Beranda / Romansa / Pernikahan Nona Smith / Bab 11_ Tekad Janu

Share

Bab 11_ Tekad Janu

Penulis: Khoirul N.
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-17 19:29:57

"Aku? Aku sedang melihatmu menulis. Siapa orang yang kau maksud dalam tulisanmu itu? Apa itu kekasihmu?"

Smith tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya menggeleng sambil memasukkan semua barang yang telah ia keluarkan dari dalam tasnya. Lantas berdiri dan berjalan meninggalkan Janu.

"Tunggu, Smith! Tunggu!" ujar Janu sambil berlari mengejar Smith.

Tapi smith tidak peduli. Ia terus berjalan bahkan dengan langkah yang semakin cepat.

Sampai akhirnya Janu berdiri di depan Smith. Ia menghadang gadis itu agar tidak lagi meninggalkannya.

"Minggir!" ujar Smith dengan wajah datar.

"Tidak. Kita perlu bicara. Aku tidak suka kau mengabaikanku begitu saja. Setidaknya, duduklah sebentar dan mari kita berbincang. Besok lusa tugas sudah harus dikumpulkan. Tapi kita bahkan belum pernah berdiskusi sama sekali."

"Tidak perlu. Biar aku mengerjakannya sendiri."

"Mana bisa begitu?"

"Tentu saja bisa. Aku sudah biasa seperti itu. Dan selama ini mereka yang satu kelompok denganku, tidak masalah dengan itu. Malah dengan senang hati mereka menerimanya," kata Smith sambil melangkah ke samping kanan dan kembali berjalan ke depan melewati Janu.

"Tapi aku tidak begitu."

Janu menahan Smith. Ia menggenggam pergelangan tangan gadis itu erat-erat.

"Lepaskan tanganku."

Smith tidak menarik tangannya. Ia juga berbicara lirih saja. Namun, tatapan matanya persis dengan tatapan singa jantan yang mengincar mangsanya. Sangat tajam.

Namun Janu tidak takut. Ia tetap menggenggam tangan Smith tanpa melonggarkannya sedikitpun. Dan tentu saja itu berhasil membuat Smith semakin kesal.

"Lepaskan tanganku sekarang juga," pinta Smith lagi masih dengan suara pelan.

Lagi-lagi Janu tidak menurutinya. Pemuda itu hanya menggeleng dan mengatakan bahwa ia baru akan melepaskan genggamannya hanya jika Smith mau duduk dan berbincang dengannya.

"Dasar gila! Lepaskan tanganku! Apa kau pikir bisa memperlakukanku seperti perempuan-perempuan lainnya? Apa kau kira aku akan diam saja? Sekarang lepaskan tanganku atau aku akan menendangmu!" bentak Smith dengan sangat lantang hingga membuat orang-orang yang berada di sekitar mereka menoleh.

Kali ini Janu menuruti ucapan Smith. Ia tidak ingin orang-orang akan menilai buruk gadis itu. Selama ini Janu yakin penilaian mereka pada Smith telah keliru, dan hal itu akan semakin salah karena Smith memang sama sekali tidak peduli pada tatapan sinis orang-orang.

Saat Janu menjadi cemas mendapati orang-orang memandang Smith sambil berbisik-bisik, gadis singa jantan itu bahkan hanya fokus menatap matanya.

"Smith, kita harus diskusi. Aku akan datang ke rumahmu nanti malam," ucap Janu pada Smith yang telah berjalan menuruni tangga.

"Dasar pria sinting!" gerutu Smith sambil menyisirkan jari-jari tangan kanannya ke rambutnya yang tergerai.

***

Jika Smith merasa kesal, tidak demikian dengan Janu. Lelaki itu semakin bersemangat untuk mendekati Smith.

Janu sangat yakin jika seseorang yang memiliki jiwa sosial tinggi seperti Smith, tidak mungkin mempunyai hati yang keras seperti batu. Jadi, cepat atau lambat pastilah mereka akan bersahabat juga. Begitulah pikir Janu.

