"Ana tau Rio sudah menikah?" tanya Pak salim padaku.
Ketegangan dalam ruang tamuku saat ini sangatlah terasa. Aku saat ini tak jauh sama seperti mereka. Sama-sama terkejut mendengar pengakuan suamiku yang telah menikah lagi.
"Tidak Pak," jawabku singkat.
Mendengar jawabanku, Pak Salim Menggeleng-gelengkan kepalanya sembari menatap suamiku yang duduk mesra dengan Beby. Mungkin bila orang yang tak mengenal kami. Orang-orang akan bilang, mereka adalah sepasang suami istri. Sementara aku orang lain yang tak ada hubungan apapun dengan mereka.
"Rio, dalam hukum negara maupun hukum agama kita. Syarat pertama untuk menikah lagi adalah meminta izin atau restu dari istri pertama. It
Hai Reader's. Pertama-tama saat ingin mengucapkan terimakasih untuk kalian yang sudah membaca tulisan saya yang recehan ini. Berhubung ini cerita pertama saya, jadi tulisan saya masih terlalu kaku. Jadi karena itu saya sedikit stuck untuk mengupdate cerita selanjutnya. Sebelum saya lanjut mengupdate cerita, izinkan saya merevisi sedikit beberapa Bab agar lebih santai dan enak untuk dibaca. Jadi saya mohon maaf atas ketidak nyamananya. .•♫•♬•𝙸𝚖𝚊𝚐𝚒𝙽𝚊𝚝𝚒𝚘𝚗 •♬•♫•. Hai Reader's. Pertama-tama saat ingin mengucapkan terimakasih untuk kalian yang sudah membaca tulisan saya yang recehan ini. Berhubung ini cerita pertama saya, jadi tulisan saya masih terlalu kaku. Jadi karena itu saya sedikit stuck untuk mengupdate cerita selanjutnya. Sebelum saya lanjut mengupdate cerita, izinkan saya merevisi sedikit beberapa Bab agar lebih santai dan enak untuk dibaca. Jadi
"Hei pelakor ...! Bisa diem gak sih? " Kami yang berada di ruang tamu, tersentak kaget mendengar bentakan dari Kak Yanti. Ini untuk kedua kalinya Ia keluar dari kamarku dengan posisi sama, marah. sambil menggendong Rina yang tengah menangis. Kak Yanti pun menghampiriku dan menyerahkan Rina padaku untuk ditenangkan. Mungkin Kak Yanti sedikit panik dengan tangis Rina yang susah ia redakan. "Eh, Mbak! Tolong dong, sopan sedikit kalau bicara." ucap kak Yanti sambil berkacak pinggang. "Belum jadi istri sah Si Keleng kan? Masih cuman sebatas pelakor kan? Daerah sini, orangnya pada bar-bar loh, Mbak terhadap pelakor. Mbak mau saya panggil orang-orang sini sama ketua RT, buat ngeramein Mbak? Belum sah aja belagu!" "Pak, Buk. Tegur dong, tuh. Mereka belum sah udah n
Kuhentikan aktivitas Rina yang tengah menikmati ASI--ku. Bahkan tak kupedulikan tangisan Rina yang semakin histeris, karena ia belum juga puas menyusu. Tubuh mungilnya kini kembali kugendong menuju tempat perdebatan terjadi. Biarlah Rina menangis sebentar, yang penting rasa penasaran ku terbayarkan. Hanya itu isi pikiranku-------------------------------------------------------Mendapati aku kembali ke ruang tamu, Bang Rio dengan kasar merampas Rina dari gendonganku."Dimas Lihatlah ini!" ucap Bang Rio sambil menunjukan Rina pada pria itu. "aku tidak berbohong padamu. Istriku memang baru saja melahirkan dan kemarin ia memang pendarahan. Tanya saja pada ibu itu kalau kau tidak percaya pada ceritaku kemarin. Ibu itu yang mengatakan istriku pendarahan," tunjuk Bang Rio dengan wajahnya menghadap ke arah Bu Halimah. "Aku memang benar-benar membutuhkan uang Dimas, saat itu dimas." suara suamiku terdengar lirih saat ia menjelaskan. W
"Berhenti, jangan lari!" Teriak seseorang tiba-tiba. "Astagfirullahaladzim, Rina! Abang!" Teriakku panik. Suamiku berlari keluar rumah, masih dalam posisi menggendong Rina. Aku yang sempat menyadari gerak-gerik mencurigakan dari suamiku yang terus menggendong Rina, terduduk lemas sesaat. Apa ini alasan Bang Rio enggan menyerahkan Rina padaku. Agar ia tak terlihat mencurigakan jika kabur. Secepatnya aku berusaha menyadarkan diri, untuk mengejar suamiku yang membawa Rina pergi. Anakku dalam bahaya, itu lah yang terlintas dalam pikiranku. Aku menyusul Dimas beserta satu orang polisi yang terlebih dulu mengejar suamiku. Bang Rio berlari menuju jalan yang berada di ujung jalan rumahku ini. Sebuah jalan besar yang bebas di lewati kendaraan besar sekalipun. 
