Share

Wanita Lain

Author: Viens Aisling
last update Last Updated: 2022-11-22 17:51:56

Prang! 

Suara piring itu sangat menggema di seluruh ruangan. Tatapan mata tidak percaya yang begetar dengan hebat muncul di wajahnya yang tidak menggunakan polesan make up, rambut yang berantakan, dan bau keringat yang pekat. 

“Ti-tidak, Mas. Aku pasti salah dengar ....” 

Geva berulang kali mengatakan kalimat itu untuk menguatkan dirinya sendiri. Semua yang ada di sana menatapnya dengan tatapan mata yang rendah. Mereka tidak peduli dengan dirinya yang bagi mereka tidak menguntungkan. 

“Kau tidak salah dengar. Aku sudah katakan kalau dia adalah calon istriku.” Damas dengan tegas mengatakannya. Tatapan matanya sangat tajam, dan Geva bisa melihat keseriusan itu di ekspresinya. 

“Ta-tapi, Mas. Aku ini adalah istrimu. Mana bisa kau menikah.” Geva protes, dia menatap Damas meminta keadilan. Apa yang kurang dari yang dia lakukan? 

Dia sudah berusaha keras hingga rasanya hidup di neraka pun dia mencoba tersenyum demi bersama dengan suaminya. 

Pernikahan mereka baru satu tahun, tapi sesuatu berubah dengan sangat cepat sekali. 

Plak!

“Duh, kau ini ternyata bodoh.” Warda, adik Damas menatap Geva dengan tatapan mata yang begitu merendahkan. “Jadi wanita kok tidak tahu diri.” Dia menarik senyumannya ke belakang, membuat tubuh Geva rasanya seakan gatal dengan cara yang menyakitkan. 

“Kakakku itu tidak menganggapmu. Untuk apa menikah denganmu yang bodoh dan tidak berguna?” Warna melirik ke arah lain. “Lihat, kau memecahkan piring lain. Kau kan tidak punya uang. Pakai otakmu, dong.” 

Jari telunjuk Warda menempel di kepala Geva lalu mendorong-dorong kepala Geva berulang kali. Dia tidak memperlakukan Geva dengan baik, berulang kali melakukan hal seperti itu dengan mengatakan dirinya lebih baik. 

Di masa lalu, di awal pernikahan, Warda sangat menempel pada Geva. Dia memberikan Geva perhatian sederhana dan harus dibalas dengan perhatian lebih besar. Misalnya Geva harus membelikannya barang-barang mewah atau uang saku yang besar. 

Saat itu Geva adalah anak orang kaya, tidak ada yang tahu kalau kekayaan itu akan dengan cepat habis. Karena  ayahnya yang kaya itu terlilit hutang perusahaan yang menyebabkan kebangkrutan di akhir hayatnya, jadi meninggalnya ayah Geva selain membuat Geva sangat syok juga membuat keluarga suaminya syok—mereka tidak bisa mendapatkan kemewahan itu dengan gratis. 

“Aku ini hamil anak, Damas. Tiga bulan lagi aku akan melahirkan ... aku tidak ingin memiliki madu.” Geva menelan ludahnya. Tubuhnya bergetar dengan hebat dan tiba-tiba saja seseorang menampar perutnya yang membuncit itu. 

“Ini pasti bukan anak Damas. Kau itu membuat banyak alasan yang menggelikan. Kalau tidak berguna lagi lebih baik angkat kaki dari sini.” 

Lina memberikan tatapan yang sangat tajam. Dia menilai Geva dengan hina. Seseorang yang tidak memberikan keuntungan harus digantikan dengan segera. 

Setelah ayahnya meninggal, dia tidak bisa hidup cukup santai di rumah ini lagi walaupun sebelumnya mereka mengatakan untuk hidup santai saja. Ya, dia diperlakukan seperti ratu sebelumnya. Tiba-tiba kematian ayahnya tiba dan fakta dia tidak memiliki uang membuat mereka semua menjadi murka. 

Iblis muncul dari dalam diri mereka dan memperlakukan Geva seperti pembantu. Dia melakukan semuanya dan akan mendapatkan makian jika melakukan sesuatu yang tidak disukai. 

