Share

Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa
Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa
Penulis: XENA

Bab 1 Gadis Penebus Utang

Penulis: XENA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-22 10:33:21

Brak!

Luna terkesiap saat mendengar suara pintu rumahnya didobrak, diikuti suara seorang pria yang berteriak keras.

"Nenek Tua! Cepat keluar! Atau akan kami hancurkan rumah tua ini!" 

“Astaga! Ibu–” Luna diam-diam bergegas mencari sang ibu agar mereka bisa bersembunyi. 

Namun, terlambat. Wanita tua itu telah keluar dan berdiri di hadapan dua orang pria berbadan besar dengan tubuh gemetar di tamu yang hanya berisi televisi usang dan perabotan lama. Sungguh kontras, Luna melihat, 

“Tu-Tuan–”

"Cepat bayar semua utang-utangmu, Nenek Tua!" bentak salah satu dari mereka, hingga membuat wanita tua itu berjengit kaget.

Sang wanita tua semakin ketakutan. Kedua tangannya meremas ujung pakaian yang digunakannya. Kakinya pun gemetar, sehingga tidak bisa digerakkan sama sekali.

"Ma-maaf, Tuan. Saya belum bisa membayar sekarang," ucap sang wanita tua dengan terbata-bata, tanpa menghadap ke arah kedua pria yang menakutkan itu. Pandangannya tertuju pada lantai. “Saya belum punya uang untuk membayar–”

“Halah! Sudah berapa kali kamu mengatakan itu!?” Salah satu dari mereka menyentak tangan wanita tua tersebut dan mendorongnya hingga wanita itu tersungkur di lantai. 

“Ibu!” Luna langsung keluar dan memeluk sang ibu. 

"Cari di dalam rumahnya!” seru pria yang tadi mendorong ibu Luna pada rekannya. “Siapa tahu ada uang atau barang berharga yang disembunyikan olehnya!"

Masuklah pria botak berbadan kekar lebih dalam ke rumah Luna. Semua barang diobrak-abrik olehnya, hingga suaranya terdengar begitu jelas dari tempat Luna sekarang. 

"Jangan! Tolong jangan rusak semua barang kami.” Ibu Luna mengiba. Wajahnya telah dipenuhi air mata saat ia memaksakan diri untuk menyentuh tangan si preman. “Hanya itu yang kami punya."

Namun, si preman dengan mudah mengibaskan tangannya dan bahkan menendang tubuh wanita tua itu.

“Ibu!” Luna lekas menangkap tubuh sang ibu sebelum wanita tua itu membentur lantai. Tatapannya kemudian terarah pada si preman, memandangnya dengan tajam. “Hei, jangan kasar!”

Pria itu tertawa mendengar perintah dari putri wanita tua tersebut. 

"Tidak ada barang yang berharga di dalam. Bahkan hanya ada uang recehan saja di sana,” lapor rekan si preman pertama. Pandangannya jatuh pada soosk Luna yang masih memeluk ibunya. “Lebih baik bawa saja wanita cantik itu untuk menebus utang ibunya!"

Sang ibu terkesiap.

"Tidak! Jangan! Jangan sentuh anakku!” ucap wanita tua tersebut dengan berderai air mata. Ia mencoba bangkit dan menyentuh tangan si preman kembali. “Bawa saja aku untuk jadi budak bos kalian!"

Wanita muda itu tidak memedulikan kedua pria yang telah memporak porandakan rumahnya. Dia hanya memedulikan sang ibu dengan berusaha memeluk tubuh kurusnya yang dalam keadaan memprihatinkan.

“Bu, jangan–”

"Melihatmu saja bos kami bisa muntah, apalagi membawamu sebagai budaknya!" Pria berbadan kekar itu pun tertawa. 

"Cepat bawa wanita cantik itu!" perintah pria itu kemudian.

Pria kedua, yang berkepala botak, berusaha membawa paksa Luna. Dengan sekuat tenaga wanita muda tersebut bertahan bersama sang ibu. 

