Pernikahan sepupunya dimajukan dua minggu. Ini yang membuat Amanda dan keluarga ikut kepontang-panting mengejar waktu dan persiapannya. “Mel, kalau nikah maju, yang enak di kamu dan gak enaknya di kita!” salah satu sepupunya protes. Meski bukan acara yang mewah tetap saja butuh banyak printilan yang harus disiapkan. Yang lain hanya ikut mengiyakan. Amanda bahkan ikut lembur beberapa hari ini. Saat dia sedang ke belakang mengambil bahan untuk dikemas, beberapa saudaranya membicarakan hal yang ganjil menurut mereka. “Itu suaminya ke mana? Kok masih manten baru, nggak lengket kayak prangko!” Disambut dengan serbuan berikutnya, “Lah itu si Tante bilang kalau Amanda pulang nggak diantar sama suaminya. Kira-kira apa dia dipulangkan ya?” “Hush, jangan keras-keras nanti dia denger. Setauku, dia pulang malam-malam. Itu juga pakai taksi. Bapakku bilang pas itu suaranya dia nangis-nangis.” Sepupu bertubuh gendut melanjutkan informasi. “Berarti… memang tidak mudah ya diterima oleh keluarg
Orang serumah tidak tahu apa yang sejatinya ada di balik pintu. Pernikahan yang hanya bersifat kontrak ini berdampak di luar kuasa Ronald. Amanda adalah sosok pribadi sederhana yang rupanya berhasil mencuri cinta orang serumahnya, terutama Mila dan Omanya. Sejak tadi Ronald hanya memainkan handphone yang ada di tangan kanannya itu. Dipandanginya foto Amanda saat dia mengenakan baju kerja ketika ada acara di kantor. Itu adalah foto yang dia punya karena diberi oleh asisten pribadinya, tepatnya sebelum dia memutuskan untuk mengajak gadis keras kepala itu untuk menikah mendadak. Meski tidak seperti kebanyakan wanita yang pernah dekat dengannya, Amanda tetap saja menarik dengan kelebihan yang dia miliki. Tubuh seksi dan wajah menawan. Itu hal yang tak bisa dia pungkiri sebagai laki-laki. Kamu rindu pada ciumannya, bukan? Bisikan halus itu mulai mengusiknya. Tentu tidak! Ronald masih saja mengelak. Dia akan menyuruh Amanda
Amanda terkejut dengan pernyataan Ronald, meski dia tak mengerti apa benar yang dikatakan oleh suaminya.“Oops…” Ronald menjatuhkan isi air mineral yang dibawanya dari botol.Baju dan kain yang dikenakan Amanda basah. Dia langsung berdiri dan pergi dari tempat acara.Ronald tersenyum akhrinya bisa mengacaukan acara Amanda di sini. Bagaimana bisa seorang istri menebar pesona pada lelaki asing sementara suaminya tidak ada di situ?Dia berjalan keluar dan bermaksud menyusul Amanda.“Nak Ronald?”Sial. Ibu mertuanya mengenalinya dan menyapa di saat dia akan keluar.“Ibu?”“Lah kapan datangnya, kok ibu tidak tahu?” sapanya lagi ramah. “Sudah ketemu sama Amanda?”“Sudah, Bu. Tadi dia pulang dan menyuruh saya menyusulnya.” Tak lupa Ronald menyalami dan mencium tangan ibu mertuanya.Seluruh mata tertuju pada mereka berdua.Sosok tinggi,
“Pak Ronald?”Terang saja ini membuat Amanda merasa tidak enak. Bukannya menjawab sapaan istrinya, Ronald justru terus bermain dengan spatula dan pan-nya.Dari aromanya, Amanda sudah bisa menebak kalau masakan itu akan terasa enak. Tapi, dia tak berani bilang ingin mencicipi.“Pak Ronald tadi tidak ikut ke acara ya? Maaf saya tinggal di rumah karena terlihat pulas tidurnya.” Amanda seperti bicara dengan dinding tembok. Tidak ada jawaban atau sahutan.Yang ditanya justru makin terlihat sibuk dan tak menggubris.“Pak Ronald sedang masak apa ini?” Amanda benar-benar ingin meluapkan emosinya karena demi lelaki ini tadi dia harus buru-buru kembali ke rumah.Dia tak mendapatkan respon sebagaimana yang diharapkan malah diacuhkan. Sia-sia sudah usahanya tadi. Kalau tahu begini, mungkin lebih baik dia lanjut mengobrol saja tadi dengan Mas Dani.Setelah mematikan kompor gasnya, Ronald menyajikan masakan itu di atas piring lalu membawanya ke meja makan.Dia mulai menyantap nasi goreng dengan top