“Ini anak Damas, Bu!” Geva meninggikan suaranya, dia menatap Lina lebih berani dan itu membuat Lina tidak terima. 

Grep!

Tangannya langsung menjambak rambut Geva yang panjang, membuat tubuh Geva hampir saja terjatuh. Dia memegang tangan Lina yang menjambaknya dan memberikan rasa sakit di kepala. Walaupun kakinya gemetar hebat, tapi yang dia dengar adalah suara cekikikan. 

“Kau berani meninggikan suara padaku?” tanya Lina dengan suara yang sangat tinggi. 

“I-Ibu ... maafkan aku, Bu. Tapi ini memang anak Damas. Aku tidak pernah keluar dari rumah, Bu ... tolong lepaskan, Bu.” 

Geva akhirnya menangis, dadanya terasa sangat sesak sekali yang membuatnya terasa sakit luar biasa dengan keadaan seperti ini. 

“Aku akan menjaga Damas dengan baik. Jauh lebih baik darimu.” 

Wanita yang dibawa Damas tiba-tiba saja bicara sambil memeluk erat lengat Damas dengan manja. Dihadapan Geva, dia membuat adegan yang menyakitkan bagi Geva, sekian dia menempelkan dadanya yang besar di lengan Damas, dia menyentuh dagu Damas dengan manja. 

“Dengarkan Indah bicara! Wanita terhormat itu seperti itu! Dasar bodoh!” 

Lina mendorong kepala Geva ketika dia melepaskan jambakannya dan hal ini hampir saja membuat Geva terjatuh ke lantai, untungnya dia bisa menyeimbangkan dirinya dengan sangat cepat. 

“Aku istrinya, yang bodoh itu wanita yang dibawa Damas. Bisa-bisanya dia bersikap murahan pada suami orang lain.” 

Geva menggigit sedikit bibirnya untuk memberikannya keberanian. Tapi ucapannya sangat memancing amarah. 

Plak! 

“Dasar tidak tahu diri. Beraninya orang rendahan sepertimu mengejekku? Kau seharusnya tahu tempatmu, kalau kau wanita jelek tidak berguna.”

Indah menatapnya dengan sangat rendah, semua orang yang ada di sana menatapnya juga seperti itu. Mereka membuat kepedihan yang luar biasa pada Geva. Saat suaminya bergerak, itulah hal yang sangat menyakitkan baginya. 

Damas merangkul Indah dengan manja, dia memberikan tatapan mata yang penuh penghinaan pada Geva. “Kau harus sadar diri. Berani sekali kau bicara omong kosong pada calon istriku. Kau memang harus diberi hukuman.”

 Damas memegang tangan Geva, lalu menariknya ke arah pintu bagian belakang rumahnya. “Mas! Mas! Apa yang akan Mas lakukan!?” Geva berusaha untuk menahan dirinya untuk tidak mengikuti Damas yang telah membuka pintu belakang. 

Warda membantu apa yang dilakukan oleh Damas, dia mendorong punggung Geva hingga akhirnya dia melewati pintu bagian belakang itu. 

“Mas! Jangan kurung aku!” Geva menangis keras karena tahu hal seperti ini akan terjadi lagi. Sudah lebih dari sekali dia dikurung diluar tidak boleh masuk oleh Damas. 

“Makanya jangan jadi wanita tidak tahu diri. Sudah jelek, miskin, dan bodoh!” 

Warda tertawa besar ketika mengatakannya. Dia membuat sekana-akan ucapannya itu adalah kebenaran. 

“Kau harus diberi pelajaran agar tahu kalau kau itu salah. Aku menyesal menikah denganmu.” Damas menyibak rambutnya ke belakang, setelah menatap rendah selama beberapa detik, dia menutup pintu dan menguncinya. 

Geva mencoba membuka pintu, tapi tidak berhasil hingga dia meringkuk dengan menyandar di pintu bagian belakang. Dia menangis deras di sana dengan tubuh menggigil kedinginan. 

“Setidaknya pikirkan anakmu, Mas ... ini anakmu ....” 

