Rate: 21+ Cerita yang tertulis hanya sebuah karangan, jadi mohon bijak dalam membaca. Mayumi ikut pindah ke negara ayahnya, tapi berujung kelecewaan. Ayah tega berselingkuh dan pada akhirnya Mayumi dan ibunya harus bertahan hidup di negara orang. Apa pun Mayumi lakukan asalkan pendapat pekerjaan. Suatu ketika, sebuah pertemuan membuatnya harus bekerja sebagai Pelayan pribadi seorang Pria angkuh dan tidak mau kalah. Dia hidup di rumah mewah bersama pelayan lain dan kehidupan di dalam rumah itu membuat Mayumi terheran-heran.
view moreLampu berkelap-kelip menghiasi ruangan, music Dj yang menggema, menambah suasana klubing semakin meriah. Liukan tubuh molek yang menari di atas meja bundar, menjadi tontonan wajib saat datang. Dan minuman berbagai macam rasa juga tersedia bagi siapa pun yang tengah merasa Bahagia atau pun terluka.
Entah sudah berapa kali Mayumi bolak-balik mengambilkan minuman untuk para pengunjung. Andaikan kedua kakinya yang jenjang bisa bicara, mungkin sudah sedari tadi berteriak meminta menyudahi pekerjaan ini. Namun, itu tidak mungkin bisa Mayumi lakukan. Mayumi terlalu membutuhkan pekrjaan ini untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sedang sakit..“Buruan!” teriak salah satu pengunjung yang berada di bangku paling ujung. Dai mengangkat tangan melambai ke arah Mayumi untuk segera membawakan minuman.“Apa kamu lumpuh sampai tidak bisa berjalan dengan cepat!”Berbagai macam cacian yang setiap malam Mayumi dengar dan sungguh tidak akan pernah Mayumi pedulikan. Meski kadang kalimatnya terdengar menyakitkan, tapi inilah tempat yang bisa menghidupi Mayumi dan ibunya. Memang bisa apa seorang Wanita yang hanya bersekolah sampai sekolah menengah saja? Kehidupam di kota sungguh keras. Terkadang lebih baik dihina asal bisa makan biarpun itu terdengar keji dan mejijikkan.“Kenapa lama sekali!” makinya saat Mayumi sudah datang membawa tiga botol wine.“Maaf, aku baru saja melayani di sebelah sana lebih dulu,” jawab Mayumi seraya meletakkan tiga botol wine yang ia bawa.Siapa peduli dengan alasan itu? Bagi mereka apa pun alasannya tetap mau dilayani yang paling utama.“Tetaplah di sini.” Salah satu dari mereka menarik tangan Mayumi.Mayumi langsung mengibaskan tangan. “Maaf, pekerjaanku di sana masih banyak.”“Shit!” umpat pria gondrong itu. “Aku datang karena ingin berpesta, sebagai pelayan kamu harus menemaniku di sini.”“Hei!” jerit Mayumi saat pria itu dengan tidak sopan meresas pantatnya. “Jaga tangan anda. Saya tidak suka disentuh-sentuh!” tegas Mayumi,Pria itu tertawa diikuti beberapa teman yang lainnya. Mereka seperti menghina perkataan Mayumi yang sedang membela diri.Sebelum Mayumi beranjak, salah satu dari mereka berdiri. “Hei, kamu! Kamu hanya pelayan, tugas kamu di sini tentu melayani kami para tamu.”Mayumi mendecih, “Maaf, aku memang hanya pelayan, tapi bukan berarti melayani pikiran kalian yang kotor.”“Berani sekali kamu!” satu lagi ikut berdiiri dan langsung menyalak. Pria itu menjambak rambut Mayumi hingga mendongak.“Wanita seperti kamu tidak usah sok suci! Semua pelayan di sini tidak ada yang bersih!”Mayumi sudah meringis menahan rasa sakit di kepalanya saat rambutnya dijambak dan masih ditarik.