Share

Bagian 2

Author: Irma W
last update Huling Na-update: 2022-06-21 08:45:58

Ketiga pria itu tidak berhasil menemukan pria pertama yang Mayumi lihat. Mereka kini sudah pergi entah ke mana. Mayumi tidak mau peduli, mala mini hidupnya terlalu kacau untuk mengikuti masalah orang lain. Mayumi meraup wajahnya, menarik napas dalam-dalam lalu kembali berjalan menyusuri trotoar. 

“Aku harus bagaimana sekarang?” gumam Mayumi.

Mayumi memasang wajah menyedihkan. Raut wajah cantik kini sudah kusam penuh keringat dan pasti sangat lengket.

“Kemari kamu!”

“Astaga!” Mayumi jatuh terserembab masuk ke dalam semak saat seseorang menarik tangannya secara tiba-tiba.

Kedua mata Mayumi menatap seseorang pria yang posisinya kini sedang berada di bawahnya.

“Oh, astaga!” umpat Mayumi lagi. Mayumi buru-buru mundur menjauh, tapi satu kakinya bisa digapai oleh pria itu.

“Tunggu dulu!”

“Lepaskan aku!” Myumi sudah terlanjur panik. “Aku akan berteriak kalau kamu tidak melepaskan kakiku!”

Mayumi sudah membuat corong dengan kedua tangannya, dan mulutnya sudah hampir terbuka.

“Aku sedang kesakitan.”

Bibir itu kembali mengatup dan Mayumi urung meyerukan suaranya. Mayumi kini menunduk menatap pria itu yang sedang meringis sambil memegangi bagian perutnya.

Oke, pria ini sepertinya memang sedang kesakitan. Oh, tunggu dulu! Bisa jadi dia sedang pura-pura?

Mayumi sudah ingin kambur dengan gerak perlahan, tapi lagi-lagi pria itu menarik kakinya.

“Aku mohon. Tolong aku. Aku akan bayar berapa pun yang kamu mau.”

Mayumi tertegun beberapa saat. Berapa pun itu berapa? Dengan bodohnya Mayumi mulai menebak-nebak.

“Berapa pun?” tanya Mayumi dengan polosnya.

Sambil menahan sakit, pria itu mengangguk. Aku punya banyak uang. Sekali pun membeli dirimu, aku pun mampu.”

Seketika Mayumi menaikkan satu ujung bibirnya dan mendelik tajam. Angkuh sekali pria ini. Dia sedang kesakitan dan penuh darah, tapi masih bisa menyombongkan diri. 

“Plis! Aku sudah tidak tahan lagi. Aku sudah kehilangan banyak darah.”

Mayumi mulai toleh sana-sini dan mengangkat sedikit kepalanya untuk memantau keadaan. Kemudian, Mayumi kembali terduduk dan menatap pria yang belum diketahui Namanya itu.

“Oke, sekarang aku harus apa?” tanya Mayumi.

“Pesan saja taksi online.”

“Oke.”

Mayumi merogoh tasnya lalu mengambil ponselnya dan segera memesan taksi. Sambil menunggu taksi datang, diam-daim Mayumi mengamati wajah yang sedang meringis menahan rasa sakit itu. Wajahnya tampan, tidak ada jerawat sepertinya, tapi dari sorot lampu yang tidak terlalu terang Mayumi melihat ada luka di ujung bibirnya. Apakah ada hubungannya dengan ketiga pria tadi?

Tidak lama kemudian taksi yang dipesan pun datang. Dengan dibantu sopir taksi, Mayumi memapah pria itu masuk ke dalam mobil.

“Mau diantar kemana, Nona?” tanya si sopir.

Mayumi menoleh kearah pria itu. “Kemana?”

Pria itu menyebutkan sebuah tempat di mana Mayumi belum pernah mendengar letaknya ada di mana, tapi sepertinya sang sopir sudah tahu.

Mobil pun melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Hal itu dilakukan karena pria itu sudah semakin kehabisan tenaga.

“Apa tidak sebaiknya ke rumah sakit saja?” tanya Mayumi. “Kamu sudah kehilangan banyak darah.”

“Tidak usah,” tegas pria itu.