 “Ah, keluarga itu sungguh gila.” Geva mendengar suara wanita yang cukup keras, dia mengangkat kepalanya dan melihat ke sumber suara. Santi adalah tetangga sebelahnya, kebetulan sekali dia membuang sampah pada malam itu, dan mata mereka berdua bertemu sekarang. 

Santi melambaikan tangannya, dia memberikan senyuman tulus pada Geva yang menggigil hebat. 

“Gev, ayo,” ajaknya dengan suara lembut dan mengulurkan tangannya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Brondong Hebatku   Penetapan Hati

    Setelah seharian Delvin diberi perawatan di IGD, akhirnya dia sadar ketika di ruangan itu hanya ada mereka bertiga. Geva terus duduk di samping Delvin, wanita itu tersenyum dan terus menggegam tangan mungil Delvin.“Delvin, putra ibu … apa kau merasakan sakit nak?” tanya Geva dengan lembut. Dia melebarkan senyumannya, tak membiarkan matanya terlihat jelas merah dan sembab.Sementara Axton dan Xavel duduk di kursi penunggu di sudut ruangan yang dingin. Mereka berdua duduk saling berhadapan dan diam satu sama lain. Sesekali mereka saling menatap tajam dan lalu membuang wajah dengan cepat. Di hari sebelumnya, Xavel sudah berusaha meminta maaf pada Geva. Dan Ibu muda itu sudah memaafkan Xavel, dia bahkan tak menganggap itu adalah kesalahan Xavel. Tapi lelaki pemilik restoran itu menyadari keteledorannya karena dia sendiri yang menentukan setiap menu makan malam dan sarapan mereka. Sementara Axton yang sudah pernah melihat Xavel ingin menggagalkan lamarannya membuat dia menjadi tidak me

  • Pesona Brondong Hebatku   Bersitegang

    Geva mondar mandir di depan ruang pemeriksaan, sementara Axton sedikit menjauh dari Geva dengan ponselnya. Untuk beberapa saat Axton mengerutkan dahinya, dia menekan suaranya ketika berbicara dari balik telepon. Geva mulai menggigit ujung jarinya, matanya berkaca-kaca, pandangannya fokus melihat Delvin dari balik kaca kecil di pintu rawat darurat. Setelah beberapa saat, sang dokter yang memeriksa Delvin keluar menghampiri Geva yang sudah memasang wajah khawatir. Axton meliriknya sekilas sebelum akhirnya dia mematikan ponselnya sepihak dan ikut berdiri di samping Geva. Lelaki itu dengan lembut menaruh tangannya di sisi pundak Geva dan mengelusnya dengan pelan, mencoba menenangkan ibu muda itu.“Dok, apa yang terjadi dok? Putra saya tidak apa-apa kan?” tanya Geva yang terburu-buru. Geva tak mengindahkan penenangan Axton, melihat sang dokter baru keluar dari ruangan, dia langsung menghampirinya dan memasang wajah cemas. Sang dokter mengangkat alisnya, dia memberikan isyarat pada Geva

  • Pesona Brondong Hebatku   Pilihan Hati

    Hari di mana mereka akan hiking tiba, Geva tak membawa banyak barang karena dia menyewa pemandu yang juga membawakan barangnya. Jadilah dia bisa menggendong Delvin seorang, tanpa gangguan. Tapi sejak semalam dia menghindari pembicaraan dengan semua orang“Perjalan ini tak akan panjang kan? Aku benci berjalan kaki,” celetuk Feya. Sementara Santi menyadari gelagat aneh Geva. Dia memelankan langkahnya yang awalnya berada di tengah kini mundur menjadi paling akhir, dia membiarkan yang lainnya berjalan lebih dulu. Di depan mereka tim reparasi tengah asik sendiri mengobrol dengan seru. “Gev, kau kenapa?” tanya santi. “Sudah lelah?” tanyanya lagi dengan khawatir.“Tidak kok mba, Delvin juga tidak begitu berat. Aku memang ingin jalan paling belakang agar bersama dengan pemandu, lebih dekat dengan barang-barang delvin,” ujarnya memberi alasan.“Lalu kemana Axton dan Xavel? Kenapa mereka tidak ikut dengan kita sekarang? kudengar mereka memilih menyusul sebenarnya apa yang terjadi?” tanya San

