamu tidak usah cemas, Siska. Kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi ibu," ucap ibu Siska setiap kali dia berkunjung ke rumah orang tuanya."Terima kasih, Bu ..." ucap Siska lega."Tapi kalau terpaksa harus cerai, kamu harus tetap berjuang untuk mendapatkan pembagian harta Roni," sambung ibu lagi."Mauku juga begitu, Bu," sahut Siska yang seketika lesu. "Aku tidak rela Mas Roni menggunakan harta kami buat menafkahi istri keduanya, memangnya dulu siapa yang sudah setia menemani dia dari nol?"Siska tersenyum sebelum masuk ke dalam taksi yang akan membawanya pulang, dia memang jarang menggunakan mobil pribadi kalau sedang tidak ingin."Hati-hati di jalan, Sis." Ibu melambaikan tangan ketika taksi mulai melaju pelan meninggalkan rumah. Meski masih merasa sangat shock dan terpuku
Jangan lupa subscribe, follow, dan komen setelah baca ya :)"Terus sekarang setelah kamu sukses, kamu lupa diri dan menganggapku sebagai istri yang tidak baik cuma karena aku tidak setuju kamu menikah lagi." Siska menggeleng. "Coba kamu pikir, apa Ririn sanggup menemani kamu dari nol seperti yang pernah aku lakukan dulu?"Roni meminta Siska diam dengan tatapan matanya."Aku ke sini untuk kasih kamu dua pilihan," desaknya. "Kamu mau menerima Ririn sebagai madu kamu, atau kita ....""Lebih baik kita berpisah," tolak Siska. "Kalau kamu memang cinta sama Ririn, aku bisa apa? Keputusan kamu jelas bikin aku sakit hati, tapi mau bagaimana lagi?""Siska, jangan ambil keputusan saat emosi ... Ririn tidak seburuk yang kamu pikir!" bujuk Roni. "Aku cuma tidak ingin selingkuh, makanya aku nikah lagi."Siska mengangkat bahunya."Kamu benar, mungkin aku bukan istri yang baik buat kamu." Dia membenarkan. "Aku lebih memilih jalan perpisahan daripada melihat wanita lain menikmati hasil pengabdian yang
"Terima kasih, aku harap proses perceraian ini secepatnya berjalan lancar.""Kamu sudah pikirkan ulang tentang keputusan kamu ini?" tanya Pasha sembari duduk."Soal apa?""Semuanya, anak-anak kalian terutama."Siska menahan napas."Aku melakukan ini demi kebahagiaanku," katanya. "Ketika seorang ibu merasa bahagia, dia akan menghasilkan anak-anak yang jauh lebih bahagia pula."Pasha mengangguk, dia setuju dengan apa yang dikatakan Siska.Sementara itu ....Beberapa kali telepon interkom di meja Roni berdering ketika dia sedang fokus bekerja."Halo?""Pak, pihak supplier meminta Anda untuk memeriksa pesan yang mereka kirimkan," ujar sekretaris Roni buru-buru "Tunggu sebentar, nanti saya kabari." Roni menutup teleponnya dan segera meraih ponsel yang berada di atas meja."Tumben pihak supplier tidak menelepon secara langsung?" gumam Roni sambil mengernyit. "Atau ada hal yang aku lewatkan?"Roni mengacak-acak rambutnya, ini semua gara-gara Siska yang mengancam akan menggugat cerai dirinya,