Dan sekitar setengah jam perjalanan, mobil taksi memasuki sebuah Kawasan jalan setapak yang di kelilingi pohon pinus sepanjang jalan. Suasana di depan sana tampak sepi dan menyeramkan karena tidak ada sama sekali mobil yang melintas atau lampu penerangan jalan. Ada lampu jalan, tapi jaraknya cukup jauh dari masing-masing lampu yang terpasang.

Semakin jauh ke dalam, hawa dingin mulai terasa menusuk. Mayumi merasakan dadanya berdegup kencang dan badannya gemetaran panas dingin. Namun, sekitar lima menit kemudian, di depan sana terlihat sebuah rumah besar bak istana dengan lampu yang bersinar terang di bagian gerbang.

Apa itu? Istana?

Mayumi sedikit mencondongkan badan mengamati ke luar sana. “Apa itu rumahmu?” tanyanya.

Tidak lama setelah itu, mobil pun berhenti di depan pintu gerbang. Pria itu menarik baju Mayumi, spontan Mayumi menoleh.

“Turun dan tekan tombol bellnya.”

Tanpa pertanyaan, Mayumil langsung turun. Mayumi terlalu penasaran dengan rumah besar bak istana yang sekarang berada di hadapannya itu. Sambil melongo dan terkagum-kagum, Mayumi berdiri sambil memegang ring gerbang itu. Saking takjubnya, Mayumi samapai lupa kalau di dalam mobil ada orang yang hampir sekarat.

“Hoi, ayolah! Aku kesakitan di sini!” hardik pria itu saat kaca jendela taksi terbuka.

Seketika Mayumi terlonjak kaget dan langsung buru-buru mencari letak bell lantas menekannya beberapa kali. Tidak perlu menunggu lama, tiba-tiba gerbang itu terbuka dengan sendirinya. Mayumi yang masih berdiri di sana seketika terlonjak sampai berjinjit dan mengusap dadanya.

“Masuk saja, Pak.”

Taksi itu melaju secara perlahan hingga berhenti tidak jauh dari pintu masuk utama. Sementara Mayumi, dia masih sibuk menyapu pandangan seperti orang bodoh yang kebingungan.

“Astaga, Tuan Frans!” Dua orang ber jas hitam sigma mengahmpiri dan langsung membatu Frans turun dari mobil. Salah satu dari mereka memanggil pelayan lain untuk ikut membantu. Dari depan pintu gerbang yang masih terbuka, Mayumi berdiri mengamati mereka-mereka yang sudah heboh membantu Frans. Ada sekitar sepuluh orang yang sibuk mondar-mandir membantu. Dan dengan santainya, Mayumi berjalan mendekat dan sebatas mengawasi saja.

“Maaf, Nona siapa.” Satu pelayan Wanita menghentikan langkah Mayumi yang hendak ikut masuk ke dalam rumah.

Mayumi tampak bingung. “Em, aku … aku datang bersama Tuan itu. “ Mayumi menunjuk ke arah Frans yang sudah di dorong menggunakan kursi roda entah ke ruangan mana.

Para pelayan itu saling pandang lalu menarik Mayumi masuk ke dalam sebelum akhirnya pintu lebar dan menjulang tinggi itu tertutup rapat.

Astaga! Ini memang sebuah istana. Mayumi tidak berhenti terkagum-kagum. Di dam rumah ini sangat mewah. Ada jam besar yang terbuat dari kayu, ada juga patung besar seorang yang sepertinya seorang pangaraen dan ratunya. Dan masih banyak lagi yang tidak akan habis untuk dikagumi.

“Beri Wanita itu kamar,” ucap Frans seraya berbaring di atas ranjang.

“Wanita yang mana, tuan?”

“Dia pasti ada di bawah. Suruh saja pengawal menyiapkan kapar dan pakaian untuknya.”

“Baik, Tuan.” Mereka berempat mengangguk. “Saya juga sudah panggilkan dokter untuk segera datang.”

Frans menganggguk. Sementara dua penjaga sudah ke luar dua penjaga lain mulai mengelap luka Frans. Sudah banyak darah yang ke luar, dan kalau bukan Arkan kemungkinan besar sudah pingsan. Namun, sepertinya luka di bagian perut yang tidak jauh dari pinggangnya ini tidak terlalu serius. Untungnya peluru itu melesat dan hanya sekedar menyerempet saja.

