Share

Bukti Video

"Ada apa, Mas?" tanya Nagita, wanita itu cukup penasaran dengan pesan yang diterima oleh suaminya itu.

"Baca ini." Sevan menyodorkan ponselnya tepat di hadapan mantan istrinya itu. Seketika Nagita tersenyum dalam hati ketika membaca pesan tersebut. Itu artinya peluang untuk kembali mendapatkan mantan istrinya itu lebih besar.

Ternyata usaha yang Nagita lakukan selama ini tidak sia-sia. Wanita itu sangat berharap jika Sevan bisa kembali ia dapatkan. Jujur, Nagita menyesal karena pernah menghianatinya. Ia berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang kedua kalinya.

"Wah bagus dong, Mas. Itu artinya kita bisa kembali bersama seperti dulu. Aku yakin, Sera akan sangat bahagia kalau kita bersatu lagi," ungkap Nagita dengan senyum sumringah. Namun Sevan cukup terkejut mendengar hal tersebut.

"Enggak bisa gitu dong, Julia sedang hamil, tidak mungkin aku melepaskannya. Apa kamu lupa, kalau aku bisa seperti ini berkat Julia," protesnya. Sevan benar-benar tidak setuju dengan usul mantan istrinya itu.

Sevan ingat betul jika bukan karena Julia, mungkin sekarang ia sudah menjadi gembel. Perusahaan yang Sevan kelola mengalami kebangkrutan, dan berkat Julia, perusahaannya kembali bangkit. Itu sebabnya Sevan tidak akan melepaskan Julia begitu saja.

"Terus kamu akan tetap mempertahankan wanita itu." Nagita menatap netra hitam milik mantan suaminya itu. Berharap lelaki itu mau merubah keputusannya.

"Iya, aku tidak akan pernah melepaskan Julia. Ya sudah, aku pulang dulu ya, aku perlu bicara dengan dia." Sevan melangkah meninggalkan mantan istrinya yang masih berdiri di depan pintu.

"Kamu enggak sarapan dulu sama Sera," ujar Nagita kemudian. Mendengar itu Sevan menghentikan langkahnya.

"Tolong kamu bilang sama Sera, kalau aku ada kerjaan. Setelah aku bisa meyakinkan Julia, aku pasti akan ke sini," sahut Sevan. Setelah itu ia bergegas masuk ke dalam mobilnya.

"Ok, mungkin untuk kali ini aku kalah, tapi setelah ini kamu harus menjadi milikku seutuhnya, mas Sevan Dirgantara Dinata." Nagita berjanji akan kembali mendapatkan mantan suaminya itu. Tak rela jika Sevan dimiliki oleh wanita lain.

Setelah mobil mantan suaminya menghilang dari pandangan mata. Nagita memutuskan untuk masuk ke dalam, baru saja hendak menuju meja makan. Tiba-tiba Sera sudah berdiri di di sebelah lemari yang ada di ruang tengah.

"Papa mana, Ma?" tanya Sera.

"Papa ada kerjaan, nanti kalau udah selesai ke sini lagi kok," jawab Nagita seraya berjalan menghampiri putrinya. Seketika wajah Sera murung, mengetahui jika ayahnya pergi tanpa berpamitan dengannya.

"Papa pasti bohong, paling ke sininya minggu depan." Sera mengerucutkan bibirnya.

"Enggak kok, nanti mama telponin papa biar malam nanti ke sini. Udah yuk, jangan cemberut lagi." Nagita mengajak putrinya untuk kembali ke meja makan. Wanita itu tersenyum karena putrinya bisa ia jadikan senjata untuk meluluhkan hati mantan suaminya.

***

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh kini mobil Sevan sudah berhenti di pelataran rumahnya. Gegas lelaki itu turun, lalu beranjak masuk ke dalam rumah. Setibanya di dalam Sevan langsung mencari keberadaan istrinya.

"Julia, Julia." Sevan berjalan menuju ruang tengah seraya memanggil nama istrinya itu. Setibanya di dalam, terlihat jika Julia tengah menyantap sarapan pagi.

"Julia, apa maksud kamu mengirim koper ke rumah Nagita, kamu ngusir aku." Sevan berjalan menghampiri istrinya dengan pertanyaan yang membuat Julia terpaksa menghentikan gerakan tangannya.

"Memangnya kalau iya, kenapa? Bukankah kamu lebih betah tinggal di sana," ujar Julia dengan begitu santai. Namun tidak dengan Sevan, lelaki itu nampak gusar dengan jawaban yang dilontarkan oleh istrinya itu.

Sevan mengusap wajahnya dengan gusar. "Julia, aku terpaksa menginap karena keinginan Sera. Kamu tahu sendiri kan, kalau keinginannya tidak dituruti anak itu akan ngamuk, terus ngambek berhari-hari nggak mau makan. Sebagai ayah, jelas aku tidak mau itu terjadi."

Julia menyunggingkan senyumnya. "Kamu memang ayah yang baik, karena bisa menjaga perasaan seorang anak. Tapi sebagai seorang suami, kamu sama sekali tidak bisa menjaga perasaan seorang istri. Aku istrimu, Mas. Tapi kenapa seolah-olah aku tidak pernah ada dalam hati dan pikiranmu. Jika aku yang menjadi Sera, dan melakukan seperti dia lakukan. Apa kamu akan memilihku."

"Julia kamu ngomong apa sih, Sera itu masih anak-anak, jangan disamakan sama kamu dong." Sevan berkacak pinggang mendengar penuturan istrinya itu. Benar-benar membuat otaknya ingin meledak.

"Aku memang bukan anak kecil, tapi aku seorang istri. Apa kamu lupa saat melamarku dulu, nyesel aku nikah sama duda plin-plan kaya kamu, Mas. Kalau masih belum kelar, untuk apa dulu bercerai, udah pisah bertahun-tahun, tapi nyatanya belum bisa move-on," ungkap Julia. Suaminya benar-benar sudah membuat stok kesabarannya habis.

Sevan menghembuskan napasnya, berusaha untuk bersikap tenang. "Julia, sudahlah enggak baik kamu marah-marah seperti ini. Ingat, kamu sedang hamil, nanti bisa berpengaruh pada janin yang ada di dalam perutmu."

"Istri mana yang tidak marah, kalau tahu suaminya masih berhubungan dengan mantan istrinya. Jangan jadikan anak sebagai alasan, bukankah aku pernah bilang untuk membawa Sera tinggal bersama dengan kita. Tapi kamu melarang, sejujurnya aku juga tidak keberatan jika Sera tetap bersama ibunya. Tapi cara kamu untuk bertemu dengannya yang salah. Bukan itu saja, kamu juga sering tidur bareng dengan Nagita kan, mantan istrimu." Julia meluapkan amarahnya, lalu menyodorkan ponselnya tepat di depan suaminya.

Seketika mata Sevan melotot ketika melihat video dirinya yang tengah memadu kasih dengan mantan istrinya. Pertanyaannya dari mana Julia mendapatkan video itu, lalu siapa yang telah merekamnya. Lidah Sevan terasa kelu melihat semua itu, Julia benar-benar marah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
laki" gak tanggung jawab aja tinggalin aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status