“Lepaskan!” bentak Mayumi seraya coba menyingkirkan tangan pria itu.Ketika tenaga Mayumi tidak berhasil menyingkirkan pria itu, yang lain tertawa. Mayumi mulai takut dan kali ini lebih merasa direndahkan. Selama rambutnya ditarik dan juga kedua tangganya sudah ditarik dan dikunci ke belakang oleh pria itu, Mayumi semakin tidak bisa berbuat apa-apa. sekalipun Mayumi menggerakkan badan mencoba melepaskan diri, yang ada tarikan rambut itu semakin terasa kencang.Mereka berlima sepertinya begitu menyukai pertunjukan ini. Ini tempat di mana ornag akan acuh dengan urusan orang lain, sekali pun Mayumi bereteriak minta tolong, tidak akan ada yang menolongnya. Kemungkinan yang terjadi malah mereka semua akan bertepuk tangan seperti sedang dalam pertunjukan opera.“Lepasakan aku!” ucap Mayumi lagi dengan raut wajah menahan perih.“Kalau saja kamu bersikap sopan, kamu semua tidak akan sekasar ini padamu.” Pria yang ikut berdiri itu menyeringai, lalu satu tangannya meraih bagian pinggang Mayumi sementara temannya masih mengunci kedua tangan dan menjambak rambut Mayumi.“Brengsek kalian!” maki Mayumi.Sekali lagi kalimat itu bagaikan angin yang berembus begitu saja. Sementara tiga lainnya menonton, dua pria yang berdiri sudah mulai bersikap semakin tidak sopan. Tangan mereka meraih kembali satu bulatan sintal di bawah panggul. Tidak hanya sekedar menyentuh, melainkan meremasnya. Dan saat itu juga Mayumi tidak tahan lagi untuk tidak berontak.Tanpa pikir Panjang, Mayumi menginjak kaki pria yang masih mengunci kedua tangannya lalu dengan cepat menyiku wajah pria itu hingga terlempar.“Jangan kurang ajar kalian!”Plak!Dan satu pria lagi berhasil Mayumi tampar.“Kamu!” mereka berdua sama-sama melotot tajam dan kini satu tamparan melayang tepat mendarat di pipi Mayumi.Nyuuuuut, rasanya begitu pering sampai telinganya berdengik karena saking kencangnya tamparan itu. Mayumi terlempar sampai menabrak tamu lain. Mereka kini menjadi pusat perhatian dan tontonan untuk semuanya.“Wanita murahan!” maki pria itu lagi dan kembali menjambak rambut Mayumi lagi. “Kamu itu Wanita malam, tidak usah sok suci di sini!”Mayumi sudah banjir air mata dan wajahnya tampak memerah. Belum selesai Mayumi mengambil napas, pria itu kembali melukai dengan cara mendorongnya hingga jatuh tersungkur. Tidak ada yang membantunya selain tawa menggelegar yang terdengar.Mayumi lantas mencoba bangun. Ia kemudian memandangi mereka yang sedang menertawakannya saat ini, lalu ia kemudian membuang muka dan berlari menjauh.Sampai di ruangan belakang, Mayumi jatuh terduduk tidak jauh dari lemari lokernya. Mayumi menangis sejadi-jadinya sampai harus menekan sedikit dadanya yang terasa sakit.Beberapa menit berlalu, terdengar suara tapak kaki melangkah mendekat. Mayumi mengelap wajahnya yang basah lalu menoleh. Di belakannya, kini berdiri satu temannya dengan senyum tipis. Namun, Ketika Mayumi hendak bangkit, Wanita bernama Beatrice itu menjulurkan tangan dengan telapak tangan terbuka lebar. Saat itu juga Mayumi tertegun lalu hanya sebatas berdiri dan urung maju mendekat.“Tidak perlu memelukku kalau kamu hanya ingin menangis.” Ucap Beatrice.Mayumi kembali tertegun dengan wajah bingung. Hanya Hana teman paling dekat selam Mayumi kerja di sini, dan juga Beatrice yang membawa Mayumi untuk kerja di sini.“Mereka melecehkanku, Beatrice,” ucap Mayumi dengan wajah memelas.Beatrice tersenyum tipis. “Aku tidak peduli. Sebelum kamu mulai bekerja, aku sudah memberimu beberapa penjelasan mengenai pekerjaanmu di sini.”Mayumi kembali terdiam. Ini kelab malam, apa pun bisa terjadi di sini karena memang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang mencari hiburan gelap.