“Lepas!”

Akan tetapi, tenaganya jauh berbeda dengan kedua pria yang berusaha membawanya. 

Tubuhnya dapat dengan mudah ditarik oleh pria botak yang sedang menertawakannya. Begitu banyak ancaman dan umpatan yang keluar dari bibir mungil wanita muda itu. 

Sayangnya, tidak ada yang berbelas kasih menolongnya. Beberapa orang hanya melihat mereka seolah tontonan yang menjadi hiburan semata. 

"Luna!" seru sang ibu dengan suara yang tertahan.

Tiba-tiba badan wanita tua itu terkulai lemas, dengan air mata pun menetes dari ujung matanya yang terpejam. Seketika wanita tua itu tidak sadarkan diri.

Melihat kondisi sang ibu, dengan sekuat tenaga Luna menghempaskan tangan pria yang berusaha membawanya, seraya berseru, "Ibu!"

Tubuh renta sang ibu dibawa dalam pelukannya. Tangisnya pecah ketika tidak mendapatkan reaksi apa pun dari tubuh wanita tua tersebut.

"Cepat bawa kami ke rumah sakit!" bentak Luna sembari menatap tajam pada kedua pria yang berdiri melihat mereka.

"Enak saja. Kami bukan dinas sosial! Tugas kami hanya untuk--"

"Jika ibuku meninggal, akan ku pastikan kalian berdua masuk dalam penjara karena membunuhnya!" sahut Luna yang berusaha mengancam mereka dengan tatapan penuh kebencian.

Kedua pria itu saling berbisik, dan sang pria berkepala botak pun berkata, "Baiklah. Kami akan membawa kalian ke rumah sakit. Tapi, setelah itu kamu harus ikut dengan kami untuk menebus utang ibumu!" 

Tanpa berpikir panjang, Luna pun menyetujuinya. Dalam pikirannya hanya keselamatan sang ibu, satu-satunya orang tua yang tinggal bersamanya. 

Kedua pria tersebut membawa tubuh sang wanita tua ke dalam mobil mereka, dan diikuti oleh Luna dengan deraian air matanya. 

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, tangan Luna mengusap lembut wajah sang ibu yang telah terdapat beberapa garis halus di bagian tertentu.

Digenggamnya dengan erat tangan wanita yang telah melahirkannya. Tangan itu terasa begitu kering dan terdapat sedikit keriput yang membuatnya meneteskan air mata, seraya berkata dalam hati,

'Tolong jangan tinggalkan Luna, Bu. Luna janji akan membayar semua utang kita. Luna juga akan membuat Ibu bahagia.'

Hanya beberapa menit saja mobil tersebut berhenti tepat di depan salah satu gedung rumah sakit yang bertuliskan IGD. Dengan cekatan dua orang perawat membawa wanita tua tersebut masuk ke dalam ruang IGD untuk segera ditangani.

"Ingat janjimu, Nona!" ancam pria berambut ikal dengan tatapan mata seorang pembunuh.

Luna tidak bergeming. Pandangan matanya hanya tertuju pada ruang IGD yang sedang memperjuangkan keselamatan ibunya. Begitu pula dengan hati dan pikirannya. Selang beberapa saat kemudian, pintu ruangan pun terbuka. Keluarlah seorang perawat yang menemuinya, dan berkata,

"Pasien sudah sadar."

Luna menghela napas lega dan bergegas menemui ibunya.

Namun, ketika kaki Luna hendak melangkah masuk, kedua tangannya dipegang oleh kedua pria yang menagih sang ibu.

"Nenek tua itu sudah sadar. Ikutlah bersama dengan kami untuk menebus utangnya!" ujar pria berkepala botak dengan suara yang mampu membuat bulu kuduk Luna merinding ketakutan.