"Pak Hadi."

"Ya. Ada apa, Mas?"

"Apa Bapak sedang repot?"

"Hehehe, ya seperti ini Mas. Mengawasi orang yang masuk dan keluar. Juga mengawasi tempat parkir. Memangnya kenapa, Mas? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Pak Hadi yang kemudian keluar dari dalam posnya. Semula ia berbincang dengan Janu hanya melalui lubang posnya yang seperti jendela kecil.

"Pak Hadi kenal mahasiswa Sastra yang namanya Smith?" tanya Janu langsung tanpa basa-basi setelah Pak Hadi duduk di sampingnya di atas kursi panjang sederhana dekat pintu pos satpam.

"Hehe, Mas ini siapa? Maafkan saya Mas, di sini ada banyak mahasiswa. Saya ingat wajah Mas yang biasanya parkir motor di sini. Tapi saya tidak ingat nama Mas."

Seperti biasa Pak Hadi yang bersahaja selalu tersenyum dan setengah membungkuk saat berbicara. Ia merasa tidak enak hati karena benar-benar tidak tahu siapa nama pemuda yang duduk di sebelahnya itu.

"Hehe, saya Janu. Teman satu kelasnya Smith. Di jurusan Sastra."

"Ooo, teman Nona Smith," kata Pak Hadi manggut-manggut.

"Jadi..., apa Pak Hadi mengenal Smith?" ujar Janu mengulangi pertanyaannya.

"Ya, ya. Saya kenal Nona Smith. Tapi kenapa Mas Janu menanyakan Nona Smith pada saya?"

"Begini Pak Hadi, sebenarnya kami menjadi teman satu kelompok untuk tugas mata kuliah tertentu. Tapi, kami belum pernah berdiskusi. Saya mengalami sedikit kesulitan untuk bisa berbicara baik-baik dengannya. Saya pikir, jika saya mengetahui informasi tentang Smith, akan membantu saya untuk lebih dekat dengannya, sehingga tugas kami bisa lekas selesai."

"Begitu ya...."

"Benar. Sore itu tanpa sengaja saya melihat Smith berbincang dengan Bapak. Dia terlihat sangat berbeda dari biasanya. Bapak dan Smith tampak akrab. Dia belum pernah kelihatan begitu bahagia saat berada di kelas. Bahkan dia kadang tampak menakutkan katena hanya diam saja, tidak berbicara sama sekali."

"Hehehe, apa iya Nona Smith begitu? Dia selalu baik pada saya."

"Begitulah pak. Saya yakin Smith orang baik. Karena itu, saya ingin berteman dengannya. Tapi sepertinya itu akan cukup sulit. Dia tidak pernah merasa nyaman ketika ada di dekat saya."

Janu berkata jujur. Ia cukup kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa membuat Smith nyaman. Janu sangat sadar jika Smith selalu kesal ketika berbicara dengannya.

"Saya sendiri tidak mengetahui banyak hal tentang Nona Smith. Tapi yang jelas, dia gadis yang sangat baik. Awalnya Nona Smith melihat saya yang berpegangan di tembok pos sambil memegang perut. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja Nona Smith sudah ada di belakang saya. Dia menanyakan keadaan saya yang katanya sangat pucat dan mengeluarkan banyak keringat. Nona Smith melihat tangan saya bergetar, dan menduga dengan benar kalau saya belum makan. Saat itu hari sudah sangat siang.

Nona Smith meminta saya untuk duduk saja. Lalu dia pergi entah kemana. Beberapa saat kemudian, saya melihat dia berlari membawa sekantong kresek. Ternyata Nona Smith membelikan saya makanan dan minuman.

Dia melarang saya untuk bicara dan meminta saya untuk cepat-cepat menyantap makanan yang dia belikan. Lalu Nona Smith berlari lagi, dia bilang ada kelas saat itu.

