Share

Gosip

Tanpa membuang waktu, Camelia segera berbalik badan dan meninggalkan tempat tersebut. Sesampainya di luar ruangan, air mata Camelia sudah tidak dapat ia bendung lagi. "Benar-benar menjijikkan." gerutu Camelia. 

Sambil tertunduk Camelia berlari meninggalkan ruang anggrek. Saat ini yang ia butuhkan adalah waktu untuk menenangkan diri. Kenapa setiap kali bertemu dengan Reynanda selalu membuat Camelia sakit hati? Lelaki itu tidak pernah berhenti untuk menghinanya.

Seharusnya Camelia-lah yang sakit hati atas perbuatan Reynanda di masa lalu, tapi kenapa justru Reynanda seolah-olah merasa bahwa dialah korban yang sesungguhnya disini.

Camelia yang menangis sambil tertunduk tidak menyadari bahwa ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya, sehingga ia menabrak orang itu. "Maaf, maafkan saya." ucap Camelia sambil membungkukkan badan untuk meminta maaf pada orang yang telah ditabraknya barusan.

"Amel?" ucap orang yang ada didepan Camelia. mendengar suara yang ia kenali maka Camelia mendongak melihat siapa orang yang di depannya saat ini.

"Ju-justin ..." ucap Camelia tergagap. Lalu ia dengan cepat mengusap sisa air matanya memakai punggung tangannya.

"Kamu menangis? Ada apa? Siapa yang sudah berani membuatmu menangis?" tanya Justin dengan  penuh rasa khawatir sambil memegang kedua lengan Camelia dan melihat wajah Camelia.

Camelia tidak menjawab, dia hanya tertunduk sambil membersihkan sisa air mata di kedua pipinya. "Aish ... Berani-beraninya ada orang yang mengganggumu di club-ku?" kesal Justin. Lalu dia melihat kearah belakang Camelia untuk memastikan apa yang sudah membuat Camelia bersedih.

"Aku tidak apa-apa." jawab Camelia yang masih terisak.

Justin menunduk melihat wajah Camelia, "Jangan bohong, Amel. Siapa yang sudah membuatmu bersedih? Biar aku kasih dia pelajaran. Berani-beraninya ada yang bertingkah disini." ucap Justin dengan muka merah menahan emosi.

Camelia menahan tangan Justin saat dia ingin mencari orang yang sudah membuatnya menjatuhkan air mata. "Sudahlah Justin. Aku tidak apa-apa. Bisakah kamu mengantarku pulang saja sekarang?" pinta Camelia.

"Ta-tapi ..."

"Please." ucap Camelia memohon agar Justin tidak memperpanjang masalah ini. Karena Camelia tidak mau jika masalahnya dengan Reynanda akan melibatkan Justin. Cukup dirinya saja yang jadi objek penghinaan Reynanda.

Justin menghela napas, "Baiklah-baiklah." ujar Justin mengalah dengan kemauan Camelia. Dia akan selalu kalah jika berhadapan dengan sorot mata permohonan dari Camelia. Sorot mata itu selalu saja mampu meluluhkan hati Justin.

'Aku tidak akan membiarkan masalah ini begitu saja, setelah ini aku akan melihat dari cctv, apa yang sebenarnya terjadi. Dan dari ruangan mana dia keluar sambil menangis tadi.' batin Justin yang masih tidak terima melihat air mata Camelia.

"Ayo." ajak Camelia saat melihat Justin masih berdiam di tempatnya sambil mencari-cari sesuatu.

"Iya." jawab Justin pasrah.

Justin kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Camelia dan membawanya keluar dari club malam miliknya. Dengan pandangan mata tertunduk, Camelia berjalan di samping Justin yang semakin posesif dengan tangannya berada di pinggang Camelia. Dapat terlihat jika Justin sangat khawatir dengan keadaan Camelia saat ini.

Suasana terasa hening saat mobil yang mereka tumpangi mulai berjalan meninggalkan area club menuju ke rumah Camelia. Sesekali Justin melihat kearah Camelia yang duduk di sampingnya. 'Sebenarnya ada masalah apa? Kenapa kamu sejak tadi hanya diam saja?' batin Justin bertanya-tanya. 

Wajah cemasnya sangat terlihat jelas. Seandainya dia tahu apa penyebabnya, mungkin saat ini Justin sudah memberikan pelajaran pada orang yang sudah membuat Camelia menangis.

"Makasih sudah mengantarku pulang." ucap Camelia setelah sampai didepan rumahnya.

"Mel." panggil Justin menghentikan Camelia yang akan membuka pintu mobil untuk keluar. 

Mendengar Justin memanggilnya, Camelia menghentikan pergerakan tangannya dan menoleh kearah Justin. "Iya, ada apa?" tanya Camelia.

"Aku tidak tahu apa yang sudah membuatmu sesedih ini, tapi percayalah aku selalu ada di samping kamu bagaimanapun keadaan kamu." ujar Justin.

"Iya, aku tahu itu. Dan makasih untuk semuanya." jawab Camelia sambil tersenyum agar Justin tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya.

"Kalau kamu sudah siap untuk cerita, aku harap kamu akan datang mencariku." ucap Justin.