Pov Author *** "Abang!" Teriak Beby. Ia terkejut mendapati sang kekasih dalam kondisi memprihatinkan. Bahkan, salah satu tulang kaki Rio, tampak keluar. Membuat siapapun yang melihat luka tersebut, seolah ikut merasakan sakitnya. "Mbak, saya boleh ikut masuk," tanya Beby pada petugas ambulans yang seorang wanita," Saya calon istrinya," ucapnya lagi, memperjelas status hubungan mereka berdua. Namun, seorang polisi yang sedari tadi mengikuti langkah Beby, mencegahnya untuk ikut masuk ke dalam ambulans, "Maaf, Bu. Ibu harus ke kantor polisi untuk dimintai keterangannya." "Loh, loh, loh, saya kan sudah bilang sama, Abang. Saya cuman di t
Pov RioAku baru saja pulang dari rumah pacar baruku, Beby. Seorang janda tanpa anak, berumur 20 tahun yang sudah kupacari sebulan terakhir ini. Sikapnya yang manja membuatku jatuh hati. Beby, sangat berbeda dengan pacar-pacarku yang lain, termasuk istriku sendiri.Selesai membayar ongkos ojek online yang mengantarkanku pulang. Netra ini membulat, mendapati seorang pria asing keluar dari rumahku. Melihat istriku melemparkan senyum hangat pada pria itu, membuat darah ini mendidih seketika. Ya, aku pencemburu! Tapi bukankah itu hal wajar? Suami mana yang tak marah? Melihat istrinya beramah tamah pada pria lain. "Diana widuri!" panggilku lantang memanggil nama panjang istriku. Bukannya terkejut dengan kehadiranku yang memergokinya selingkuh, istriku malah menyambutku dengan senyuman yang merekah. 'Bangga sekali kau, bisa membalasku, ya, Diana. Kuhajar juga kau.'Plak! Kulayangkan tamparan keras, di wajah istri
Tujuan kepergianku meninggalkan rumah, adalah menemui Beby. Lucu rasanya, belum juga satu jam meninggalkan rumah yang disulap menjadi kost-kost'an ini, aku sudah kembali lagi. Rumah bercat putih ini, disewakan tanpa memandang gender. Tanpa ada penjaga yang mengawasi, akupun bebas keluar masuk layaknya penyewa salah satu dari 10 kamar yang ada disini."Beby, Beby," panggilku mengetuk kamar nomor 7 yang merupakan kamar Beby."Eh, Abang. Baru juga balik, udah datang lagi," sambutnya membukakan pintu untukku.Tenggorokan ini tiba-tiba terasa kering saat melihat dirinya. Entah rasa haus karena cuaca panas sehabis dari luar atau rasa haus karena menahan nafsu."Baru mandi, Beb," tanyaku pada
"Oke. Dua ratus ribu, kalau begitu. Mau, ya, Rio." tawar Bu Mira dengan wajah yang sedikit putus asa. Sebenarnya aku ingin menolak permintaan Bu Mira padaku. Namun, mengingat keadaanku yang membutuhkan uang untuk membawa istriku berobat, jujur aku mulai tergiur dengan tawarannya. Tapi tak ada salahnya kucoba, mungkin ini cara Allah menolongku yang tengah kebingungan. "Baiklah, Bu. Saya mau," jawabku menerima tawaran kerja darinya. Tidak baik bukan bila menolak rejeki yang datang. . . . Setiba di dalam rumah Dimas, aku terkejut dengan ukuran kolam ik