Dia sempat mengancam saya untuk menghabiskan makanan itu, sebab dia akan kembali ke pos satpam saat perkuliahan telah selesai untuk memastikannya.

Sejak saat itu kami menjadi akrab. Nona Smith sering membelikan saya makanan. Beberapa kali dia juga datang ke rumah kontrakan saya dengan membawa segala macam."

Pak Hadi sudah mengakhiri ceritanya. Namun Janu masih tertegun. Dalam pikirannya ada banyak hal yang ingin ditanyakan. Misalnya soal keluarga Smith, latar belakangnya, juga hal-hal tertentu yang mungkin tidak diketahui orang lain.

"Mas Janu."

Pada akhirnya lamunan Janu buyar oleh suara Pak Hadi yang memanggilnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 186_ Suka dalam Duka

    Janu menelan ludah setelah mengetahui yang sebenarnya terjadi. Ia menghembuskan napas panjang, menyayangkan kecelakaan yang sampai menewaskan Sinta."Janu, Ayah minta maaf. Kau benar, Ayah sudah melakukan kesalahan besar. Kini semua telah terungkap. Sinta sudah menunjukkan siapa dia sebenarnya.""Tidak, Ayah sudah keliru jika meminta maaf padaku. Ayah tidak punya salah padaku," kata Janu memasang senyum lebar. Sama sekali tidak menunjukkan adanya kemarahan apalagi dendam."Tapi Ayah sudah mengusirmu dari rumah.""Tidak Ayah. Sejak awal itu bukan rumahku. Tapi sejak kecil, Smith telah tinggal dan tumbuh besar di sana. Ada banyak kenangan manis di rumah itu. Jadi, akan lebih tepat jika Ayah meminta maaf pada Smith.""Benar, itu semua benar. Ayah tahu kesalahan Ayah pada Smith tidak akan termaafkan.""Tidak Ayah. Smith sudah berjanji untuk memaafkan Ayah."Janu pun ke luar untuk memanggil Smith. Sesaat kemudian Janu kembali dengan mengga

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 185_ Kecelakaan Maut

    Bruaaakkk!"Mama!" jerit Sisil saat melihat mobil yang ditumpangi Sinta bertabrakan dengan mobil lain.Sontak saja jalanan sekitar menjadi sangat ramai. Orang-orang mulai berkerumun untuk melihat lebih dekat kecelakaan itu.Sementara itu, Smith masih berada dalam dekapan Janu. Peristiwa kecelakaan itu berada tepat di belakang mereka. Suara dua mobil yang bertubrukan itu terdengar begitu keras di telinga mereka. Kerasnya tabrakan yang terjadi bahkan sampai membuat salah satu mobil terbalik.Sisil langsung menghentikan mobilnya begitu saja, tanpa menepi dulu. Ia ke luar dengan berlinang air mata. Berlari mendekat untuk melihat keadaan mamanya."Mama ...!" jerit Sisil lebih lantang melihat mamanya mengeluarkan banyak darah dari kepala dan telinga.Smith dan Janu langsung menoleh. Mereka mengenal dengan baik suara perempuan yang berteriak itu. Smith dan Janu langsung terbelalak karena mengenal mobil yang terlibat kecelakaan lalu lint

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 184_ Permintaan Janu

    Mendadak Smith dan Janu menjadi buronan banyak orang. Anak buah Hendry dan orang-orang Sinta sedang berusaha keras melacak keberadaan pasangan muda itu. Sedangkan Sisil, diam-diam mengikuti mamanya.Baik Hendry maupun Sinta sama-sama sibuk menghubungi nomor ponsel Smith, tapi jelas tidak tersambung karena ponsel Smith ikut terbakar. Mereka lantas menghubungi Janu, tapi tidak bisa juga. Ponsel Janu terjatuh ketika lelaki itu pingsan."Bangs*t! Lihat saja, kalau aku sampai menemukan kalian, aku pastikan kalian mamp*s!" umpat Sinta sambil mengendarai mobilnya. Sesekali ia menagih informasi hasil dari pencarian anak buahnya.***"Apa kau yakin kau tidak apa-apa?" tanya Smith melihat suaminya yang masih tampak pucat."Aku baik-baik saja. Selama kau bersamaku, aku akan selalu baik," jawab Janu sambil memegang tangan istrinya. Ia juga menyunggingkan senyum yang membuat hati Smith leleh hingga tanpa sadar pipinya memerah.Di dalam angkot itu hanya a