Dari dalam ruangan tersebut sang ibu mendengar suara lantang pria yang sedang mengancam putrinya. Tanpa berpikir panjang, dia memegang tangan seorang dokter pria yang sedang memeriksanya, seraya berkata dengan penuh harap,

"Dok, tolong putri saya. Jangan biarkan mereka membawanya untuk menebus utang-utang saya."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 189

    Suara tangisan kencang dari ruang persalinan membuat Ron Matteo dan Damian Matteo tersenyum."Dengarlah, Damian. Suara bayi itu adalah--""Dengarlah suara tangisan ini, Pah," sahut Damian ketika mendengar suara tangisan bayi yang bersahut-sahutan.Mereka berdua tertawa bahagia menyambut kelahiran sang calon penguasa yang baru dalam keluarga Matteo. Mata kedua pria itu terbelalak mendengar suara tangisan bayi yang baru saja dilahirkan oleh istri kedua dari sang penguasa. "Lihatlah Damian. Ada berapa bayi dalam perut menantumu itu," ujar Ron Matteo sambil terkekeh. "Luna benar-benar hebat, Pa. Dia memberi kejutan pada kita semua," ucap Damian sembari terkekeh. "Benar. Bukankah dokter mengatakan jika hanya ada dua bayi dalam kandungannya?" tanya pria tua itu tanpa melepaskan pandangannya dari monitor yang memperlihatkan kegiatan dalam ruang persalinan. Hanya orang khusus saja yang bisa berada dalam ruangan tersebut. Dan merekalah pemilik rumah sakit itu. Sehingga mereka mempunyai a

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 188 Karma yang Harus Dibayar

    Serena memang dalam keadaan kritis saat dilarikan ke rumah sakit. Selain dia tidak sadarkan diri, dia juga mengalami pendarahan parah yang terjadi di kepala, di dalam perut serta dadanya, dan darahnya pun juga keluar dari anggota tubuhnya yang terkena pukulan atau benturan keras. Setelah operasi selesai, Serena dipindahkan ke ruang ICU. Di dalam ruangan itu dia mendapatkan perawatan ekstra, tanpa ada perbedaan dengan pasien lain karena status tahanannya. "Seharusnya pasien sudah sadar setelah beberapa saat operasi selesai dilakukan, tapi sepertinya kita harus menunggu lebih lama lagi. Kami juga sudah berusaha membangunkannya, tapi pasien tetap tidak mau bereaksi. Bahkan dalam operasinya tidak ada kesalahan yang terjadi. Semua berjalan dengan baik. Mungkin takdir Tuhan yang membuat semua ini terjadi. Kita tunggu saja perkembangan pasien selanjutnya," tutur sang dokter pada seorang sipir yang bertugas menjaga Serena.Setelah kepergian dokter dari ruangan tersebut, sang sipir melaporka

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 187 Orang Jahat yang Dijahati

    "Brengsek!" umpat mantan mertua dari Kenzo Matteo. Hampir semua barang yang ada di sekitarnya telah menjadi pelampiasan kemarahannya. Dia merasa malu di hadapan semua orang yang menghadiri konferensi pers nya. Terlebih lagi orang-orang tersebut sangat berpengaruh dalam bidangnya. Dalam sekejap saja, berita tentang putrinya yang tidak bisa memberikan keturunan bagi keluarga Matteo telah menyebar ke seluruh pelosok negeri. Hingga putri yang telah dicoret dari keluarganya pun mendengar berita tersebut. Prang!"Kalian semua brengsek!" seru Serena dalam ruangan yang dikelilingi jeruji besi, sembari melempar piring makanannya ke arah tembok.Beberapa tahanan wanita yang berada dalam ruang tahanan tersebut menatap tajam padanya. Tanpa menunggu lama, seorang tahanan wanita berbadan besar meraih rambut panjang Serena yang diikat tidak beraturan. "Kamu tidak lihat kami semua sedang makan?!" tanyanya dengan menatap marah pada wanita si pemilik rambut yang dijambaknya. Serena menatap kesal p

