"Kanker perut?" Sean menatap tak percaya kearah Lucia yang sedang terisak kecil. Mereka kini sedang duduk menunggu di depan ruang operasi Adi.
Sean mengusap pelipisnya, wajahnya tampak frustasi dan marah. Bagaimana Sean tidak marah kalau ternyata selama ini Ayahnya mengidap penyakit kanker dan ia baru tau setelah kondisi Ayahnya semakin parah.
Sean menghembuskan napas panjangnya, mengontrol diri. Ia lantas mendaratkan bokongnya di samping Lucia, tangannya bergerak mengusap pundak Lucia, menegarkan. Ya, Sean paham bukan hanya dia yang mengkhawatirkan nyawa Ayahnya saat ini, tapi mamahnya juga.
"Mamah harusnya bilang sama Sean dari awal. Sean ini anak kalian, masa masalah sepenting ini Sean gak tau?" Sean mendumal dengan nada lembut, jujur saja ia merasa kecewa saat tau Adi dan Lucia menyembunyikan penyakit yang Adi derita sejak satu tahun lalu. Padahal Sean adalah putra satu - satunya mereka.
Lu
Anjani sedikit tersentak saat Langit menarik ikat rambut nya secara tiba-tiba, membuat rambutnya yang baru saja ia ikat menjadi tergerai kembali."Jangan di ikat." ujar Langit dengan wajah cerianya yang langsung berubah datar, kening Anjani mengernyit menatap Langit bingung.Anjani mengangguk mengindahkan perintah Langit, ia memilih diam daripada bertanya kepada Langit yang wajahnya seperti menahan marah.Suasana mendadak suram, baik Anjani dan Langit yang tadi melempar tawa kini saling diam."Kalau kamu mau pulang, aku tunggu di mobil." kata Langit kemudian ia bangkit dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan Anjani yang semakin dibuat bingung dengan prilaku Langit yang berubah drastis dalam beberapa menit.Suasana hati Langit berubah buruk setelah melihat bekas ciuman di leher Anjani. Siapa yang tidak marah melihat perempuan yang di sayanginya mempunyai bekas ciuman di leher dan yang jela
Operasi Adi berjalan lancar. Dan hari ini adalah hari ketiga ia berada didalam ruang inap nya.Biasanya Anjani akan datang sendiri, atau bersama Sean setelah Anjani pulang dari sekolah.Tapi karena hari ini adalah hari terakhir Anjani melaksanakan ujian nasional dan hanya satu mata pelajaran, jadi Anjani pulang lebih cepat dan tanpa berpikir dua kali Anjani meminta Langit untuk mengantarnya ke rumah sakit.Saat Anjani baru datang tadi, ada Lucia yang menemani Adi, tapi Lucia meminta tolong kepada Anjani untuk menjaga Adi sebentar karena ia harus mengambil baju - baju bersih di rumah."Anjani," Adi memanggil anak menantunya yang saat ini sedang mengupas buah dengan wajah cerianya."Iya, Yah?" jawab Anjani, dengan sigap ia memfokuskan diri ke Adi."Ayah dengar hari ini hari terakhir kamu ujian nasional?" ujar Adi yang mendengar kabar dari Sean tadi pagi kalau hari ini Anjani akan
5 tahun kemudian."Mama gak akan setuju, Lang. Hubungan kalian saja awalnya sudah salah, kenapa kamu keras kepala dan gak nurut sama ucapan mama? Masih banyak gadis yang mau sama kamu. Bodoh banget kamu memilih wanita yang pernah gagal berumah tangga."Anjani membekap mulutnya, tubuhnya yang bersembunyi di balik dinding sedikit gemetar."Kalau dia saja pernah selingkuh sama kamu di belakang suaminya yang dulu, dia pasti bakal ngelakuin hal yang sama ke kamu nanti.""Mah!" Suara lantang Langit berhasil membuat Rita merapatkan mulutnya. "Aku akan tetap nikahin Anjani, Ma." Langit tetap kekeh dan keras kepala."Silakan, tapi jangan harap dapat restu dari mama dan papa!"Suara derap langkah Rita yang mendekat membuat Anjani buru - buru melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Anjani menyenderkan tubuhnya pada pintu yang kini tertutup rapat, tubuhnya merosot ke lantai, kemudian ia terisak kecil.Jika kalian berpikir usai perceraian
"Jan, tumben Langit jarang main kerumah. Biasanya juga kamu pulang di antar dia, kok tadi minta di jemput bang Key?" Diandra bertanya kepada Anjani yang baru saja tiba di rumahnya beberapa jam lalu.Anjani yang sedang bermain dengan keponakan barunya, anaknya Key. Langsung menoleh kearah Diandra."Aku udah gak sama Langit, Mah." Jawab Anjani berhasil membuat telinga yang mendengar langsung menatap kearahnya, Key, Diandra, Roger dan kakak iparnya.Langit bukan lagi orang asing di keluarga Anjani, meski awalnya Diandra dan Roger menentang hubungan mereka, tapi pada akhirnya Langit berhasil menembus tembok dingin itu sampai Langit bahkan di kenal di kalangan teman arisan nya Diandra. Langit selalu Diandra banggakan dan diklaim sebagai calon menantu barunya. Tapi apa yang bar
