Pintu kamar mandi kembali terbuka lagi. Saat Arlo melangkah keluar dari kamar mandi, Arlo menatap Ayudhia yang hanya diam dengan kotak hitam di pangkuan.“Kamu sudah melihat apa yang Mama berikan? Mama kasih hadiah apa?”Suara Arlo yang menggema di kamar itu membuat Ayudhia tersentak sampai menoleh dengan cepat pada Arlo yang masih berdiri di depan kamar mandi.Tatapan Ayudhia begitu panik, bahkan bibirnya tersenyum canggung sambil memegang erat kotak hitam yang ada di pangkuannya.Arlo mengerutkan kening melihat ekspresi wajah Ayudhia yang kaku, bahkan istrinya langsung memasukkan kembali kotak hitam ke dalam paper bag.“Bukan apa-apa, ini hanya baju,” katanya dengan nada terburu-buru.
Hari Ayudhia dan Arlo berangkat berlibur tiba. Ayudhia dan yang lain sudah berada di bandara dan siap melakukan check in.Alina yang juga ikut untuk mengantar, kini sedang berdiri berhadapan dengan sang menantu.Memberikan paper bag sedang berisi sebuah kotak berwarna hitam yang dibawanya ke tangan Ayudhia, Alina lantas berkata, “Hadiah dari mama, wajib dibuka saat sampai di hotel. Ingat ya, harus dibuka ketika sudah di hotel atau hadiahnya tidak akan berarti kalau dibuka sekarang atau saat di pesawat.”Alina bicara dengan nada penuh penekanan dan meyakinkan.Walau Ayudhia bingung dengan permintaan sang mertua. Dia tetap mengangguk-angguk. “Terima kasih, Ma.”Alina memeluk sejenak pada Ayudhia, sebelum
Malam ini.Ayudhia dan Arlo berada di rumah Alina dan baru saja selesai makan malam bersama.Alina mengajak Ayudhia minum teh di samping rumah seperti biasa, saat itu Arlo menghampiri untuk mengajak pulang Ayudhia.Sambil menatap Arlo yang berdiri di samping kursi Ayudhia, Alina bertanya, “Kalian tidak menginap?” Ayudhia menoleh pada Arlo, lalu dia ikut berdiri saat Arlo menjawab, “Tidak, Ma. Lain kali lagi.”Alina mencebik tak senang, dia sangat berharap Ayudhia lebih sering berada di rumahnya.“Baiklah,” katanya sambil bangkit dari tempat duduknya, “kalian bilang mau liburan, ‘kan? Kapan berangkat?”Memulas senyum manis di wajahnya, Ayudhia menjawab, “Iya, lusa kalau tidak ada kendala, Ma. Nanti kami berangkat bersama temen-temen lain sebagai hadiahku dan tim karena sudah membuat Atelier menang.”Alina mengerutkan kening. Dia mengira kalau Arlo hanya akan berlibur berdua bersama Ayudhia saja. Tetapi tak masalah, yang terpenting Ayudhia dan Arlo menghabiskan waktu berdua.Menatap Arl
Di ruang kerja Arlo di Atelier.Mike mengetuk pintu sebelum masuk ke ruangan Arlo. Dia melangkah menuju meja kerja Arlo membawa tablet pintar di tangannya.“Pak, saya sudah mendapatkan informasi yang Anda inginkan,” kata Mike begitu berdiri di depan meja kerja Arlo lalu mengulurkan tablet yang dibawanya pada Arlo. “Theo yang baru saja mengirimkan informasi itu,” imbuhnya.Seraya menerima tablet dari Mike, Arlo berkata, “Kenapa Theo tidak menghubungiku sendiri?”“Saya tidak tahu, mungkin dia sibuk seperti biasanya.”Melirik sejenak pada Mike yang baru saja selesai bicara, Arlo langsung paham maksud asistennya itu.Arlo membaca informasi yang diberikan Mike. Akhirnya dia mendapatkan nama panti asuhan tempat Ayudhia dulu diadopsi. Arlo membaca alamat panti asuhan yang ternyata berada di luar kota.“Apa informasi ini valid?” tanya Arlo dengan tatapan memastikan.“Theo sudah berkata kalau Anda pasti akan menanyakan ini. Jadi tadi dia berpesan kalau informasi ini valid, Anda pasti juga paha
Saat siang hari.Elvano mengemudikan mobil memasuki area perusahaan milik keluarga Anya lalu dia memarkirkan mobil di tempat yang tersedia.Elvano keluar dari mobil membawa paper bag berisi makanan dan cup kopi. Dia melangkah masuk ke dalam perusahaan, lalu segera pergi menuju ruangan Anya berada.Saat pintu lift terbuka di lantai dua belas, Elvano melangkah keluar dari lift menuju ruangan Anya. Setibanya di depan pintu ruangan Anya, Elvano mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk ke ruangan itu.“Hai, El.” Anya langsung menyapa saat melihat kedatangan Elvano. Dia segera berdiri dari duduknya lantas melangkah menghampiri Elvano.Elvano tersenyum pada Anya yang sedang melangkah ke arahnya.Begitu berdiri di hadapan Elvano, Anya langsung bertanya, “Tumben kamu datang ke sini? Apa sedang senggang?”“Hanya kebetulan lewat. Jadi aku mampir bawa kopi dan makan siang. Kamu belum makan siang, kan?” tanya Elvano sambil memperlihatkan paper bag yang dibawanya.Anya memulas senyum sambil menggele
Saat menginjakkan kaki di dalam lobby, Ayudhia berpapasan dengan beberapa karyawan yang langsung membungkuk sambil menyapa.Ayudhia menoleh pada Arlo yang tetap melangkah dengan tegap memperlihatkan wibawanya, sedangkan Ayudhia tetap ramah dengan membalas anggukan kepala dari pada karyawan yang menyapa.Sebelum melangkah masuk ke dalam lift, tatapan Ayudhia tertuju ke stand banner yang terpajang di dekat meja resepsionis. Ucapan selamat atas kemenangan Atelier terpampang nyata di sana bersama beberapa buket bunga besar dengan pita menyilang bertuliskan ‘Selamat Atas Kemenangan Atelier’.Arlo terus menggenggam telapak tangan Ayudhia bahkan saat mereka berada di dalam lift. Ayudhia hanya diam, sesekali melirik pada Arlo yang terang-terangan memperlihatkan hubungan mereka tanpa rasa canggung sama sekali.Begitu lift terbuka di divisi perencanaan, mereka keluar bersama menuju ruang divisi.Maya dan Della baru saja datang, saat melihat derap langkah mendekat, keduanya menoleh dan terkejut