Home / Romansa / Pesona Brondong Hebatku / Bagaimana Kau Bercerai?

Share

Bagaimana Kau Bercerai?

Author: Viens Aisling
last update Last Updated: 2022-11-25 17:43:55

Di dalam rumah Santi, Geva diberikan selimut yang hangat serta coklat hangat yang baru saja dibuatkan oleh Santi. 

“Gev, mereka semua tidak normal, ya. Bisa-bisanya memperlakukan hal kejam ini pada dirimu. Keluarga itu memang ... ah,  luar biasa sekali buruk.” 

Santi membuat ekspresinya ditekuk. Dia sungguh kesal melihat kejadian tadi dan merasa sangat kasihan sekali dengan Geva yang sedang hamil besar seperti ini. 

“Kau tidak ingin cerai saja, Gev?” tanya Santi dengan tatapan mata yang sedih. Sebagai seorang ibu dan wanita dia merasakan kesedihan yang muncul dari wajah Geva. 

Ini terlalu berat, dia bahkan saat membuatkan minuman hangat untuk Geva meneteskan air mata. 

“Anakku sebentar lagi lahir, Mbak. Jadi, aku harus bertahan demi anakku, Damas juga nanti akan berubah. Dia sangat mencintaiku,” jelas Geva dengan  senyuman yang begitu lemah. Dia membuatnya dengan susah payah, karena dia sebenarnya akan menangis ketika bicara seperti itu. 

Untungnya dia berhasil menangis  tapi dia tetap saja membuat Santi khawatir padanya. 

“Aku tidak bisa memaksamu untuk melakukan itu jika kau memilih bertahan, Geva. Tapi kalau kamu butuhkan bantuan, kau bisa memintanya padaku.” Santi dengan suara yang lembut sekali memegang tangan Geva, hati yang membedakan senyuman yang hangat pada Geva yang terlihat sangat rapuh sekali. 

“Terima kasih, Mbak. Ini sulit ... apalagi dia membawa wanita lain ke rumah dan mengatakan itu adalah calon istrinya.” 

“Ah?!” sontak saja Santi sangat tidak percaya dengan apa yang dia dengar itu. 

Damas itu sudah punya istri dan sekarang sedang mengandung, dia juga memperlakukan istrinya dengan buruk. Bisa-bisanya dia membawa wanita lain dan mengatakan kalau itu adalah calon istrinya, itu sungguh hal yang tidak masuk akal sekali. 

“Ya, Mbak. Tadi aku diusir keluar dari rumah karena protes padanya mengenai Damas yang ingin menikahi wanita bernama indah.” 

Geva meremas tangannya dengan sangat kuat sekali, hal itulah yang membuat Santi tahu kalau ucapan yang dikatakan oleh Geva itu benar.

Santi tiba-tiba langsung memeluk tubuh Geva yang gemetar hebat. Saat Santi melakukan itu barulah Geva menangis dengan deras, dia merasakan sakit hati yang luar biasa dalam dirinya, pria yang sangat dia cintai bagaimana bisa menghianatinya seperti ini?  

“Dia gila, Gev! Mereka gila! Apa yang dilakukan oleh suamimu itu tidak benar.” Santi meremas tangannya, dia dipenuhi kebencian pada tetangga sebelahnya itu. 

“Tidak apa, Mbak ... besok aku akan kembali bicara lagi pada Damas, mungkin sekarang dia masih kebingungan.” Geva sedikit menjauhkan tubuh di antara mereka, senyumannya masih saja muncul wajahnya yang pucat.  

Dia sedang berusaha keras untuk menjadi wanita yang kuat. 

Rasa sakit hati ya dia alami benar-benar membuatnya menderita dan akhirnya dia yang kelelahan itu tertidur di kasur Santi dengan sangat nyenyak. 

***

Geva terbangun, dia disapa oleh suara ramah milik Sinta. 

“Pagi, Gev. Duduk sini, kita sarapan bersama!” Sinta menarik kursi yang ada di dekatnya, dan memberikan tatapan mata yang lembut agar Geva yang sedang terluka tidak semakin terluka. 

