Rumah besar yang ada di depannya membuat Kalea tidak bisa berhenti tersenyum. Ia sangat merindukan kehangatan rumah yang ada di depannya ini. Sekarang ia akan kembali mendapatkan kehangatan itu. Langkah kaki Kalea mulai memasuki rumah ini. baru beberapa langkah ia berjalan, Kalea berhenti ketika melihat kedua orang yang ia rindukan sudah berdiri tepat di hadapannya.
Kalea tersenyum lebar dan berlari menuju kedua orang yang sangat ia rindukan. Pelukan hangat langsung tercipta diantara mereka.
"Aku kangen banget sama om dan Tante," tutur Kalea disela pelukannya.
"Siapa suruh ngambil kuliah jauh-jauh. Padahal di Indonesia juga banyak kampus yang bagus," jawab tantenya.
Kalea melepaskan pelukannya dan menatap tantenya dengan cemberut. "Itu-itu aja yang Tante bilang," cibir Kalea. Pasalnya di setiap pembicaraannya bersama dengan tantenya, ia selalu berkata hal demikian. Kalea sangat ingat ketika pertama kali ia mengatakan akan melanjutkan kuliahnya di sana. Tantenya adalah orang yang paling melarang niatnya itu. Untung saja Kalea memiliki om yang yang sangat mendukung pilihannya. Alhasil Kalea bisa melanjutkan kuliahnya di negara impiannya.
"Bi Eno.. tolong bawakan koper Kalea ke kamar," ucap Alsyad, om Kalea kepada artnya.
Wanita paruh baya tersebut segera melaksanakan perintah dari majikannya. Ia pun membawa koper Kalea menuju kamar. Sepeninggalan bi Eno, Alsyad membawa Kalea menuju sofa ruang tamu agar Kalea bisa duduk dan berbincang di situ.
"Gimana perjalannya?" Tanya Risma, Tante Kalea.
"Lelah tapi menyenangkan. Apalagi tujuannya mau ketemu om dan tante," jawab Kalea dengan kedipan matanya.
Risma kembali merangkul tubuh Kalea. Ia sudah lama merindukan keponakannya yang sudah ia anggap anak sendiri ini. Kalea selalu bisa membuat Risma cinta kepadanya.
"Om tau seharusnya kamu langsung istirahat setelah perjalanan panjang kamu. Tapi om dan Tante mau sedikit membicarakan mengenai pernikahan kamu, Kalea. Jadi kapan kamu mau bertemu dengan calon suami mu?"
Senyuman di wajah Kalea perlahan memudar ketika mendengar pertanyaan itu. Dia baru ingat jika tujuan kedua ia datang ke sini adalah untuk menikah.
"Kamu pasti gak akan pernah nyesal nikah sama dia, sayang. Orangnya ganteng baik pula," timpal Risma dengan semangat.
"Mengenai itu.. aku udah mutusin untuk gak bertemu sama dia sebelum pernikahan om, Tante. Aku rasa.. lebih baik kami bertemu setelah menikah," jawab Kalea. Semua ini memang sudah ia pertimbangkan. Kalea tidak mau bertemu dengan calon suaminya itu sebelum ia menikah dengannya.
Kalea takut ia akan berubah pikiran setelah bertemu dengan pria itu. Karena rasa bersalahnya kepada Nathan masih terus menghantui dirinya.
Risma menggenggam tangan Kalea erat. Ia sangat tau mengapa Kalea meminta hal tersebut. Sebenarnya ia dan Alsyad tidak ingin memaksakan kehendak mereka kepada Kalea, tetapi keadaan yang memaksa mereka untuk melakukan demikian.
"Maaf kalau om dan Tante membuat kamu berada di posisi seperti ini, sayang."
Gelengan kepala Kalea segera ia berikan. Ia tidak mau membuat tantenya menjadi merasa bersalah kepada dirinya. "Tante.. aku gak masalah. Aku baik-baik aja dan aku yakin om dan Tante ngelakuin semua ini untuk kebaikan aku. Aku percaya sama pilihan om dan Tante," ucap Kalea. Ia memang sangat percaya dengan pilihan kedua orang yang ia sayangi ini.
"Apa tante punya foto calon anak sambungku? Aku ingin melihat kecantikannya. Dia.. akan menerima aku gak ya?"
Jujur saja, Kalea memang memiliki rasa takut itu di dalam dirinya. Ia masih bisa memaklumi jika pria yang akan ia nikahi tidak akan menyukai dirinya. Tetapi jika anak perempuan itu tidak menyukainya, Kalea akan merasa sangat sedih.
Apalagi dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu dan tiba-tiba Kalea datang untuk menjadi ibunya, Kalea tidak tau seperti apa respon anak itu.
"Kamu tenang aja.. dia sangat menyukai mu. Bahkan dia tidak sabar untuk bertemu dengan Kalea. Dia selalu membawa foto mu, sayang. Kamu sudah mencuri hatinya.. bahkan sebelum kalian bertemu."
Kalea yang mendengar itu seketika merasa sedih. Ia sangat ingin menangis mendengar perkataan om Alsyad. Ia sangat mengerti bagaimana di tinggal oleh sosok seorang ibu. Kalea sangat paham akan hal itu.
"Zura. Azura Alamsyah namanya. Gadis kecil yang sangat periang dan juga penurut. Kamu tidak akan pernah menyesal pernah mengenal anak ini, Sayang. Dia bahkan sudah memanggil kamu dengan sebutan mama."
"Zura pasti akan bangga punya mama seperti kamu," sambung Risma.
Kalea menganggukkan kepalanya mendengar itu. Ia akan membuat gadis kecil itu bangga dengannya.
Mungkin pernikahan ini hanyalah sebuah perjanjian diatas kertas untuk Kalea. Tetapi ia akan menyayangi gadis kecil itu dengan sepenuh hatinya. Kalea tidak ingin gadis itu tidak merasakan kasih sayang seorang ibu seumur hidupnya.
Azura Alamsyah juga sudah membuat Kalea menyayangi dirinya bahkan sebelum ia bertemu dengan gadis itu. Kalea jadi ingin bertemu dengannya. Ia ingin memeluk tubuh kecil itu dan membesarkannya dengan baik.
"Karena itu, kamu yakin tidak mau bertemu dengan mereka dulu sebelum menikah? Biar kamu lebih mengenal mereka," tutur Alsyad mencoba untuk kembali menawarkan pertemuan dengan calon suami Kalea.
"Enggak om. Kalea udah yakin seratus persen. Lagian pernikahannya enggak akan lama lagi kan?"
"Kamu baru sampai di Indonesia. Kalau kamu masih mau beristirahat dulu, kita bisa membicarakan soal pernikahan ini nanti. Tidak usah terlalu terburu-buru, Kalea. Mungkin dia bulan ke depan atau tiga bulan ke depan baru kita bincangkan soal pernikahan kamu. Makannya dari itu, om sangat berharap kamu mengenal mereka terlebih dahulu sebelum melanjutkan pernikahan ini," sambung Alsyad.
Kalea tersenyum tipis mendengar itu. Ia sangat yakin pernikahan ini akan tetap terlaksana walaupun ia tidak menyukai calon suaminya itu. Jadi untuk apa dia harus bertemu dan mengenal terlebih dahulu. Keputusannya tetap tidak akan berubah.
"Iya sayang.. kamu harus bertemu dulu sama mereka. Kamu kenali mereka dengan baik setelah itu, baru kita membahas mengenai pernikahan kamu." Risma membantu suaminya untuk membujuk Kalea agar merubah keputusannya.
"Om.. Tante.. aku rasa dua bulan atau tiga bulan itu terlalu lama. Aku udah pulang ke sini, karena aku pikir pernikahannya akan segera dilaksanakan. Lagian.. aku akan semakin mengenal mereka jika aku sudah berada di antara mereka. Jadi... Aku enggak usah bertemu dengan mereka dulu."
Senyum tipis Kalea masih terus tercipta di wajah manisnya. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum mengatakan keinginannya. Kalea tidak mau terlalu lama menunggu semua ini. Semuanya pasti akan terjadi, oleh karena itu ia akan mempercepat semuanya.