Semakin lama sentuhan itu semakin terasa panas. Tubuh Amanda kini sudah benar-benar sedekat itu dengan bosnya.Siapa sangka pertengkaran yang tadinya memanas, kini berubah sehingga mereka bersatu di balik selimut berwarna abu-abu.“Amanda, apa aku boleh?” di saat Amanda sudah menggeliat tidak sadar akan apapun yang terjadi di sekitarnya, bagaimana bisa Ronald masih meminta ijin!Rasanya sesuatu yang ada di dalam dirinya ingin meledak.“Hm, iya Pak. Boleh banget…” itu saja kalimat yang masih dia ingat.Selainnya, dia lupa akibat rasa yang ditawarkan oleh sentuhan Ronald kepadanya.“Pak Ronald, saya… di situ… iya…”“Aku tidak menyangka kamu seberisik ini, Amanda.” Kini ibu jari Ronald menelusuri bibir gadis yang sebentar lagi akan menyerahkan sesuatu yang paling berharga dari dirinya. “Kamu masih rapat sekali ya?”Nafas Amanda semakin terengah-engah. Melihat wanitanya memohon lewat kedua mata indah itu, Ronald segera beraksi.Dia tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Serangan yang ses
Siapa yang tidak sakit hati kalau dituduh macam-macam oleh suami sendiri? Meski sampai sekarang Amanda harus ingat kalau Ronald bukanlah suaminya seratus persen.“Pak Ronald, apa maksud Bapak?”“Aku tahu Amanda. Mengapa bagimu sangat sulit bahkan untuk memanggilku ‘sayang’ atau ‘mas’.” Dia mendengus kesal dan melampiaskan kemarahannya. “Itu karena kamu hanya mencintai Dani sialan itu! Benar bukan?”Amanda terkejut.Dari mana datangnya kesimpulan membabi buta seperti ini di saat malam mencekam yang akan hujan?“Itu tidak benar, Pak. Bapak salah sangka.” Amanda dengan mata penuh khawatir menjawab.Akankah Ronald menerima pembelaan ini? Selalu saja Ronald mendahulukan asumsinya daripada sebuah fakta.“Ah, sudahlah. Aku sudah lihat sendiri dengan mata kepalaku. Perjanjian kita, tidak boleh saat masih dalam masa pernikahan kita, salah satu berpacaran dengan orang lain. Apa sebegitu susahnya kamu menjaga dirimu!?”PLAAK!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Ronald. Tentu saja terasa panas
Mila yang awalnya terlihat kusut, kini langsung tersenyum kembali.“Yeaaay! Aku diantarkan oleh Papa!” dia melompat-lompat kegirangan sambil memegangi tangan Amanda.Sudah dua tahun ini dia tak pernah bersama Papanya. Mendengar apa yang disampaikan oleh Simon, Mamanya pun ikut senang.“Simon, lihatlah, anakmu terlihat sangat gembira sekarang! Terima kasih, Simon.” Mamanya ikut senang dan mengelus cucunya.Simon tersenyum dan memutar kursi rodanya ke depan. “Ayo kita cepat berangkat. Nanti kamu telat!”Amanda akhirnya mengikuti Simon sambil menggandeng tangan keponakannya. Mama menyaksikan adegan itu layaknya sebuah mimpi.Simon yang setelah kepergian istrinya selalu murung dan mengunci diri di kamar, untuk pertama kalinya dia mau keluar dari sangkar.“Papa, sudah lama tidak ke sekolahku ya?”Mamanya mendengar suara celotehan cucunya namun Papanya masih diam saja. Setelah dibantu o
“Aku akan membuat wanita yang membersamaimu semakin jatuh hati padamu!”Kenapa harus muncul kalimat itu saat dia akan melakukan make over? Tujuan utama Simon melakukan ini adalah demi sebuah perubahan.Dia ingin kembali seperti Simon yang dulu, setidaknya secara fisik jika hatinya masih belum bisa disembuhkan.“Oh really?” itu saja sekarang yang bisa dia katakan.Diamatinya wajahnya yang sudah banyak berubah. Waktu dua tahun telah memakan ketampanan dan kegagahannya. Selain kakinya yang memang terdapat masalah setelah kecelakaan.“Iya, kamu tahu Simon. Kamu adalah pelanggan favoritku sejak dulu. Too bad, dua tahun ini kamu tidak datang ke sini.” seloroh pegawai barbershop itu.“Aku minta maaf. Dua tahun terakhir ini adalah masa-masa paling berat dalam hidupku.” Dengan tatapan sayu, Simon menjelaskan perasaannya.Sejak dulu dia memang sering bercerita atau sekedar ngobrol dengan orang-orang yang mencukur rambutnya di sini. Simon juga terkenal sering memberikan tip yang lumayan untuk pa