"Iya." 

Setelah mengatakan hal itu Camelia keluar dari mobil Justin dan mulai berjalan menuju ke rumahnya. Sedangkan Justin mulai melajukan mobilnya saat melihat Camelia sudah memasuki rumahnya. 

************ 

Pagi hari seperti biasa Camelia bersiap untuk berangkat ke kantor, tempatnya bekerja. Walau sebenarnya Camelia sangat malas untuk bekerja hari ini, namun dia tidak punya pilihan lain.

Camelia menghela napasnya saat kini sudah berdiri didepan gedung megah nan tinggi didepannya. "Semoga hari ini tidak ada hal buruk yang aku lalui." doa Camelia saat mulai melangkahkan kakinya memasuki pintu utama gedung tersebut.

Entah ini hanya perasaan Camelia saja atau memang ada sesuatu yang beda di kantor pagi ini. Camelia merasa semua karyawan yang ia lewati, mereka menatap Camelia dengan tatapan penuh rasa jijik. Bahkan mereka tidak segan saling bisik-bisik sambil melirik Camelia tidak suka.

'Kenapa mereka melihatku seperti itu?' batin Camelia bingung dengan situasi saat ini. 'Apa ada sesuatu yang aku lewatkan?' 

"Amel, masuk ke ruanganku sekarang." perintah manager saat melihat Camelia sudah datang dan akan duduk di tempat kerjanya.

"Baik pak." jawab Camelia. Lalu dia meletakkan tasnya di atas meja kerjanya. Kemudian dia berjalan menuju ke ruangan manager.

Melihat manager memanggil Camelia, beberapa karyawan yang lain pun saling bisik. "Aku yakin pak Ilham akan memecatnya. Mana mungkin pak Ilham mengambil resiko jika masih memperkerjakan dia." bisik salah satu diantara mereka. 

"Ssssttt .... Jangan keras-keras, nanti dia dengar." ujar yang lainnya. 

Saat Camelia melihat kearah mereka, terlihat mereka sok sibuk dengan pekerjaannya. "Ada apa sih sebenarnya?" gumam Camelia semakin tidak mengerti.

Setelah sampai di ruangan manager (Pak Ilham), Camelia duduk di kursi yang berseberangan dengan pak Ilham. "Sebenarnya ada masalah apa pak?" tanya Camelia memberanikan diri.

Pak Ilham menghela napas, "Begini, Mel. Kamu pasti sudah mendengar gosip-gosip yang beredar. Dan aku tidak ingin mengambil resiko jika nanti nama perusahaan akan jadi jelek di mata klien karena mereka mendengar gosip tersebut. Jadi dengan terpaksa aku akan memberikan surat pemberhentian kerja untuk kamu." ujar pak Ilham memulai pembicaraannya.

"Pemberhentian kerja? Gosip? Gosip apa pak?" Camelia semakin bingung dan juga penasaran. 

"Ee ... Itu ... Gosip kalau kamu menerima pekerjaan sampingan sebagai pekerja seks komersial. Dan juga memiliki anak di luar nikah akibat pekerjaan sampingan kamu itu." ujar pak Ilham dengan berat hati mengatakannya. 

Bagai disambar petir di siang hari, "Hah ... A-apa pak? Pekerja seks komersial?" tanya Camelia yang tak tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. 

"Iya Mel. Sebenarnya aku juga tidak percaya dengan gosip itu. Tapi bagaimana dengan video yang sudah beredar di W* group para karyawan perusahaan?" ujar pak Ilham.

"Video? Video apa pak? Bolehkah saya melihatnya?" tanya Camelia.

Dengan sigap pak Ilham mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Kemudian dia mulai mengotak-atik layar ponselnya, "Ini, Mel. Lihatlah." ucap pak Ilham menyodorkan ponselnya kearah Camelia.

Dengan detak jantung yang tidak karu-karuan, antara penasaran ingin melihat video seperti apa yang membuatnya dipecat, dan takut akan isi video tersebut. 

Camelia pun memberanikan diri meraih ponsel milik managernya tersebut. Setelah melihat isinya, jantung Camelia semakin kuat berdetak dari sebelumnya. 'Inikan kejadian tadi malam. Kenapa sampai di kantor videonya?' batin Camelia.

'Oh, sekarang aku mengerti. Pasti dia pelakunya. Karena cuma dia yang punya dendam pribadi denganku." Camelia curiga jika itu ulah Reynanda.

Camelia menghela napasnya sebelum dia mengembalikan ponsel milik pak Ilham sambil tersenyum. "Ini pak ... Terimakasih sudah memberitahu saya soal masalah ini. Kalau begitu saya permisi." ucap Camelia, lalu dia meraih selembar surat PHK yang tadi di berikan pak Ilham kepadanya dan berbalik badan keluar dari ruangan sang manager.

Melihat respon Camelia yang tidak sedih atau pun memberikan penjelasan terkait video yang beredar, membuat pak Ilham bingung sendiri. "Apa gosip itu benar adanya?" gumam pak Ilham bertanya-tanya. "Dia tidak mengatakan apapun." 

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status