“Kamu sudah mempermalukan aku dengan menolak pelanggan. Nyonya Rika sudah memecatmu. Dan ini gaji kamu selam satu bulan di sini.”Beatrice maju dan mengulurkan amplop coklat ke arah Mayumi. Mayumi sempat melongo sebelum akhirnya menerima pesangon itu.Malam ini menjadi malam yang buruk untuk Mayumi. Selama ia hidup, bersentuhan dengan seorang pria pun belum pernah ia lakukan. Maksudnya bersentuhan sampai yang berlebihan. Mengenai bergandengan tangan, pernah. Itu terjadi saat menjalin kasih dengan seorang pria sekitar lima tahun yang lalu.Mayumi lega bisa ke luar dari tempat it dengan selamat, tapi setelah ini harus apa? di mana Mayumi kan mencari pekerjaan lagi?Brak!Mayumi jatuh menabrak tiang listrik saat berjalan di trotoar. Seseorang terlihat berlari dengan sangat cepat usai menyerempet Mayumi. Dan tidak lama setelah Mayumi memandangi orang itu hingga menghilang masuk ke semak-semak, tiga orang lagi berbadan kekar muncul berlarian ke arah di mana pria itu berada.***Frans sudah menarik Mayumi ke luar dan memutuskan untuk membawa pulang. Reaksi Frans itu, sempat membuat semuanya bingung dan bertanya-tanya. Rencananya, Bastian akan langsung menjelaskan, tapi sayangnya Frans malah langsung pergi begitu saja.“Ada apa, Ian?” tanya Kate.Mereka semua yang di sini menatap serius ke arah Bastian menunggu jawaban. Sebelum bicara, Bastian duduk dan terdiam beberapa saat. Kemungkinan ia masih syok atau tidak menyangka kalau Wanita yang sempat ia cari ternyata sudah menikah dengan saudaranya.Sudah sekitar satu tahun Bastian menyerah mencari Mayumi. Bastian berharap bertemu lagi, tapi kalau keadaannya seperti ini, sebaiknya tidak usah bertemu. Bastian sebenarnya juga sudah memiliki kekasih, dia menghampiri Mayumi mungkin hanya melepas rindu dan ingin menyampaikan maaf.“Dia orang yang aku cari.”“Apa maksud kamu?” tanya Jiel.“Istri Frans. Dia Wanita jepang yang pernah menjadi kekasihku.”Mereka semua seketika tercengang dengan bibir terbuka dan semp
“Bagaimana mungkin kamu bisa mencintai seorang pelayan?” tanya satu Wanita yang sedari tadi sibuk makan camilan. Dia Keysha, saudara kembar Harrys.“Apa ada yang salah?” tanya Frans malas. Kedua mata Frans lurus mengarah pada sang istri yang sedang ikut bakar-membakar bersama ibunya dan juga bibi Jane.“Bukan apa-apa, aku hanya heran dan yang lain juga pasti heran sepertiku. Ayolah, Frans, kita semua tahu seperti apa tipemu.” Keysha terkekeh.Frans yang sontak menoleh membuat mereka menutup mulut. “Ada apa dengan tipeku? Aku tidak pernah memilih-milih Wanita.”“Oh, ya? Lalu bagaimana dengan Lucy dan Rose.”“Jangan membicarakan mereka!” Frans melotot.“Tenanglah, Frans. Kita hanya ingin tahu tentang kamu dan istrimu. Tidak apa kan kalai kita sedikit membahas hal sebelumnya? Sebagai sepupumu, aku hanya ragu dengan istrimu itu.”“Why?” sungut Frans sambil menyingkirkan tangan Harrys yang mendarat di pundaknya.Keysha berpaling dar camilannya kemudian melipat kedua tangan di atas
Hari berikutnya, Frans dan Mayumi diundang ke rumah untuk sekedar makan malam. Mungkin ayah dan ibu sudah rindu karena satu mingguan mereka berdua tidak datang untuk berkunjung. Di dalam kamar, Mayumi sudah sibuk mencari pakaian, sementara Frans sudah duduk santai di sofa sambil menatap layar ponselnya.“Kenapa kamu santai sekali? Tidak bisakah membantuku?” Mayumi mulai mengoceh. Dia mendengkus dan menghentak kaki karena tak kunjung menemukan pakaian yang cocok.Frans mendesah lalu meletakkan ponselnya. “Memang aku harus apa, hm?”Mayumi mendengkus lagi. “Huh! Kamu sangat menyebalkan!”Frans berdiri lalu merangkul sang istri dari belakang. Ia sandarkan dagu pada pundak yang polos belum berpakaian itu. Bukan telanjang, melainkan saat ini Mayumi masih memakai handuk yang melingkar di badannya.“Semua baju yang kamu belikan untukku, terlalu mahal. Aku takut tidak akan cocok.”“Oh, Ya?” Frans menaikkan satu alisnya dan memiringkan kepala hingga bisa melihat Sebagian wajah Mayumi. “K