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 183_ Buku Doa

    Dengan dada hampir meledak, Hendry membuka pintu rumahnya. Tidak cukup sampai di situ, Hendry juga berteriak-teriak memanggil sang istri.Pak Jono yang melihat hal itu, menjadi sangat takut. Ia tahu majikannya sedang sangat murka setelah mendengarkan pengakuannya.Sejujurnya Pak Jono terhitung nekat. Sinta telah melarangnya untuk mengatakan pada siapa pun bahwa majikannya itu telah pergi ke lingkungan kost Smith. Tapi Pak Jono tidak bisa menyembunyikan apa yang ia ketahui. Tuan Hendry harus tahu semuanya, begitulah pikir Pak Jono."Ada apa, Ayah?" kata Sisil yang baru saja membuka kulkas di dapur untuk mengambil air dingin. Ia Langsung berlari menghampiri sang ayah yang terdengar murka menyebut nama mamanya."Di mana mamamu?" bentak Hendry dengan urat leher yang mencuat.Sisil menelan ludah. Ia tidak mengerti mengapa ayahnya sampai membentak dirinya. Sisil merasa tidak melakukan suatu kesalahan apa pun."Mama ... Mama sedang ke luar, Ayah,"

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 182_ Hati Ayah

    Sudah barang tentu kalau wajah Hendry tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang luar biasa besar melihat lingkungan kost tempat Smith dan Janu tinggal telah hangus terbakar. Bahkan hingga kini api masih diusahakan untuk dipadamkan.Tanpa pikir panjang, Hendry langsung ke luar dari dalam mobilnya. Ia pun berlari mendekat, bertanya pada siapa saja yang ia temui terkait keberadaan putri dan menantunya. Tapi tentu saja semua yang ia tanyai menggeleng. Tidak ada satu pun yang mengenal orang bernama Smith dan Janu. Mereka bahkan tidak tahu siapa lelaki berkemeja hitam yang bertanya pada mereka.Benar, meski Hendry Sasongko adalah pengusaha sukses yang sering muncul dalam koran bisnis ataupun berita-berita di internet, bahkan televisi, kenyataannya sosoknya tidak menjadi penting dan berharga bagi orang-orang pinggiran di sana.Bagi mereka hidup adalah perjuangan tiada akhir. Tidak berjuang artinya tidak akan makan, sama dengan menggali lubang sendiri. Hal-hal terk

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 181_ Ciuman Cinta

    Janu melepas sendiri selang oksigen yang terpasang. Ia merasa kurang leluasa untuk berbicara. Tentu saja hal itu membuat Smith menanyakan kondisinya. Smith tampak sangat gusar melihat Janu yang masih pucat dan lemah."Tidak apa. Aku baik-baik saja. Melihatmu ada di hadapanku seperti ini membuatku langsung sembuh. Katakan padaku apa kau terluka? Apa ada tubuhmu yang terkena api?" kata Janu yang merasa seperti satu tahun tidak bertemu dengan istrinya."Sebagai orang yang baru sadar, kau terlalu banyak bicara," tukas Smith dengan wajah kesal, tapi hatinya sangat senang dan lega."Maafkan aku. Aku tidak bisa menahan diri. Selalu ingin berbicara saat bersamamu. Sekarang jawablah, apa kau terluka?""Tidak, aku baik-baik saja. Katakan padaku bagaimana dengan napasmu? Apa masih terasa sesak?" tanya Smith dengan jantung yang nyaris melompat ke luar."Tidak," jawab Janu yang kemudian menghela napas panjang untuk memastikan napasnya memang telah normal.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 180_ Akhirnya Cinta

