Home / Romansa / Pernikahan Nona Smith / Bab 12_ Tamu yang Tidak Diinginkan

Share

Bab 12_ Tamu yang Tidak Diinginkan

Author: Khoirul N.
last update Huling Na-update: 2021-03-17 19:35:31

Janu menjadi semakin bertanya-tanya, siapakah sebenarnya si gadis singa jantan itu? Smith adalah orang yang sangat misterius bagi Janu. Pikiran dan tingkahnya tidak bisa ditebak.

Jika mengacu dari cerita Pak Hadi, sepertinya ia adalah seorang yang berada, yang memiliki banyak harta. Tapi jika itu memang benar, mengapa Smith seolah-olah menutupi segalanya? Ia terlihat sederhana. Bahkan sangat sederhana.

Janu pun menanyakan keanehan itu kepada Pak Hadi. Tapi ia tidak mendapat banyak informasi perihal tersebut.

Pak Hadi juga tidak tahu pasti tentang hal itu. Ia hanya mengatakan bahwa Smith selalu datang ke rumahnya dengan menaiki angkutan umum yang berisi perkakas-perkakas tertentu yang di bawah Smith untuk keluarganya.

"Nona Smith selalu carter angkot, Mas. Dan memberi istri saya amplop tebal berisi uang pecahan seratus ribuan. Nona smith tidak pernah menceritakan banyak hal tentang dirinya atau keluarganya. Dia hanya terus bertanya ataupun berbicara soal keluarga saya. Dia berharap saya dan keluarga saya selalu dalam keadaan sehat dan bahagia.

Tapi jika Mas Janu ingin tahu tentang Nona Smith lebih banyak lagi, Mas mungkin bisa mencari tahu sendiri dengan pergi ke rumahnya.

Ini alamat rumah Nona Smith. Dia memberikan alamat ini barangkali kalau hal buruk menimpa keluarga saya dan Nona Smith sulit untuk dihubungi. Saya diminta untuk langsung datang ke rumahnya."

Janu menerima secarik kertas yang diberikan oleh Pak Hadi. Ia membaca sebentar alamat rumah yang tertera dalam kertas itu. Janu tahu benar bahwa itu adalah kompleks perumahan elite di Bandung.

***

Ting tong...

Suara bel rumah berbunyi. Janu sedang berdiri di depan rumah Smith. Ia menunggu seseorang membukakan pintu untuknya.

Tak lama setelah itu seorang satpam menggeser pintu gerbang sedikit. Hanya cukup untuk seorang saja.

"Apa benar ini rumah Smith, Sasmitha Maharani?" tanya Janu setelah memasang senyum lebar.

"Ya benar. Mas siapa?" Pak Jono memandang Janu lekat-lekat, mulai ujung kaki ke ujung kepala. Ia belum pernah melihat pemuda di hadapannya sekarang.

"Saya teman satu kelas Smith. Saya datang ke sini untuk mengerjakan tugas kelompok dengannya."

"Baik, silakan masuk." 

Pak Jono membuka gerbang lebih lebar. Janu pun masuk ke dalam rumah Smith.

Sejak awal tiba di depan rumah gadis singa jantan itu, Janu mulai bertanya-tanya lagi. Jika memang rumah yang sangat megah dan mewah itu adalah tempat tinggal Smith, tentu dugaannya selama ini bena. Dan bisa jadi ada lebih banyak kebenaran yang disembunyikan Smith dari semua orang.

"Maaf Mas, Nona Smith sedang keluar. Jadi silakan tunggu di sini dulu. Saya akan kembali ke pos satpam. Nanti Bibi Ipah akan membuatkan minuman untuk Mas. Mas suka teh atau kopi?"

"Tidak usah repot-repot Pak. Saya akan menunggu di sini sampai Smith pulang."

Pak Jono pun meninggalkan Janu sendirian di ruang tamu. Tak lama sesudah itu Bibi Ipah datang membawa secangkir kopi juga sebuah toples berisi kacang mede.

"Silakan diminum, Mas. Mungkin Non Smith akan sedikit terlambat. Biasanya kalau hari Selasa, Non Smith pulang sedikit lebih malam," ujar Bibi Ipah sambil meletakkan cangkir di depan Janu.

"Terima kasih, Bi. Kalau boleh tahu, Smith sekarang ada dimana?"

Janu langsung mengambil cangkir berisi kopi, lantas menyeruput sedikit, sekadar untuk membuat Bibi Ipah senang.

"Biasanya Non Smith kalau hari Selasa sepulang dari kampusnya, dia akan pergi berbelanja untuk anak-anak panti. Nona Smith bisa menghabiskan banyak waktu di pantai asuhan."