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 186 Malam Penobatan Sebagai Sang Penguasa

    "Dengan ini saya, Ron Matteo mengumumkan bahwa cucu saya, Kenzo Matteo akan menggantikan posisi saya di semua perusahaan yang bernaung di bawah keluarga Matteo."Sorak sorai tepukan tangan memenuhi ruangan tersebut. Acara berkonsep mewah dan sangat berkelas dengan iringan musik klasik menambah keindahan pesta malam itu. Kenzo Matteo kini telah diangkat menjadi sang penguasa untuk menggantikan kakeknya. Tentu saja hal itu didengar oleh Serena yang masih berada dalam jeratan jeruji besi. Wanita licik itu marah. Dia bersumpah akan merebut kembali hak miliknya."Luna. Bolehkah Nenek berbicara?" tanya sang kepala pelayan yang sudah sangat dekat dengan istri kedua Kenzo. Luna menganggukkan kepalanya, menyetujui keinginan dari wanita tua tersebut yang seolah menggantikan peran ibunya. "Apakah hatimu lega dengan mendiamkan suamimu?" tanyanya dengan lembut. Luna diam. Dia memikirkan pertanyaan dari sang nenek. Setelah itu, dia menggelengkan kepalanya. "Apakah hatimu baik-baik saja, dan bis

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 185 Sebuah Kekalahan

    "Apa anda kira jika sudah menghapus rekaman CCTV di beberapa tempat bisa memusnahkannya? Termasuk rekaman CCTV di dalam kamar perawatan."Seketika Serena membelalakkan matanya. Penuturan dari pengacara keluarga Matteo membuat jantungnya berdegup sangat kencang, takut apabila dimasukkan ke dalam sel tahanan yang akan merusak nama baik dan kehormatannya serta keluarganya. Kedua tangan wanita yang merupakan istri pertama dari Kenzo mencengkeram roknya. Ketakutannya itu bisa dibaca oleh pria yang duduk di sampingnya. "Apa anda yakin jika orang yang berada di dalam kamar tersebut adalah Nyonya Serena? Bukankah tidak ada bukti jelas atau pun saksi yang menyatakan hal itu? Lagi pula, kita tidak bisa begitu saja menyatakan bahwa itu adalah klien kami, karena kita juga tidak tahu orang itu pria atau wanita. Benar bukan?" ujar sang pengacara Serena dengan tenang. "Saya yakin kita semua bisa melihat jika orang yang berpakaian serba hitam pada rekaman CCTV itu adalah seorang wanita. Lihat saja

  • Pesona Istri Kedua Pria Berkuasa   Bab 184 Menuntut dan Dituntut

    "Kamu sangat cerdik, Serena," ujar Ron Matteo setelah menyudahi tepukan tangannya. Pria tua itu beranjak dari duduknya, dan berjalan menghampiri cucu menantu pertamanya. Hal itu membuat Serena tersenyum penuh kemenangan. "Kamu benar-benar licik. Tidak salah jika kami membiarkanmu masuk ke dalam keluarga Matteo. Semakin lama, kami semakin tahu kebusukan mu," tuturnya sembari menyeringai. "Apa maksudnya, Kek?" tanya Serena layaknya orang bodoh. Sang kakek hanya tersenyum miring menanggapi pertanyaan dari istri pertama cucunya. Wanita licik itu ditatapnya seolah sedang memperingatkannya. "Kita lihat saja sejauh mana kebenaran akan terungkap."Jantung Serena berdebar dengan kencang. Dia khawatir akan nasibnya saat ini. Nama baiknya dan keluarganya telah dipertaruhkan demi meraih kejayaan nama keluarga Hogan melalui keluarga Matteo. 'Sial! Apa yang harus aku lakukan sekarang?' tanyanya dalam hati. "Apa yang sebenarnya dia lakukan pada ibuku?" Tiba-tiba semua pasang mata beralih men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status