Geva melihat apa yang ada di atas meja, sarapan sudah selesai. Ada nasi goreng dan minuman hangat di atasnya. Geva menelan ludahnya dengan rasa bersalah. 

“Mbak, maaf aku tertidur kemarin di kamar Mbak Santi. Aku bahkan tidak membantu membuatkan sarapan untuk mbak dan juga Lala.” 

Geva merasa sangat bersalah sekali, dia menjadi tamu yang tidak tahu diri yang mendapatkan kebaikan dari Santi berulang kali. Setidaknya dia harus membantu Santi membuatkan sarapan itu pun belum bisa membayar apa yang dilakukan Santi pada dirinya. 

“Gev, duduklah.” Santi memegang pundak Geva sambil tersenyum. “aku terbiasa melakukan hal ini dan kau itu adalah tamuku yang memang harus dijamu.” 

Geva rasanya begitu sedih mendengar ucapan tulus Santi, dia melihat sepiring nasi goreng di depannya dan meneteskan air mata. 

“Kenapa Tante menangis?” tanya Lala sambil menatap dirinya. 

“Ini enak sekali, Lala. Tante menangis karena hal itu. Masakan ibumu luar biasa sekali.”  Geva mengusap matanya dan menunjukkan senyum yang tulus pada Lala yang berumur lima tahun. 

Setelah sarapan selesai, Geva dengan cepat mengunci piring sebelum Santi melakukan hal seperti itu lagi, dia tidak bisa membiarkan Santi selalu melakukan tugas seperti itu. Dia tidak ingin menjadi orang yang tidak tahu diri. 

Santi sudah bersiap ke kantor, dia bekerja dan suaminya bekerja di tempat jauh, hanya akhir pekan kembali ke rumah ini. Karena itulah Geva sedikit bisa santai di sini ketika menginap, tapi tetap saja dia tidak bisa terus menginap di sini dan sekarang sedang bersiap untuk pulang. 

“Kau tidak harus pulang sekarang jika masih mau di sini. Mungkin mereka akan menyiksamu lagi, Gev.” 

Geva tersenyum memegang tangan Santi. “Terima kasih, Mbak. Karena telah mengkhawatirkanku.” 

Geva memberikan pelukan hangat Santi. Dia tidak ingin menyusahkan orang lain lebih dari ini. Baru saja dia ingin kembali melangkah ke halaman belakang Lina ternyata sejak tadi telah menatapnya dengan mata yang nyalang. 

“Dasar menantu tidak tahu diri! Bagaimana bisa kau bersikap seperti ini padaku yang memperlakukanmu dengan sangat baik sekali?!” Lina membuat drama di pagi hari, sehingga orang-orang akan berpikir jahat Geva. 

“Hei, Bu! Kau mengurung Geva diluar, dasar jahat!” Santi yang kesal langsung membalas ucapan  Lina. Membuat Lina terkejut. 

“Geva! Kemari kau, dasar tukang fitnah!”

Santi hingga membalas lagi ucapan wanita tersebut, tapi Geva buru-buru memegang tangan Santi dan menatapnya. 

“Aaa, kau terlalu baik, Gev. Jangan sungkan untuk meminta bantuan padaku.” 

“Ya, Mbak.” 

Geva akhirnya melepaskan genggaman tangannya kemudian berjalan mendekati Lina yang menatapnya dengan tatapan mata tajam. Santi bisa melihat kalau Lina dipenuhi dengan kemarahan luar biasa. Saat Geva berada di depannya, wanita itu langsung mendorong kepala Geva dan menarik tangannya masuk ke dalam rumah. 

“Ah, memang keluarga itu sampah sekali.” 

Santi memasang wajah yang sangat memaksa melihat hal itu.

Sedangkan di dalam rumah kepala Geva di dorong dengan sangat kuat oleh Geva. 

“beraninya kau menyebarkan gosip tentangku! Kau sungguh tidak tahu diri sekali melakukan hal itu!” 

“aku tidak melakukannya, Bu.” Geva membela diri, dia mencoba menghindari dari dorongan di kepalanya yang membuat kepalanya terasa sakit. 