Janu diliputi tanda tanya antara tidak percaya dan kagum. Rasa-rasanya jika melihat perangai Smith yang mirip singa jantan itu sulit dipercaya kalau gadis itu suka dengan anak-anak, namun entah benar atau tidak, rasa kagum dalam diri Janu pada Smith semakin bertambah.

"Bi Ipah, apa Bibi sedang repot?" tanya Janu saat Bibi Ipah hendak meninggalkannya, kembali ke dapur.

"Ada apa, Mas?" kata Bibi Ipah dengan wajah sangat serius.

"Sebenarnya, saya sedang dalam masalah," ujar Janu setengah berbisik, membuat wajah Bibi Ipah menjadi tegang.

"Saya menjadi teman satu kelompok Smith. Kami hanya berdua. Ini tugas untuk kelompok kecil. Tapi, saya sangat takut, Bi."

Janu sengaja memenggal ucapannya untuk membuat Bibi Ipah masuk dalam suasana yang ia bangun.

"Takut kenapa, Mas?"

"Smith itu sangat menakutkan. Dia sangat galak dan tidak banyak bicara. Apapun yang saya katakan selalu saja salah. Apa menurut Bibi, saya harus mencari teman lain saja?" ujar Janu tidak sepenuhnya jujur. Ia berkata demikian hanya untuk memancing Bibi Ipah supaya menceritakan soal Smith.

"Hahahaha, apa Mas..."

"Janu," sahut Janu mengenalkan namanya.

"Apa Mas Janu tahu, saya berani bertaruh, Mas akan jatuh cinta jika tahu seperti apa Non Smith sebenarnya. Hahaha."

Bibi Ipah yang sudah tidak muda itu melanjutkan tawa lantangnya, merasa lucu mendengar pengakuan Janu. Lantas pergi berjalan menuju dapur sambil mengusap titik air di ujung mata. Tanpa memberikan informasi lainnya.

Sebenarnya itu cukup mengecewakan sebab Janu sudah kadung berharap bisa mendapatkan informasi lebih banyak. Namun, tidak dipungkiri, perkataan Bibi Ipah menambah rasa penasaran dalam dirinya.

***

Pukul 20.55 Smith tiba di rumahnya. Ia sangat terkejut saat membuka pintu rumahnya karena Janu sedang duduk di lantai sambil mengoperasikan laptopnya.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Smith dengan nada malas.

"Seperti yang sudah aku katakan padamu, aku akan datang ke rumahmu. Apa kau sudah lupa kalau aku ini teman satu kelompokmu? Kita belum berdiskusi sama sekali. Aku tidak ingin mendapat masalah hanya karena tidak mengerjakan tugas."

Smith menghembuskan nafas berat. Janu bisa melihat ada lelah di wajah gadis itu.

"Sudah aku katakan padamu, aku akan mengerjakan tugas itu sendiri dan namamu akan aku sertakan dalam tugas itu. Jadi, pulanglah. Aku sedang tidak ingin menerima tamu malam ini."

Smith berdiri masih dengan wajah malas. Sedari tadi Smith juga berbicara dengan suara yang cenderung pelan.

Tok, tok, tok!

Suara pintu diketuk. Mengagetkan Smith dan Janu.

"Haaah, siapa lagi orang sinting yang bertamu malam-malam begini?" kata Smith sambil mendengus dongkol. Ia tahu itu bukan Hendry. Sebab jika yang ada di balik pintu adalah sang ayah, biasanya Hendry akan langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 186_ Suka dalam Duka

    Janu menelan ludah setelah mengetahui yang sebenarnya terjadi. Ia menghembuskan napas panjang, menyayangkan kecelakaan yang sampai menewaskan Sinta."Janu, Ayah minta maaf. Kau benar, Ayah sudah melakukan kesalahan besar. Kini semua telah terungkap. Sinta sudah menunjukkan siapa dia sebenarnya.""Tidak, Ayah sudah keliru jika meminta maaf padaku. Ayah tidak punya salah padaku," kata Janu memasang senyum lebar. Sama sekali tidak menunjukkan adanya kemarahan apalagi dendam."Tapi Ayah sudah mengusirmu dari rumah.""Tidak Ayah. Sejak awal itu bukan rumahku. Tapi sejak kecil, Smith telah tinggal dan tumbuh besar di sana. Ada banyak kenangan manis di rumah itu. Jadi, akan lebih tepat jika Ayah meminta maaf pada Smith.""Benar, itu semua benar. Ayah tahu kesalahan Ayah pada Smith tidak akan termaafkan.""Tidak Ayah. Smith sudah berjanji untuk memaafkan Ayah."Janu pun ke luar untuk memanggil Smith. Sesaat kemudian Janu kembali dengan mengga