Frans menyelesaikan maslah ini besok. Rasa sakitnya saat ini harus segera terbalaskan.

“Memang sialan!” hardik Frans.

“Apa pelakunya Tuan Jeff?” tanya Leo.

“Bisa jadi. Orang itu sungguh gila! Jelas-jelas aku tidak ada hubungan dengan Wanita itu, tapi pria tua bangka itu terus memaksa.”

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Pelayanku   Bagian 60 (Tamat)

    Frans sudah menarik Mayumi ke luar dan memutuskan untuk membawa pulang. Reaksi Frans itu, sempat membuat semuanya bingung dan bertanya-tanya. Rencananya, Bastian akan langsung menjelaskan, tapi sayangnya Frans malah langsung pergi begitu saja.“Ada apa, Ian?” tanya Kate.Mereka semua yang di sini menatap serius ke arah Bastian menunggu jawaban. Sebelum bicara, Bastian duduk dan terdiam beberapa saat. Kemungkinan ia masih syok atau tidak menyangka kalau Wanita yang sempat ia cari ternyata sudah menikah dengan saudaranya.Sudah sekitar satu tahun Bastian menyerah mencari Mayumi. Bastian berharap bertemu lagi, tapi kalau keadaannya seperti ini, sebaiknya tidak usah bertemu. Bastian sebenarnya juga sudah memiliki kekasih, dia menghampiri Mayumi mungkin hanya melepas rindu dan ingin menyampaikan maaf.“Dia orang yang aku cari.”“Apa maksud kamu?” tanya Jiel.“Istri Frans. Dia Wanita jepang yang pernah menjadi kekasihku.”Mereka semua seketika tercengang dengan bibir terbuka dan semp

  • Pesona Pelayanku   Bagian 59

    “Bagaimana mungkin kamu bisa mencintai seorang pelayan?” tanya satu Wanita yang sedari tadi sibuk makan camilan. Dia Keysha, saudara kembar Harrys.“Apa ada yang salah?” tanya Frans malas. Kedua mata Frans lurus mengarah pada sang istri yang sedang ikut bakar-membakar bersama ibunya dan juga bibi Jane.“Bukan apa-apa, aku hanya heran dan yang lain juga pasti heran sepertiku. Ayolah, Frans, kita semua tahu seperti apa tipemu.” Keysha terkekeh.Frans yang sontak menoleh membuat mereka menutup mulut. “Ada apa dengan tipeku? Aku tidak pernah memilih-milih Wanita.”“Oh, ya? Lalu bagaimana dengan Lucy dan Rose.”“Jangan membicarakan mereka!” Frans melotot.“Tenanglah, Frans. Kita hanya ingin tahu tentang kamu dan istrimu. Tidak apa kan kalai kita sedikit membahas hal sebelumnya? Sebagai sepupumu, aku hanya ragu dengan istrimu itu.”“Why?” sungut Frans sambil menyingkirkan tangan Harrys yang mendarat di pundaknya.Keysha berpaling dar camilannya kemudian melipat kedua tangan di atas

  • Pesona Pelayanku   Bagian 58

    Hari berikutnya, Frans dan Mayumi diundang ke rumah untuk sekedar makan malam. Mungkin ayah dan ibu sudah rindu karena satu mingguan mereka berdua tidak datang untuk berkunjung. Di dalam kamar, Mayumi sudah sibuk mencari pakaian, sementara Frans sudah duduk santai di sofa sambil menatap layar ponselnya.“Kenapa kamu santai sekali? Tidak bisakah membantuku?” Mayumi mulai mengoceh. Dia mendengkus dan menghentak kaki karena tak kunjung menemukan pakaian yang cocok.Frans mendesah lalu meletakkan ponselnya. “Memang aku harus apa, hm?”Mayumi mendengkus lagi. “Huh! Kamu sangat menyebalkan!”Frans berdiri lalu merangkul sang istri dari belakang. Ia sandarkan dagu pada pundak yang polos belum berpakaian itu. Bukan telanjang, melainkan saat ini Mayumi masih memakai handuk yang melingkar di badannya.“Semua baju yang kamu belikan untukku, terlalu mahal. Aku takut tidak akan cocok.”“Oh, Ya?” Frans menaikkan satu alisnya dan memiringkan kepala hingga bisa melihat Sebagian wajah Mayumi. “K