“Ya, sebentar lagi juga menantu tidak berguna ini akan pergi dari sini, Bu.” Warda muncul dia berdandan dengan begitu heboh hanya untuk ke kampus. Dia Amerika sedikit kepala yang membuat Geva. 

Geva bahkan tidak bisa membalas ucapan mereka. Hari itu, dia mencoba untuk mengalah dan ingin merayu suaminya lagi, sebelum dia menyadari kalau semuanya tidak berguna sama sekali. Dia hanya membuat 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Brondong Hebatku   Penetapan Hati

    Setelah seharian Delvin diberi perawatan di IGD, akhirnya dia sadar ketika di ruangan itu hanya ada mereka bertiga. Geva terus duduk di samping Delvin, wanita itu tersenyum dan terus menggegam tangan mungil Delvin.“Delvin, putra ibu … apa kau merasakan sakit nak?” tanya Geva dengan lembut. Dia melebarkan senyumannya, tak membiarkan matanya terlihat jelas merah dan sembab.Sementara Axton dan Xavel duduk di kursi penunggu di sudut ruangan yang dingin. Mereka berdua duduk saling berhadapan dan diam satu sama lain. Sesekali mereka saling menatap tajam dan lalu membuang wajah dengan cepat. Di hari sebelumnya, Xavel sudah berusaha meminta maaf pada Geva. Dan Ibu muda itu sudah memaafkan Xavel, dia bahkan tak menganggap itu adalah kesalahan Xavel. Tapi lelaki pemilik restoran itu menyadari keteledorannya karena dia sendiri yang menentukan setiap menu makan malam dan sarapan mereka. Sementara Axton yang sudah pernah melihat Xavel ingin menggagalkan lamarannya membuat dia menjadi tidak me

  • Pesona Brondong Hebatku   Bersitegang

    Geva mondar mandir di depan ruang pemeriksaan, sementara Axton sedikit menjauh dari Geva dengan ponselnya. Untuk beberapa saat Axton mengerutkan dahinya, dia menekan suaranya ketika berbicara dari balik telepon. Geva mulai menggigit ujung jarinya, matanya berkaca-kaca, pandangannya fokus melihat Delvin dari balik kaca kecil di pintu rawat darurat. Setelah beberapa saat, sang dokter yang memeriksa Delvin keluar menghampiri Geva yang sudah memasang wajah khawatir. Axton meliriknya sekilas sebelum akhirnya dia mematikan ponselnya sepihak dan ikut berdiri di samping Geva. Lelaki itu dengan lembut menaruh tangannya di sisi pundak Geva dan mengelusnya dengan pelan, mencoba menenangkan ibu muda itu.“Dok, apa yang terjadi dok? Putra saya tidak apa-apa kan?” tanya Geva yang terburu-buru. Geva tak mengindahkan penenangan Axton, melihat sang dokter baru keluar dari ruangan, dia langsung menghampirinya dan memasang wajah cemas. Sang dokter mengangkat alisnya, dia memberikan isyarat pada Geva

  • Pesona Brondong Hebatku   Pilihan Hati

    Hari di mana mereka akan hiking tiba, Geva tak membawa banyak barang karena dia menyewa pemandu yang juga membawakan barangnya. Jadilah dia bisa menggendong Delvin seorang, tanpa gangguan. Tapi sejak semalam dia menghindari pembicaraan dengan semua orang“Perjalan ini tak akan panjang kan? Aku benci berjalan kaki,” celetuk Feya. Sementara Santi menyadari gelagat aneh Geva. Dia memelankan langkahnya yang awalnya berada di tengah kini mundur menjadi paling akhir, dia membiarkan yang lainnya berjalan lebih dulu. Di depan mereka tim reparasi tengah asik sendiri mengobrol dengan seru. “Gev, kau kenapa?” tanya santi. “Sudah lelah?” tanyanya lagi dengan khawatir.“Tidak kok mba, Delvin juga tidak begitu berat. Aku memang ingin jalan paling belakang agar bersama dengan pemandu, lebih dekat dengan barang-barang delvin,” ujarnya memberi alasan.“Lalu kemana Axton dan Xavel? Kenapa mereka tidak ikut dengan kita sekarang? kudengar mereka memilih menyusul sebenarnya apa yang terjadi?” tanya San