  • Pesona Brondong Hebatku   Dua Cincin

    Geva tersenyum dengan perlakuan manis Xavel. Di saat yang bersmaaan, Axton menatap Geva dan Xavel. “Xavel!” teriaknya. Suaranya terdengar sangat marah ketika dia melihat Xavel berjongkok di depan Geva. Dia mengahampiri Xavel dan menarik kerahnya, “apa kau mencoba mengambil gadisku?” tanay Axton dengan keras di depan Geva. Geva yang masih bersama Delvin seketika bingung, “Axton! Delvin masih di sini, jangan mempertontonkan kekerasan padanya!” Geva mengucapkannya dengan tegas. Saat tengah bertengkar begitu, Axton tak sengaja menjatuhkan sebuah kotak cincin di dekat Geva. Geva yang melihat itu sempat bingung tapi kemudian dia mengajak Delvin pergi dari sana. dia memilih mengabaikan Axton dan Xavel yang ingin bertengkar dan memukul satu sama lain. Xavel tertawa kecil, “Jadi kau berniat menembak Geva? Bagaimana jika kita bersaing? Aku sejak tadi memang memikirkan hal yang sama, aku memang tak punya cincin untuk Geva tapi aku bisa memberikan ini padanya.” Xavel menunjukkan kalungnya. “I

  • Pesona Brondong Hebatku   Sisi Manis Xavel

    Di malam pertama mereka merayakan hari kebahagiaan dan kemenangan itu, Geva mengajak mereka semua makan malam dan istirahat di hotel Xavel. Keesokan harinya baru mereka akan melakukan pendakian kecil sampai ke tempat di mana mereka akan membuka tenda untuk camp dan barbeque.Di saat semaunya tengah berkumpul, Geva dan Axton berada di kursi yang bersebelahan, di sebelah lainnya ada Santi dan putrinya. Lalu Di samping Santi ada Xiao Ling dan Egar. Di sisi lain meja ada tim reparasi dan Xiao Ling termasuk ke dalam sisi lain itu. Di saat mereka tengah menunggu karyawan restoran menyiapkan semua makan malam mereka, Xavel datang. Axton awalnya terkejut, lalu dia menatap ke arah Geva, “Kau mengundangnya juga?” tanya Axton. Padahal dia belum selesai dengan rasa cemburu ketika beberapa jam lalu Geva menjelaskan mereka bertemu hari itu tanpa sengaja.“Hi Gev, terima kasih sudah mengundangku!” seru Xavel dengan wajah sumringah. Geva buru-buru berdiri dan menyambut Xavel. “Hi! Untung kau datang

  • Pesona Brondong Hebatku   Tim Reparasi

    Geva dan Axton turun dari mobil Van bersamaan ketika ketiga Van lainnya sampai. Tapi Van hitam terlihat sangat aneh, mereka memarkirkan mobil mereka jauh dari parkir yang ada, mereka parkir di dekat jalan masuk toilet luar atau umum. “Itu mobil yang tadi kan?” celetuk Geva dan Xiao Ling secara bersamaan.“Kau melihatnya juga Gev? Mereka seperti orang gila. Mengebut dengan kecepatan itu di jalanan yang tidak sepi. Aku akan mendatanginya dan melapor ke polisi terkait yang kulihat tadi.” Xiao Ling memprotes dan mulai berjalan ke arah mobil Van hitam itu.Dan saat Geva dan Xiao Ling mendekati mobil van itu, seorang wanita duduk di tanah di depan kap mobil van itu. “A-ada apa?!” tanya Geva yang sedikit terkejut dengan kondisi Feya, dia belum tahu bahwa itu adalah tim reparasi teman dari Egar. Yangg Geva lihat dia wanita yang seperti membutuhkan pertolongan. Jadilah Geva langsung menghampirinya dan hendak ingin menolongnya. Tapi saat Geva berlutut di depan wanita yang terlihat ngos-ngosan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status