    Smith terbatuk-batuk. Tidak dipungkiri kepulan asap membuat dadanya menjadi sangat sesak. Juga penglihatan yang menjadi sangat terbatas. Ia berkedip beberapa kali karena asap itu juga membuat matanya perih.Janu masih mengira bahwa Smith yang alergi debu menjadi sangat tersiksa karena asap yang memenuhi bilik kost mereka. Ia lekas-lekas mengambil dua pakaian dari dalam lemari dan mencelupkannya ke dalam bak air. Dengan sigap Janu menutupkan baju itu ke hidung istrinya.Dari luar, suara teriakan Pak Herman memberi peringatan pada Smith dan Janu yang masih terperangkap api. Pak Herman menjadi sangat was-was melihat dua sandal yang ada di depan pintu kost nomor empat. Asal tahu saja, bagian depan bilik, termasuk atap dan pintu telah dipenuhi api. Tidak ada jalan bagi Smith dan Janu untuk ke luar."Smith jangan biarkan kain ini lepas dari mulutmu. Aku akan mengambil selimut," kata Janu setengah berteriak. Ia bersicepat menarik selimut putih yang ada di atas ranjang.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 179_ Membakar Sampah

    Pagi-pagi sekali Sinta telah rapi. Ia mengendap diam-diam ke luar dari kamar, tidak ingin diketahui oleh Hendry. Sinta akan melakukan pekerjaan besar hari ini. Sebuah pekerjaan yang akan sangat menyenangkan jika sampai berhasil dilakukan.Dengan cepat Sinta berjalan menuju lantai dasar. Ia bahkan membuka pintu rumah dengan hati-hati agar tidak ada orang rumah yang mendengar.Sinta tersenyum lebar saat melihat Pak Jono sedang mengelap mobil. Ia pun bergegas menghampiri Pak Jono."Pak, cepat antarkan aku!" perintah Sinta tanpa basa-basi. Semakin cepat ia pergi, akan semakin baik."Ke mana Nyonya?" tanya Pak Jono keheranan. Biasanya majikannya itu lebih memilih untuk ke luar dengan mengemudikan mobil sendiri. Selain itu, hari masih terlalu pagi untuk Nyonya Sinta bangun.Satu-satunya alasan Sinta memilih untuk ke luar diantar Pak Jono adalah lantaran ia tidak tahu pasti lokasi yang dituju sebab belum pernah ke sana. Meski Sinta mengantungi alamatnya,

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 178_ Malaikat Maut Smith

    Pak Jono menghembuskan napas panjang, bingung dengan tujuan dari sang majikan yang memintanya mengantar ke satu tempat dan berpindah ke tempat lain, tanpa tahu apa yang ingin dilakukan.Pak Jono mengamati ekspresi wajah sang majikan yang tampak tetap berkerut dahinya. Ia juga bisa melihat gurat kecemasan yang membuat sang majikan menatap ke arah jendela mobil, memandang entah."Tuan ... " panggil Pak Jono akhirnya setelah tidak mampu lagi menahan rasa ingin tahunya."Ada apa Pak Jono?" sahut Hendry masih dengan kening mengernyit."Apa ... tadi Tuan ingin menemui Bibi Ipah?""Ya," jawab Hendry cepat dan singkat. Seolah sebagai tanda tidak boleh ada dialog lagi sesudahnya.Entah mengapa jawaban Hendry itu membuat Pak Jono menelan ludah. Sejujurnya Pak Jono ingin bertanya lebih lanjut menyoal tujuan majikannya itu menemui Bibi Ipah padahal hari sudah larut dan semestinya majikannya itu tahu kalau panti tentu sudah tutup.Pak Jono j

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status