Share

ATM diblokir

"Sayang itu pasti ... maksud aku itu video lama sebelum kami bercerai." Sevan berusaha meyakinkan istrinya, berharap Julia mau mendengarkan apa yang ia katakan.

Julia menyunggingkan senyumnya. "Aku tidak bodoh, Mas. Bukankah di sini ada tanggalnya, dan kamu masih berani untuk mengelak."

Sevan benar-benar kehabisan kata-kata, ia bingung harus mengatakan apa lagi. Keadaannya benar-benar kacau, kalau sudah seperti ini, tidak ada harapan lagi untuk bisa meyakinkan istrinya. Namun yang membuat Sevan bingung, dari mana istrinya mendapatkan video itu.

"Julia kumohon tolong kamu percaya, dengan ucapanku." Sevan kembali memohon. Julia sudah tidak percaya lagi dengan ucapan suaminya itu.

"Sudahlah, Mas. Lebih baik sekarang kamu pulang ke rumah mantan istrimu itu, mereka pasti sudah menunggumu," kata Julia, rasanya iya sudah muak dengan kebohongan yang diciptakan oleh suaminya itu.

"Kamu ngusir aku, kamu nggak seneng suamimu pulang." Sevan menatap mata indah istrinya itu.

"Kalau aku nggak nyuruh, mang Karjo untuk nganterin koper kamu. Kamu juga nggak akan pulang kan, karena kamu lebih betah di sana." Setelah mengatakan itu Julia memilih untuk naik ke lantai atas. Percuma berdebat, karena akan menambah pikirannya semakin semrawut.

"Julia tunggu, aku belum selesai ngomong sama kamu," ujar Sevan. Namun Julia sama sekali tidak mendengar ucapan suaminya itu. Ketika Sevan hendak mengejar istrinya, tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan terpaksa lelaki itu berhenti dan mengambil benda pipih miliknya itu.

"Nagita." Sevan menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan.

[Halo ada apa]

[Mas sekarang kamu cepat ke rumah ya, Sera ngambek gara-gara kamu tinggal tadi]

[Nagita, kamu bilang sama Sera. Nanti sore aku datang ke rumah, tapi untuk sekarang aku .... ]

[Mas, kamu tahu sendiri kan kalau Sera lagu ngambek. Atau jangan-jangan istrimu itu yang ngelarang kamu untuk nemuin Sera, iya]

[Nagita, ini tidak ada sangkut-pautnya dengan Julia. Jadi kamu tidak bisa mengalahkannya begitu saja]

[Pokoknya aku tidak mau tahu, sekarang juga kamu cepat datang ke rumah]

[Iya, iya, nanti aku ke rumah]

Sambungan telepon terputus, Sevan menghela napas lalu mengusap wajahnya dengan gusar. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa, satu sisi Sevan memikirkan putrinya. Dan di lain sisi, ia tidak ingin istrinya bertambah marah.

"Julia, setelah aku memberikan pengertian kepada Sera. Aku janji akan ke sini lagi," ucapnya. Setelah itu Sevan beranjak pergi, ia tahu jika Julia pasti akan bertambah marah. Tapi ia tidak punya pilihan yang lain lagi.

Dari balkon, Julia melihat mobil suaminya yang sudah melesat jauh. Sakit hati dan kecewa, itu yang Julia rasakan. Ia tidak pernah melarang suaminya untuk memberikan perhatian terhadap putrinya. Tapi sebagai Sevan seharusnya bisa mengerti jika ia tidak lagi sendi, ada hati yang harus dijaga.

***

Hari telah berganti, dan seperti biasa, semalam Sevan tidak pulang lagi ke rumah. Sera benar-tidaknya mengekang ayahnya agar tidur bersamanya. Sevan tidak punya pilihan lain selain menurut, walaupun sejujurnya pikirannya tidak bisa tenang, karena urusannya dengan Julia belum juga beres.

"Pa, nanti kita jadi jalan-jalan kan?" tanya Sera dengan sangat antusias. Pasalnya semalam Sera meminta ayahnya untuk pergi jalan-jalan. Bukan itu saja, Nagita juga meminta mobil, karena mobil lamanya sudah jelek.

"Iya, Sayang. Jadi kok," sahut Sevan. Lelaki itu nampak tengah sibuk dengan benda pipihnya itu. Karena sedari semalam nomor Julia tidak aktif, telpon rumah pun mati, mungkinkah Julia sengaja melakukan itu.

"Mas kamu kenapa sih, aku perhatiin dari tadi sibuk banget," tegurnya. Nagita merasa heran sendiri dengan sikap mantan suaminya itu.

"Dari semalam nomor Julia tidak aktif," katanya. Seketika raut wajah Nagita berubah mendengar mantan suaminya menyebutkan nama istrinya.

Nagita menghela napas. "Nanti mobilnya mau datang, Mas. Kamu harus nyiapin duit untuk DP-nya."

"Apa?! Mobil." Sevan menatap mantan istrinya itu.

"Iya, kan aku sudah bilang sejak seminggu yang lalu. Udah ayo buruan sarapannya dihabisin, katanya mau pergi," ungkap Nagita. Sementara itu Sevan hanya diam, permintaan mantan istrinya benar-benar tidak bisa dianggap wajar.

Selesai sarapan, mereka langsung bersiap untuk pergi, jujur hati Sevan tidak bisa tenang. Namun ia tidak ada pilihan yang lain, dengan terpaksa Sevan menuruti keinginan putrinya itu untuk pergi jalan-jalan, berhubung sekarang hari libur.

Setelah hampir setengah hari berada di taman bermain, kini mereka sudah berada di pusat perbelanjaan. Terlihat jika Nagita dan putrinya tengah memilih baju dan tas. Sementara itu Sevan memilih untuk menunggu.

"Kenapa belum aktif juga sih." Sevan menggerutu lantaran nomor istrinya belum juga aktif.

"Udah belanjanya?" tanya Sevan ketika melihat mantan istrinya mendekat.

"Sudah, kamu tinggal bayar," sahut Nagita. Setelah itu Sevan bangkit dan berjalan menuju meja kasir.

"Ini totalnya, Pak." Pegawai kasir tersebut menunjukkan jumlah total semua barang yang diambi.

Sevan menghela napas lalu menyodorkan kartu ATM miliknya. "Ini, Mbak."

"Silahkan masukkan PIN-nya," ucap pegawai kasir tersebut dengan ramah. Gegas Sevan menekan tombol angka tersebut.

"Maaf, Pak. Apa ada kartu yang lain. Soalnya yang ini tidak bisa," ujarnya. Mendengar hal tersebut seketika Sevan memeriksanya langsung. Benar, kartu ATM miliknya tidak bisa digunakan, karena sudah diblokir.

"Coba yang ini, Mbak." Sevan kembali menyodorkan kartu ATM miliknya yang satunya. Dan lagi-lagi tidak bisa, karena sama-sama sudah diblokir.

"Ada apa, Mas?" tanya Nagita.

"ATM aku diblokir," jawab Sevan. Sedetik kemudian Nagita terkejut ketika mendengar jika kartu ATM milik mantan suaminya diblokir.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
laki2 g punya otak melebihi sadisnya dari binatang
goodnovel comment avatar
Isabella
Rasain loooo
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status