  • Pesona Brondong Hebatku   Dua Cincin

    Geva tersenyum dengan perlakuan manis Xavel. Di saat yang bersmaaan, Axton menatap Geva dan Xavel. “Xavel!” teriaknya. Suaranya terdengar sangat marah ketika dia melihat Xavel berjongkok di depan Geva. Dia mengahampiri Xavel dan menarik kerahnya, “apa kau mencoba mengambil gadisku?” tanay Axton dengan keras di depan Geva. Geva yang masih bersama Delvin seketika bingung, “Axton! Delvin masih di sini, jangan mempertontonkan kekerasan padanya!” Geva mengucapkannya dengan tegas. Saat tengah bertengkar begitu, Axton tak sengaja menjatuhkan sebuah kotak cincin di dekat Geva. Geva yang melihat itu sempat bingung tapi kemudian dia mengajak Delvin pergi dari sana. dia memilih mengabaikan Axton dan Xavel yang ingin bertengkar dan memukul satu sama lain. Xavel tertawa kecil, “Jadi kau berniat menembak Geva? Bagaimana jika kita bersaing? Aku sejak tadi memang memikirkan hal yang sama, aku memang tak punya cincin untuk Geva tapi aku bisa memberikan ini padanya.” Xavel menunjukkan kalungnya. “I

  • Pesona Brondong Hebatku   Sisi Manis Xavel

    Di malam pertama mereka merayakan hari kebahagiaan dan kemenangan itu, Geva mengajak mereka semua makan malam dan istirahat di hotel Xavel. Keesokan harinya baru mereka akan melakukan pendakian kecil sampai ke tempat di mana mereka akan membuka tenda untuk camp dan barbeque.Di saat semaunya tengah berkumpul, Geva dan Axton berada di kursi yang bersebelahan, di sebelah lainnya ada Santi dan putrinya. Lalu Di samping Santi ada Xiao Ling dan Egar. Di sisi lain meja ada tim reparasi dan Xiao Ling termasuk ke dalam sisi lain itu. Di saat mereka tengah menunggu karyawan restoran menyiapkan semua makan malam mereka, Xavel datang. Axton awalnya terkejut, lalu dia menatap ke arah Geva, “Kau mengundangnya juga?” tanya Axton. Padahal dia belum selesai dengan rasa cemburu ketika beberapa jam lalu Geva menjelaskan mereka bertemu hari itu tanpa sengaja.“Hi Gev, terima kasih sudah mengundangku!” seru Xavel dengan wajah sumringah. Geva buru-buru berdiri dan menyambut Xavel. “Hi! Untung kau datang

  • Pesona Brondong Hebatku   Tim Reparasi

    Geva dan Axton turun dari mobil Van bersamaan ketika ketiga Van lainnya sampai. Tapi Van hitam terlihat sangat aneh, mereka memarkirkan mobil mereka jauh dari parkir yang ada, mereka parkir di dekat jalan masuk toilet luar atau umum. “Itu mobil yang tadi kan?” celetuk Geva dan Xiao Ling secara bersamaan.“Kau melihatnya juga Gev? Mereka seperti orang gila. Mengebut dengan kecepatan itu di jalanan yang tidak sepi. Aku akan mendatanginya dan melapor ke polisi terkait yang kulihat tadi.” Xiao Ling memprotes dan mulai berjalan ke arah mobil Van hitam itu.Dan saat Geva dan Xiao Ling mendekati mobil van itu, seorang wanita duduk di tanah di depan kap mobil van itu. “A-ada apa?!” tanya Geva yang sedikit terkejut dengan kondisi Feya, dia belum tahu bahwa itu adalah tim reparasi teman dari Egar. Yangg Geva lihat dia wanita yang seperti membutuhkan pertolongan. Jadilah Geva langsung menghampirinya dan hendak ingin menolongnya. Tapi saat Geva berlutut di depan wanita yang terlihat ngos-ngosan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status