Mayumi masih membuang muka, ia duduk di tepi ranjang dengan wajah merengut dan kedua tangan terlipat di depan dada. Mayumi ingin marah, tapi tidak tahu caranya. Ini baru dua hari menikah tapi kenapa sudah ada hal yang membuat kecewa dan kesal.Frans menghela napas kemudian mendekat. “Kamu marah?”Mayumi berdecak dan masih enggan membuka mulut. Dia kesal kenapa Frans harus bertanya, padahal jelas sekali tidak pulang tanpa memberi kabar adalah sebuah kesalahan.“Untuk apa aku marah,” kata Mayumi kemudian. “Memang kalau aku marah, aku akan menang?”Frans duduk di samping Mayumi. “Jadi kamu memang sedang marah? Aku minta maaf, aku tidak bisa pulang semalam.”Mayumi tersenyum tipis dengan tatapan sengit. “Lalu dengan begitu apa tidak bisa memberi kabar? Meneleponku, misalnya.”“Aku kehilangan ponselku semalam. Aku melupakan ponselku di ruang makan, jadi aku tidak mendengar kalau ada panggilan masuk karena mode getar saja.”“Ruang makan? Ruang makan mana maksud kamu?” Mayumi melotot.
Frans sampai di rumah sekitar pukul sepuluh siang, dia mampir lebih dulu ke pusat perbelanjaan membeli sesuatu untuk Mayumi. Mungkin dengan membelikan sesuatu, akan membuat Mayumi urung marah. Bagaimana Frans bisa tahu kalau Mayumi marah? Hal itu terbukti dari panggilan dan pesan yang tidak Mayumi balas dan jawab.Sampai di rumah, Frans menyelonong begitu saja masuk ke dalam, bahkan tidak bicara apa pun saat berpapasan dengan Leo. Leo yang harusnya bicara, urung karena melihat Tuannya berjalan begitu cepat.Sampai di lantai atas, Frans meletakkan belanjaannya di atas sofa, sementara mulutnya sudah berteriak memanggil sang istri.“Mayumi!”Tidak ada jawaban sama sekali, yang terdengar hanya suara tokek yang entah di mana keberadaannya. Frans coba memeriksa ke balkon dan kamar mandi, tetap saja tidak menemukan siapa pun. Frans lantas berjalan meninggalkan kamar, lalu berhenti di pinggir lantai atas.“Liana!”Liana masih di belakang dan sedang sibuk menata pakaian yang sudah bersi
Pagi harinya, Mayumi tidak mendapati sang suami ada di sampingnya. Mayumi pikir Frans sudah bangun lebih dulu dan berangkat bekerja, atau mungkin sedang sarapan di bawah.Mayumi mengikat rambut panjangnya, kemudian duduk dengan kedua kaki menggantung di bibir ranjang. Mayumi hendak meraih ponselnya, tapi urung karena mendadak perutnya berbunyi. Sepertinya rasa lapar sudah datang tanpa rasa sabar.Mayumi menghela napas kemudian beranjak. Dia pergi meninggalkan kamar masih memakai piamanya. Tenang saja, piama itu tidak akan terlihat terbuka saat memakai jubahnya, jadi Mayumi tetap akan nyaman berjalan di rumah ini.“Selamat pagi, Nona?” sapa pelayan yang sedang mengelap lemari kaca di dekat tangga menuju ruang tengah.Mayumi tersenyum dan mengangguk membalas sapaan itu. Sebelum kembali melangkah, Mayumi bertanya lebih dulu pada pelayan itu.“Maaf, apa Frans ada di ruang makan?”“Em, maaf, Nona, Saya belum melihat Tuan Frans sedari tadi. Saya pikir Tuan Frans belum turun.”Kepala
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments