Mereka berdua sama sekali tak menyangka kalau akan ada kebetulan seperti itu.Madeline dan Jeremy kembali ke Whitman Manor. Setelah mandi untuk membersihkan kotoran dan menghapus rasa lelah dari tubuh mereka, keduanya duduk dengan nyaman di sofa.Jeremy kemudian mengambil pengering rambut dan dengan hati-hati mengeringkan rambut Madeline. Akhirnya, dia menarik Madeline dengan erat ke dalam pelukannya.Merasakan suhu tubuh Madeline dan mencium aroma tubuh wanita itu, Jeremy akhirnya merasa nyaman.“Linnie, aku benar-benar ingin menggenggam tanganmu dan membawamu keliling dunia setiap hari. Dengan begitu, tidak akan ada masalah yang bisa menghampiri kita.”Madeline mengangkat tangannya dan menepuk pipi Jeremy. “Kau berpikir untuk pensiun? Apa kau pikir dirimu sudah mendapatkan cukup uang untuk membeli susu formula Pudding dan biaya sekolah Jack dan Lilly? Selama anak-anak masih bergantung pada kita, kita sebagai orangtua bahkan tidak bisa berpikir untuk pensiun.”“Anak-anak akan tumbuh d
Setelah diingatkan oleh Karen, Madeline akhirnya mengingat sesuatu.Begitu banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini sehingga dia hampir melupakan keberadaan orang ini.Yang lebih mencurigakan lagi adalah wanita itu benar-benar pergi atas kemauannya sendiri."Apa dia bilang kenapa dia pergi?" Madeline bertanya dengan rasa ingin tahu, dengan hati-hati menuangkan sup ke dalam termos makan.“Perempuan itu dari awal menginginkan sesuatu terjadi antara dirinya dan Jeremy, jadi mana bisa dia bersedia tinggal di rumah kita sebagai pembantu? Meskipun dia terlihat menyedihkan, dia hanya berpura-pura memenangkan simpatimu. Dia hanya ingin tinggal di sini dan diam-diam mengambil kesempatan untuk mengganggu Jeremy lagi.” Karen menganalisis apa yang ada dalam pikiran Hannah saat itu.Bahkan, dalam hati Madeline juga tahu kalau Hannah hanya berpura-pura ketika mengatakan kalau dia ingin tinggal di sini sebagai pembantu dan ketika bilang kalau dia tidak ingat apa-apa. Hannah hanya memiliki satu tujuan,
“Maddie, kau ‘kan tahu. Aku sudah tidak punya ibu sejak aku masih kecil. Orang yang melahirkanku hanya memberiku tubuh ini dan tidak ada yang lain lagi.”Ucapan Ava terdengar seperti dia sedang kesal, tapi dia tetap dengan patuh memakan sup buatan Madeline.Madeline mengangguk lalu duduk di samping tempat tidur. Kemudian, dia menatap Ava dengan sangat serius. “Tapi Ava, dari sudut pandang objektif, menurutmu orang seperti apa kedua orangtuamu?”Ava menghentikan kunyahannya. Meskipun ekspresinya tampak sedikit enggan, dia tetap berbicara dengan serius.“Kalau dilihat dari sudut pandang orang luar, salah satunya adalah wanita sukses yang cerdas, anggun, baik hati, dan murah hati. Satunya lagi adalah seorang dokter ahli dengan keterampilan medis yang mumpuni dan bermoral tinggi. Keduanya adalah tokoh terkenal yang luar biasa.”"Itu saja?" Madeline mengejar. “Jika kau melihat mereka dari perspektif lain, menurutmu bagaimana mereka memperlakukanmu?”"Aku? Mereka hebat." Ava tersenyum lagi,
Begitu mendengar itu, Madeline tersenyum kecil.Dia tahu bahwa meskipun Ava masih berdebat dengan keras kepala, di dalam hatinya, Ava bersedia untuk percaya bahwa ini adalah kebenaran.“Ava, mungkin tidak akan ada cukup waktu di masa depan, terutama karena banyak hal telah terjadi akhir-akhir ini. Sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, kita harus menghargai semua yang ada di depan kita, terutama mereka yang benar-benar mencintai kita.”Ava mengerti apa yang ingin disampaikan Madeline, tetapi pada saat ini, dia hanya ingin melarikan diri.“Maddie, bagaimana kondisi Danny sekarang? Aku dengar ... aku dengar dari orang yang barusan itu kalau Dan mengeluarkan banyak darah karena ingin menyelamatkan aku. Apakah kondisinya serius?”“Aku akan menjenguk Dan sebentar lagi, jadi jangan khawatir. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Dan, orang yang kau sebutkan tadi pasti sudah memberitahumu.”“ … ”Ava tahu Madeline sengaja menggodanya dan memanggil Raegan
“ ... ”Apa yang ingin Madeline katakan terlalu jelas. Ava tidak bodoh. Tentu saja, dia mengerti.Tepat ketika Ava terdiam, seseorang mengetuk lembut pintu bangsal.Madeline dan Ava sama-sama mendongak dan melihat Neil dengan jas putihnya berdiri di pintu dengan ragu-ragu. Ekspresi penuh dilema tergambar di wajahnya. Dia khawatir bagaimana Ava akan bereaksi saat melihat kemunculannya, tetapi pada saat yang bersamaan, dia berharap Ava membiarkannya masuk.Madeline melirik dua orang yang saling tidak bicara itu, tersenyum, dan berkata, “Halo Dr. Long. Ava dan aku kebetulan sedang membicarakanmu.”Mendengar sapaan Madeline, ekspresi Neil menjadi lebih santai, dan senyum pun muncul di wajahnya. "Benarkah? Apa yang kalian bicarakan?” Dia berjalan masuk sambil bertanya, dan dari waktu ke waktu matanya beralih ke wajah Ava.Ketika melihat luka-luka di wajah Ava, hatinya sakit, tetapi dia tak bisa mengatakan apa-apa untuk menghibur Ava. Seolah-olah dia telah kehilangan kualifikasi untuk merawa
Madeline tenang. Dia tidak memiliki sedikit pun ketakutan atau bahkan ingin menghindar.“Kudengar kau sudah pergi. Kenapa kau tiba-tiba kembali? Kau bahkan mengikutiku sekarang. Apa ada hal lain yang ingin kau katakan padaku?” Madeline bertanya langsung sambil tersenyum tipis.Hannah melihat senyum tenang di wajah Madeline, dan sorot matanya pun muram. Namun, detik berikutnya, dia juga tersenyum.“Ya, seperti yang kau bilang, aku sangat tidak rela. Bahkan jika aku benar-benar harus kembali ke St. Piaf, aku harus mengucapkan selamat tinggal kepada 'kakakku' yang baik sebelum pergi.”Hannah jelas ingin mengatakan sesuatu. Ketika dia mengucapkan kata 'kakakku', itu terdengar sangat ironis.Meskipun mata dan kata-kata Hannah penuh dengan ketidaksenangan dan keengganan yang kuat, dan mungkin dia masih ingin membalas dendam pada Madeline, entah kenapa saat ini hati Madeline tenang. Bahkan tidak ada fluktuasi sedikit pun di sana.Madeline hanya tersenyum dan mengangguk. "Kalau begitu, apa kau
“Jadi, Eveline, terima kasih. Aku tidak akan pernah mempermalukan diriku sendiri lagi di hari-hari yang akan datang.”Setelah mengatakan ini, Hannah melengkungkan bibirnya menjadi senyum yang memikat sebelum berbalik dengan tegas.Setelah berbalik dan mengambil dua langkah, dia berbalik lagi dan menatap Madeline yang masih berdiri di sana.“Ada satu hal lagi yang lupa aku katakan. Aku berharap dirimu dan Mr. Whitman panjang umur dan bahagia selamanya.”Setelah memberikan doa terakhirnya, Hannah berjalan maju dengan riang dan tidak melihat ke belakang lagi.Madeline menatap punggung Hannah, yang berangsur-angsur menghilang. Dia tidak lupa membalas, “Terima kasih.”Dalam perjalanan pulang ke rumah, Madeline masih merasa ini agak aneh.Bagaimana Hannah bisa tiba-tiba mendapat pencerahan?Sesuatu pasti telah terjadi.Seseorang yang membencinya sampai ke tulang sumsum tiba-tiba merasa lega dan tidak ngotot lagi. Sesuatu pasti telah mencerahkan pikirannya.Namun, Madeline tak bisa menemukan
Fabian memberikan jawaban yang sangat tegas, dan nada suaranya juga terdengar tidak ramah. Namun, Madeline dan Jeremy sudah terbiasa dengan sikap Fabian sekarang.Tentu saja, Madeline dan Jeremy juga mengerti bahwa bukan karena Fabian punya masalah dengan mereka, tetapi pemuda itu telah tumbuh dewasa.Tuan muda yang dulunya sinis kini menjadi lebih tenang dan tegas.Itulah mengapa Madeline dan Jeremy merasa tenang membiarkan Lilian tinggal bersama Fabian.“Fabian, bagaimana kesehatan Lilly baru-baru ini?” Jeremy bertanya dengan sungguh-sungguh. Hal yang paling dia khawatirkan adalah kesehatan putri kesayangannya.Fabian membalikkan kamera ponsel. Wajah imut Lilian muncul di layar lagi.Di kamar tidur yang didekorasi dengan hangat, kehangatan sinar matahari terbenam dengan lembut tersebar di wajah mungil Lilian yang cantik. Lesung pipit kecil menonjolkan kedua sisi mulut mungilnya. Anak itu terlihat sangat energik.Madeline percaya ini semua karena Fabian.“Fabian, Lilly kelihatan luar