Kalea tidak mau terus memikirkan Nathan. Mungkin dengan ia menikah dengan pria pilihan keluarganya dan mengurus putri sambungnya itu, Kalea akan sedikit melupakan Nathan karena kesibukannya.
Keputusan yang akan ia buat akan ia tanggung sendiri. Kalea akan mengubah hidupnya lebih cepat karena keputusan sepihaknya ini.
"Aku mau pernikahannya dilaksanakan Minggu depan."
***
Suasana antara Kalea dan Aslan seketika sunyi. Aslan tidak bisa menjawab pertanyaan yang Kalea berikan. Tentu saja hal itu semakin membuat Kalea curiga pada Aslan. Tidak biasanya Aslan diam kaku seperti ini jika ia tidak menyembunyikan apapun. "Kenapa kamu gak jawab, mas?" Kalea tidak bisa seperti ini. Jiwa penasarannya seketika menjadi. "Mama!" Teriakkan dari Zura membuat Kalea dan Aslan menoleh ke sumber suara. Zura sudah berdiri di pinggir tangga sembari menatap Kalea."Mama.. Zura udah pakai baju renangnya. Sekarang mama yang pakai biar kita berenang sekarang," ucap Zura memperjelas keinginannya. "Iya sayang.. bentar lagi mama ke sana," balas Kalea. Kalea kembali menoleh kearah Aslan, menunggu jawaban yang akan Aslan berikan padanya. "Kenapa diam aja sih, mas? Kamu kok tiba-tiba gak mau jawab pertanyaan simpel aku. Kamu hanya perlu jawab pernah atau tidak. Sesulit itu emangnya pertanyaan aku?" Kali ini Kalea mulai kesal dengan Aslan. "Mama.. ayo cepat!" Fokus Kalea seketika
Kalea menatap pemandangan pepohonan yang ada di depannya. Saat ini mereka berhenti sebentar untuk beristirahat sebelum ke villa, di sebuah tempat makan dengan pemandangan pepohonan dan udara yang sangat segar. Kalea menghirup udara segar dengan dalam. Ini kali pertamanya berada di puncak setelah ia pulang dari kuliahnya. Tidak terlalu banyak yang berubah dari terakhir ia di kesini. Benar kata Aslan, puncak tidak seramai biasanya. Mereka datang di waktu yang tepat. Suara langkah kaki membuat Kalea menoleh ke sumber suara. Ia dapat melihat Aslan sembari menggendong Zura yang sedang tertidur pulas. Aslan duduk di sebelah Kalea."Aku pesenin makan ya?" Tanya Kalea. Setelah mendapatkan anggukan dari Aslan, Kalea pun memanggil seorang pelayan dan memesan pesanannya. Tak menunggu lama, pesanan yang mereka pesan datang. "Zura gak mau makan.." Kalea tersenyum tipis mendengar perkataan Zura. Suasana hati Zura setelah bangun dari tidurnya berubah seketika. Sepertinya Zura berharap setelah ba
Kepulangan Kalea disambut hangat oleh mama dan papa Aslan. Sedangkan Nathan, Kalea dapat melihat pria itu menatapnya dengan pandangan penuh kebencian. Kalea sama sekali tidak mengerti mengapa Nathan bisa begitu berubah seperti ini. Nathan yang dia kenal dulu sangat manis dan lembut kepadanya. Pelukan hangat Kalea dapat dari mama mertunya. Kecupan singkat di kening juga ia dapatkan. Kalea hanya bisa tersenyum kikuk sekarang. Pasalnya ia pergi dengan kemauannya sendiri dan sekarang ia kembali dengan Aslan yang menjemputnya."Rumah ini sepi tanpa kamu," ucap papa mertua Kalea ketika memeluk Kalea. Setelah selesai berpelukan dan menerima kata-kata manis dari mertuanya, Kalea menatap mertuanya dengan sungkan. "Ma.. Pa.. Maaf ya aku pergi tanpa pamit. Maaf juga karena udah buat kegaduhan seperti ini," ucap Kalea tulus. "Enggak sayang kamu gak perlu minta maaf. Ini semua ujian rumah tangga. Tapi lain kali mama minta untuk tidak bersikap gegabah. Ingat.. Zura butuh kamu."Anggukkan dari Ka