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 185_ Kecelakaan Maut

    Bruaaakkk!"Mama!" jerit Sisil saat melihat mobil yang ditumpangi Sinta bertabrakan dengan mobil lain.Sontak saja jalanan sekitar menjadi sangat ramai. Orang-orang mulai berkerumun untuk melihat lebih dekat kecelakaan itu.Sementara itu, Smith masih berada dalam dekapan Janu. Peristiwa kecelakaan itu berada tepat di belakang mereka. Suara dua mobil yang bertubrukan itu terdengar begitu keras di telinga mereka. Kerasnya tabrakan yang terjadi bahkan sampai membuat salah satu mobil terbalik.Sisil langsung menghentikan mobilnya begitu saja, tanpa menepi dulu. Ia ke luar dengan berlinang air mata. Berlari mendekat untuk melihat keadaan mamanya."Mama ...!" jerit Sisil lebih lantang melihat mamanya mengeluarkan banyak darah dari kepala dan telinga.Smith dan Janu langsung menoleh. Mereka mengenal dengan baik suara perempuan yang berteriak itu. Smith dan Janu langsung terbelalak karena mengenal mobil yang terlibat kecelakaan lalu lint

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 184_ Permintaan Janu

    Mendadak Smith dan Janu menjadi buronan banyak orang. Anak buah Hendry dan orang-orang Sinta sedang berusaha keras melacak keberadaan pasangan muda itu. Sedangkan Sisil, diam-diam mengikuti mamanya.Baik Hendry maupun Sinta sama-sama sibuk menghubungi nomor ponsel Smith, tapi jelas tidak tersambung karena ponsel Smith ikut terbakar. Mereka lantas menghubungi Janu, tapi tidak bisa juga. Ponsel Janu terjatuh ketika lelaki itu pingsan."Bangs*t! Lihat saja, kalau aku sampai menemukan kalian, aku pastikan kalian mamp*s!" umpat Sinta sambil mengendarai mobilnya. Sesekali ia menagih informasi hasil dari pencarian anak buahnya.***"Apa kau yakin kau tidak apa-apa?" tanya Smith melihat suaminya yang masih tampak pucat."Aku baik-baik saja. Selama kau bersamaku, aku akan selalu baik," jawab Janu sambil memegang tangan istrinya. Ia juga menyunggingkan senyum yang membuat hati Smith leleh hingga tanpa sadar pipinya memerah.Di dalam angkot itu hanya a

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 183_ Buku Doa

    Dengan dada hampir meledak, Hendry membuka pintu rumahnya. Tidak cukup sampai di situ, Hendry juga berteriak-teriak memanggil sang istri.Pak Jono yang melihat hal itu, menjadi sangat takut. Ia tahu majikannya sedang sangat murka setelah mendengarkan pengakuannya.Sejujurnya Pak Jono terhitung nekat. Sinta telah melarangnya untuk mengatakan pada siapa pun bahwa majikannya itu telah pergi ke lingkungan kost Smith. Tapi Pak Jono tidak bisa menyembunyikan apa yang ia ketahui. Tuan Hendry harus tahu semuanya, begitulah pikir Pak Jono."Ada apa, Ayah?" kata Sisil yang baru saja membuka kulkas di dapur untuk mengambil air dingin. Ia Langsung berlari menghampiri sang ayah yang terdengar murka menyebut nama mamanya."Di mana mamamu?" bentak Hendry dengan urat leher yang mencuat.Sisil menelan ludah. Ia tidak mengerti mengapa ayahnya sampai membentak dirinya. Sisil merasa tidak melakukan suatu kesalahan apa pun."Mama ... Mama sedang ke luar, Ayah,"

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 182_ Hati Ayah

    Sudah barang tentu kalau wajah Hendry tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang luar biasa besar melihat lingkungan kost tempat Smith dan Janu tinggal telah hangus terbakar. Bahkan hingga kini api masih diusahakan untuk dipadamkan.Tanpa pikir panjang, Hendry langsung ke luar dari dalam mobilnya. Ia pun berlari mendekat, bertanya pada siapa saja yang ia temui terkait keberadaan putri dan menantunya. Tapi tentu saja semua yang ia tanyai menggeleng. Tidak ada satu pun yang mengenal orang bernama Smith dan Janu. Mereka bahkan tidak tahu siapa lelaki berkemeja hitam yang bertanya pada mereka.Benar, meski Hendry Sasongko adalah pengusaha sukses yang sering muncul dalam koran bisnis ataupun berita-berita di internet, bahkan televisi, kenyataannya sosoknya tidak menjadi penting dan berharga bagi orang-orang pinggiran di sana.Bagi mereka hidup adalah perjuangan tiada akhir. Tidak berjuang artinya tidak akan makan, sama dengan menggali lubang sendiri. Hal-hal terk

