LOGINLanjutannya, lanjutkan sendiri, ya. wkwkwkwkwk
Ayudhia melongo mendengar ucapan suaminya, detik berikutnya dia melipat bibir, menahan tawa karena perkataan suaminya.Apalagi, ekspresi wajah Arlo saat ini sangat menggemaskan. Sampai-sampai Ayudhia mengulurkan kedua tangan, lalu menangkup kedua pipi Arlo dan mengarahkan wajah suaminya ke arahnya.“Aku tidak salah, ‘kan? Kenapa kamu marah?” tanya Ayudhia.Melihat suaminya yang masih saja menghindari tatapan darinya, Ayudhia semakin gemas. Dia sedikit menegakkan tubuhnya sambil menarik kepala Arlo ke arahnya sebelum mendaratkan kecupan manis di bibir suaminya.Samar, Ayudhia melihat tatapan terkejut dan malu dari sorot mata suaminya, membuat Ayudhia segera berucap, “Aku tidak berani mencuri-curi gambar karena itu privasimu. Tapi, kalau kamu ingin aku melakukannya, baiklah, mulai sekarang aku akan mencuri-curi.”Mendengar apa yang dikatakan istrinya, Arlo menggenggam kedua telapak tangan Ayudhia, lantas mendorong tubuh istrinya sampai jatuh ke belakang, kepala Ayudhia tepat di pegangan
Ayudhia duduk di sofa kamar, kedua kakinya ditekuk sejajar sebagai sandaran untuk sketsa yang sedang dipegangnya.Ayudhia sedang membuat sketsa gaun. Dia tidak bisa hanya diam di rumah, tetap harus ada yang dikerjakan.Saat sedang asyik membuat sketsa, Ayudhia mendengar suara pintu kamar terbuka. Kepalanya bergerak memutar ke arah pintu, tatapannya langsung tertuju pada suaminya yang baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.“Kamu sudah pulang,” sapanya.Ayudhia segera menurunkan kedua kakinya dari sofa. Dia segera bangkit dari duduknya, lantas berlari kecil menghampiri suaminya.Senyum kecil berhias di wajah Arlo ketika melihat tingkah istrinya. Begitu Ayudhia sampai di hadapannya, Arlo bertanya, “Sedang apa? Kenapa tidak beristirahat?”Kedua pipi Ayudhia menggelembung, bahkan bibirnya sedikit mengerucut saat mendengar pertanyaan suaminya.”Ini baru jam berapa kok sudah ditanya istirahat? Sejak pulang dari perusahaan sampai sekarang, aku hanya di dalam kamar, masih kurang isti
Andreas memakai setelan kemejanya. Dia mematut dirinya di depan cermin, tatapannya lurus tertuju pada bayangannya yang terpantul dari cermin, sedangkan tangannya sibuk memasukkan manik kancing satu persatu.Saat itu, Cassandra masuk ke dalam walk in closet. Dia menatap Andreas yang tak menoleh sama sekali padanya.Sambil melangkah menghampiri Andreas, Cassandra menatap suaminya sambil berkata, “Apa kamu mau menjenguk Papa lagi?”Andreas tak menjawab pertanyaan Cassandra. Dia menarik laci lalu mengambil jam tangan mewahnya dari dalam sana. Sambil memakai jam tangan, Andreas berkata, “Aku masih ada urusan bisnis di luar negeri. Penerbangan siang ini.”Cassandra membulatkan bola mata lebar, sebelum dia memprotes keputusan Andreas, suaminya sudah lebih dulu berkata, “Tidak ada urusan yang penting, tidak perlu menghubungiku jika bukan aku yang menghubungimu.”Setelah mengatakan itu, Andreas mengambil jasnya dari lemari.Cassandra tersentak mendengar ucapan Andreas. Dia menatap suaminya den
Setelah rapat selesai.Ayudhia bangkit dari duduknya, lantas melangkahkan kaki menuju tempat duduk suaminya. Dia menatap Arlo yang sedang berdiri dari kursi, sehingga Ayudhia bergegas menghampiri.Melihat kedatangan istrinya, Arlo langsung berkata, “Setelah ini langsung pulang.”Ayudhia tersentak mendengar ucapan suaminya padahal dia belum berucap sepatah kata pun. Namun, Ayudhia tetap berusaha tenang, dia tersenyum ke suaminya sebelum bicara.“Tapi aku mau membahas soal strategi pemasaran dengan yang lain, satu jam lagi, ya. Aku janji, setelah satu jam, aku akan pulang.” Ayudhia lalu menunjukkan telunjuk di depan wajahnya, tatapannya penuh memohon agar Arlo mengizinkan sekali itu saja.Arlo menatap datar sejenak pada Ayudhia yang sedang membujuknya. Dia menekuk lengan kirinya di udara untuk melihat jarum di arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.Setelahnya, Arlo kembali menatap pada Ayudhia yang masih menunggu izin darinya. “Baiklah, hanya satu jam. Setelahnya pulang bersama
Satu minggu berlalu.Pagi itu, Arlo melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah. Tatapannya tertuju ke ranjang, tetapi dia tak melihat keberadaan Ayudhia di sana.Mengalihkan pandangan ke pintu walk in closet yang terbuka, Arlo lantas melangkahkan kaki ke sana.Begitu masuk ke dalam ruangan itu, kedua kaki Arlo berhenti melangkah, lalu tatapannya tertuju pada Ayudhia yang sedang menyiapkan pakaiannya.“Sudah selesai,” kata Ayudhia.Arlo mengangguk. Dia kembali mengayunkan langkah mendekat pada Ayudhia.“Aku sudah siapkan pakaianmu,” kata Ayudhia dengan senyum merekah di wajahnya.Arlo berhenti tepat di depan Ayudhia, lalu dia memandang pakaian yang tergeletak di sofa sebelum menatap istrinya lagi.“Hari ini, apa kamu jadi berangkat ke Atelier?” tanya Arlo.Semalam Ayudhia membujuk Arlo agar mengizinkan pergi ke Atelier karena hari ini ada presentasi untuk sampel gaun yang akan diproduksi massal oleh Atelier.Mendengar pertanyaan Arlo, senyum Ayudhia merekah l
Henry urung menemui Andreas. Dia berbalik arah menemui Cassandra yang berada di balkon atas.Menatap sang mama di sana. Henry melangkah menghampiri Cassandra, lalu berdiri di samping sang mama yang sedang memandang ke halaman samping mansion mereka.Kedua telapak tangan Henry berpegangan di pembatas balkon, tatapannya tertuju lurus ke depan ke arah sang mama memandang, lalu berkata, “Papa selalu tak bisa ditemui jika baru saja kembali dari luar negeri.”Cassandra masih diam. Kecemasannya akan hal-hal yang mungkin dilakukan Andreas, membuatnya tak bisa tenang.Namun, anak buahnya melaporkan kalau Andreas hanya tinggal di hotel seharian saat sampai di negara yang baru dikunjungi, sebelum akhirnya kembali pulang karena panggilan dari Cassandra.“Kakek menginginkan anak kandung dari Papa, apa masih ada kemungkinan aku mewarisi semuanya?”Pertanyaan dari Henry membuat Cassandra menolehkan kepala ke samping. Dia menatap Henry yang memasang wajah putus asa.Cassandra menyentuh lengan Henry,