Suara kecil itu seketika mengalihkan Kalea. Dengan cepat ia menoleh ke sumber suara dan mendapati Azura yang sudah berdiri di depannya. Tanpa menunggu lagi, Kalea menghampiri Zura dan memeluk tubuh kecil putrinya itu.Suara tawa Zura terdengar ketika ia dipeluk oleh Kalea. "Mama kangen banget sama Zura," ucap Kalea di tengah pelukannya."Zura juga kangen sama mama," balas Zura. Pandangan Kalea teralihkan ketika melihat Aslan yang juga sudah berada di dalam kamarnya. Aslan tersenyum tipis melihat pemandangan yang ada di depannya.Setelah puas memeluk tubuh Zura, Kalea akhirnya melepasnya dan mengusap pipi Zura dengan kedua tangannya. Ia dapat merasakan suhu tubu Zura yang sedikit hangat. "Zura sakit?" tanya Kalea."Tadi Zura sakit ma.. tetapi setelah ketemu mama, sakitnya Zura udah pergi." Kalea tersenyum sembari khawatir dengan keadaan Zura. Ia sangat yakin keadaan Zura seperti ini dikarenakan dirinya yang pergi meninggalkan Zura."Malam ini Zura tidur sama mama ya. Papa pulang dulu,"
Pandangan pertama yang Kalea lihat ketika memasuki kamarnya ialah Riska dan Rizky yang sedang duduk di sofa kamarnya. Mereka berdua seketika berdiri ketika melihat kehadiran Kalea. Terutama Riska, Ia segera mendekati Kalea yang terlihat lemah itu. "Gue gak tahu apa yang udah suami lo bilang ke lo, tapi tolong jangan dengerin apapun itu. Lo akan semakin sakit kalo lo mikirin apa yang dia katakan," ucap Riska sembari mengelus lembut bahu Kalea. Kalea yang mendengar itu malah kembali meneteskan air matanya. Melihat Kalea yang mulai menangis, dengan sigap Riska membawanya kedalam pelukannya. "Lo kan tahu gimana suami lo... udah gak usah dipikirin.""Dia sepertinya benar-benar akan ceraikan gue, Ris." "Lo gak usah khawatir, Lea. Gue siap kok gantiin posisi suami lo kalau dia minta cerai," tutur Rizky dengan serius. Tangisan Kalea semakin menjadi ketika mendengar penuturan Rizky. Melihat itu, Riska langsung memberikan tatapan mautnya kepada Rizky."Gak usah dengarin dia. Gue yakin seratu
Langkah lebar Aslan berjalan mendekat kearah Kalea dan Rizky. Melihat Aslan yang semakin mendekat kearahnya, entah kenapa jantung Kalea seketika berdegup kencang. Ia sangat takut Aslan akan kembali salah paham lagi kepadanya. Pasalnya, masalahnya dan Aslan masih belum selesai dan sekarang mereka berdua bertemu di waktu yang sangat tidak tepat.Kalea dapat melihat raut wajah Aslan yang menahan amarahnya. Ingin sekali rasanya ia menghilang dari tempat ini sekarang, tetapi sayangnya Kalea sama sekali tidak memiliki kekuatan seperti itu. Alhasil ia harus menghadapi Aslan sekarang."Mas.. kamu apa kabar?" Kalea merutuki pertanyaan bodohnya itu. Entah kenapa pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya sekarang."Bisa kita bicara sekarang?" tanya balik Aslan tanpa menjawab pertanyaan Kalea. Aslan meraih tanggan Kalea. Ia hendak membawa Kalea pergi bersamanya. Tetapi langkah Kalea tertahan ketika Rizky ikut memegang tangan Kalea yang lain. "Rizky.." Kalea mencoba untuk memperingati Rizky agar