  • Pesona Pelayanku   Bagian 57

    Mayumi masih membuang muka, ia duduk di tepi ranjang dengan wajah merengut dan kedua tangan terlipat di depan dada. Mayumi ingin marah, tapi tidak tahu caranya. Ini baru dua hari menikah tapi kenapa sudah ada hal yang membuat kecewa dan kesal.Frans menghela napas kemudian mendekat. “Kamu marah?”Mayumi berdecak dan masih enggan membuka mulut. Dia kesal kenapa Frans harus bertanya, padahal jelas sekali tidak pulang tanpa memberi kabar adalah sebuah kesalahan.“Untuk apa aku marah,” kata Mayumi kemudian. “Memang kalau aku marah, aku akan menang?”Frans duduk di samping Mayumi. “Jadi kamu memang sedang marah? Aku minta maaf, aku tidak bisa pulang semalam.”Mayumi tersenyum tipis dengan tatapan sengit. “Lalu dengan begitu apa tidak bisa memberi kabar? Meneleponku, misalnya.”“Aku kehilangan ponselku semalam. Aku melupakan ponselku di ruang makan, jadi aku tidak mendengar kalau ada panggilan masuk karena mode getar saja.”“Ruang makan? Ruang makan mana maksud kamu?” Mayumi melotot.

  • Pesona Pelayanku   Bagian 56

    Frans sampai di rumah sekitar pukul sepuluh siang, dia mampir lebih dulu ke pusat perbelanjaan membeli sesuatu untuk Mayumi. Mungkin dengan membelikan sesuatu, akan membuat Mayumi urung marah. Bagaimana Frans bisa tahu kalau Mayumi marah? Hal itu terbukti dari panggilan dan pesan yang tidak Mayumi balas dan jawab.Sampai di rumah, Frans menyelonong begitu saja masuk ke dalam, bahkan tidak bicara apa pun saat berpapasan dengan Leo. Leo yang harusnya bicara, urung karena melihat Tuannya berjalan begitu cepat.Sampai di lantai atas, Frans meletakkan belanjaannya di atas sofa, sementara mulutnya sudah berteriak memanggil sang istri.“Mayumi!”Tidak ada jawaban sama sekali, yang terdengar hanya suara tokek yang entah di mana keberadaannya. Frans coba memeriksa ke balkon dan kamar mandi, tetap saja tidak menemukan siapa pun. Frans lantas berjalan meninggalkan kamar, lalu berhenti di pinggir lantai atas.“Liana!”Liana masih di belakang dan sedang sibuk menata pakaian yang sudah bersi

  • Pesona Pelayanku   Bagian 55

    Pagi harinya, Mayumi tidak mendapati sang suami ada di sampingnya. Mayumi pikir Frans sudah bangun lebih dulu dan berangkat bekerja, atau mungkin sedang sarapan di bawah.Mayumi mengikat rambut panjangnya, kemudian duduk dengan kedua kaki menggantung di bibir ranjang. Mayumi hendak meraih ponselnya, tapi urung karena mendadak perutnya berbunyi. Sepertinya rasa lapar sudah datang tanpa rasa sabar.Mayumi menghela napas kemudian beranjak. Dia pergi meninggalkan kamar masih memakai piamanya. Tenang saja, piama itu tidak akan terlihat terbuka saat memakai jubahnya, jadi Mayumi tetap akan nyaman berjalan di rumah ini.“Selamat pagi, Nona?” sapa pelayan yang sedang mengelap lemari kaca di dekat tangga menuju ruang tengah.Mayumi tersenyum dan mengangguk membalas sapaan itu. Sebelum kembali melangkah, Mayumi bertanya lebih dulu pada pelayan itu.“Maaf, apa Frans ada di ruang makan?”“Em, maaf, Nona, Saya belum melihat Tuan Frans sedari tadi. Saya pikir Tuan Frans belum turun.”Kepala

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status