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 181_ Ciuman Cinta

    Janu melepas sendiri selang oksigen yang terpasang. Ia merasa kurang leluasa untuk berbicara. Tentu saja hal itu membuat Smith menanyakan kondisinya. Smith tampak sangat gusar melihat Janu yang masih pucat dan lemah."Tidak apa. Aku baik-baik saja. Melihatmu ada di hadapanku seperti ini membuatku langsung sembuh. Katakan padaku apa kau terluka? Apa ada tubuhmu yang terkena api?" kata Janu yang merasa seperti satu tahun tidak bertemu dengan istrinya."Sebagai orang yang baru sadar, kau terlalu banyak bicara," tukas Smith dengan wajah kesal, tapi hatinya sangat senang dan lega."Maafkan aku. Aku tidak bisa menahan diri. Selalu ingin berbicara saat bersamamu. Sekarang jawablah, apa kau terluka?""Tidak, aku baik-baik saja. Katakan padaku bagaimana dengan napasmu? Apa masih terasa sesak?" tanya Smith dengan jantung yang nyaris melompat ke luar."Tidak," jawab Janu yang kemudian menghela napas panjang untuk memastikan napasnya memang telah normal.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 180_ Akhirnya Cinta

    Smith terbatuk-batuk. Tidak dipungkiri kepulan asap membuat dadanya menjadi sangat sesak. Juga penglihatan yang menjadi sangat terbatas. Ia berkedip beberapa kali karena asap itu juga membuat matanya perih.Janu masih mengira bahwa Smith yang alergi debu menjadi sangat tersiksa karena asap yang memenuhi bilik kost mereka. Ia lekas-lekas mengambil dua pakaian dari dalam lemari dan mencelupkannya ke dalam bak air. Dengan sigap Janu menutupkan baju itu ke hidung istrinya.Dari luar, suara teriakan Pak Herman memberi peringatan pada Smith dan Janu yang masih terperangkap api. Pak Herman menjadi sangat was-was melihat dua sandal yang ada di depan pintu kost nomor empat. Asal tahu saja, bagian depan bilik, termasuk atap dan pintu telah dipenuhi api. Tidak ada jalan bagi Smith dan Janu untuk ke luar."Smith jangan biarkan kain ini lepas dari mulutmu. Aku akan mengambil selimut," kata Janu setengah berteriak. Ia bersicepat menarik selimut putih yang ada di atas ranjang.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 179_ Membakar Sampah

    Pagi-pagi sekali Sinta telah rapi. Ia mengendap diam-diam ke luar dari kamar, tidak ingin diketahui oleh Hendry. Sinta akan melakukan pekerjaan besar hari ini. Sebuah pekerjaan yang akan sangat menyenangkan jika sampai berhasil dilakukan.Dengan cepat Sinta berjalan menuju lantai dasar. Ia bahkan membuka pintu rumah dengan hati-hati agar tidak ada orang rumah yang mendengar.Sinta tersenyum lebar saat melihat Pak Jono sedang mengelap mobil. Ia pun bergegas menghampiri Pak Jono."Pak, cepat antarkan aku!" perintah Sinta tanpa basa-basi. Semakin cepat ia pergi, akan semakin baik."Ke mana Nyonya?" tanya Pak Jono keheranan. Biasanya majikannya itu lebih memilih untuk ke luar dengan mengemudikan mobil sendiri. Selain itu, hari masih terlalu pagi untuk Nyonya Sinta bangun.Satu-satunya alasan Sinta memilih untuk ke luar diantar Pak Jono adalah lantaran ia tidak tahu pasti lokasi yang dituju sebab belum pernah ke sana. Meski Sinta mengantungi alamatnya,

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 178_ Malaikat Maut Smith

    Pak Jono menghembuskan napas panjang, bingung dengan tujuan dari sang majikan yang memintanya mengantar ke satu tempat dan berpindah ke tempat lain, tanpa tahu apa yang ingin dilakukan.Pak Jono mengamati ekspresi wajah sang majikan yang tampak tetap berkerut dahinya. Ia juga bisa melihat gurat kecemasan yang membuat sang majikan menatap ke arah jendela mobil, memandang entah."Tuan ... " panggil Pak Jono akhirnya setelah tidak mampu lagi menahan rasa ingin tahunya."Ada apa Pak Jono?" sahut Hendry masih dengan kening mengernyit."Apa ... tadi Tuan ingin menemui Bibi Ipah?""Ya," jawab Hendry cepat dan singkat. Seolah sebagai tanda tidak boleh ada dialog lagi sesudahnya.Entah mengapa jawaban Hendry itu membuat Pak Jono menelan ludah. Sejujurnya Pak Jono ingin bertanya lebih lanjut menyoal tujuan majikannya itu menemui Bibi Ipah padahal hari sudah larut dan semestinya majikannya itu tahu kalau panti tentu sudah tutup.Pak Jono j

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status