Satu bulan berlalu setelah hubungannya dengan Anjani kandas, Langit masih sama, masih berada di zona terpuruk nya. Isi kepada dan hatinya tak pernah lepas dari nama Anjani. Tapi yang membuat Langit merasa menjadi laki-laki yang hebat adalah ia mampu menahan diri untuk tidak menemui Anjani, meski semut di rumahnya tau kalau ia sangat merindukan mantan pacarnya itu.Langit menyesap Tequila nya, memainkan gelas birnya sesaat kemudian menegaknya kembali. Sejak putus dengan Anjani, club malam menjadi tempat langganan kaki Langit berpinjak setelah ia pulang dari tempat kerjanya."Lo berhenti ke club karena Anjani, sekarang datang lagi juga karena Anjani." Jane, cewek badas itu duduk di kursi sebelah Langit tanpa permisi.Perkataan Jane benar, Langit memang sempat berhenti datang ke club malam sebab Langit tahu kalau Anjani tidak suka jika ia datang ke tempat ladang dosa ini. Meski Anjani tidak pernah melarang Langit, tapi Anjani
Anjani memandang fotonya bersama Keenan yang ia ambil sebelum pulang dari rumah Sean. Bibir Anjani menyunggingkan senyum tanpa sadar. Kalau lihat melalui foto, Keenan memang tampak seperti anak berumur 3 tahun pada umumnya, tapi kalau berbicara langsung dengan Keenan, anak itu seperti bukan berumur 3 tahun. Keenan sangat pintar berbicara dan memiliki pemikiran lebih dewasa dari umurnya.Anjani mengakui kalau Sean berhasil mendidik anaknya, apalagi Sean mendidik Keenan seorang diri tanpa dibantu peran istri dan Ibu untuk Keenan. Anjani sudah tahu semua cerita Sean dan Yuna, dan nasib Yuna sekarang yang sudah hidup tenang dengan keluarga barunya di luar negri. Anjani tidak membenci Yuna, ia juga tidak menyalahkan Yuna mengapa memilih untuk meninggalkan anaknya bersama Sean. Bagi Anjani yang selalu pasrah dengan arus kehidupan, baginya semua adalah takdir. Meski setelah Sean bercerai dengannya tidak membuat Sean memiliki keluarga yang lebih harmonis, tapi
"Kata Mamah, kamu sudah gak sama Langit ya?" Sean bertanya, memecahkan kesunyian didalam mobilnya.Anjani yang duduk di kursi belakang bersama Keenan yang sudah tertidur langsung menoleh kearah Sean, ia tersenyum canggung seraya menganggukkan kepalanya."Iya, Om." jawabnya. Anjani sedikit tidak percaya kalau ternyata Sean mengetahui urusan percintaannya.Tanpa sadar senyum tipis di bibir Sean terbentang, seakan jawaban Anjani barusan sesuai dengan harapannya.Sean merapatkan bibirnya menahan senyumnya yang semakin lama semakin ingin mengembang, ia merasa sesenang itu. Tangan Sean bergerak mengusap tengkuknya kikuk, banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Anjani, namun Sean takut membuat Anjani tidak nyaman.Sekarang sudah pukul 4 sore, mobil Sean sudah menuju rumah sakit tempat Anjani bekerja usai menghabiskan waktu seharian di kebun binatang. Banyak momen hari ini yang tidak akan Se
Sean mengeratkan jaketnya, angin yang berhembus malam ini membuat bulu kuduknya berdiri. Sean menyenderkan badannya pada pintu mobilnya yang terparkir didepan gedung asrama Anjani. Laki-laki itu hendak mengembalikan lipstick milik Anjani yang tertinggal didalam mobilnya kemarin. Sean sudah meminta izin kepada kepala asrama untuk menemui Anjani, tetapi kata beliau Anjani sedang tidak ada dikamarnya. Jadi Sean memutuskan untuk menunggu perempuan itu meski ia sudah berdiri selama satu jam lamanya.Sean melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah hampir tengah malam. Mungkin dia harus baluk kesini lagi besok, Sean mengkhawatirkan Keenan yang ia titipin dirumah mamahnya karena babysitter Keenan sudah resign kemarin dengan alasan karena akan segera menikah.Sean hampir saja melajukan mobilnya kalau saja dia tidak melihat motor besar yang baru saja datang sambil membonceng perempuan yang proporsi fisiknya mirip Anjani. Dan yang membu