Reynanda yang merasa kecewa bercampur dengan amarah, kini lebih memilih untuk tetap berada didalam ruangan kantornya. Dia tidak ingin kalau keluar dari ruangan maka akan bertemu dengan Camelia. "Kenapa dia selalu muncul di kepalaku? Benar-benar wanita brengsek." kesal Reynanda yang memang tidak bisa fokus dengan pekerjaannya pagi ini.
Padahal pekerjaannya begitu banyak dan menumpuk di atas meja. Berkas-berkas yang membutuhkan tandatangannya juga sudah siap disana. Namun karena satu nama yang mengganjal di pikirannya, membuat semua jadi kacau.
Reynanda menghela napasnya, kemudian dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kebesarannya. "Sudah 3 tahun lamanya. Tapi kenapa dia tidak berubah? Apa uang begitu penting? Sehingga dia lebih memilih bekerja sebagai jalang dari pada menjadi kekasihku." gumam Reynanda frustasi dengan pikirannya sendiri tentang Camelia.
Apalagi pertemuannya kemarin malam dengan Camelia, di sebuah klub malam langganannya. Membuat hati Reyn
Hari ini Camelia mengajak Sansan keluar rumah dengan ditemani Justin. Sengaja Camelia mengajak Sansan jalan-jalan agar anak itu tidak bosan di rumah.Apalagi setelah Camelia dipecat dari pekerjaannya di perusahaan Wijaya company, dia belum mendapatkan pekerjaan baru. Sehingga banyak waktu luang untuk dia habiskan bersama Sansan.Hanya saja kalau malam hari Camelia masih tetap bekerja di club malam milik Justin, walau lelaki itu sudah berulang kali melarangnya dan meminta Camelia untuk berhenti. Namun demi menutupi kebutuhan sehari-hari, Camelia menolak keras larangan Justin dan memohon agar lelaki itu mengijinkannya bekerja disana.Mereka bertiga terlihat seperti sebuah keluarga yang sangat harmonis, ditambah Sansan yang juga sangat dekat dengan Justin. Mungkin sekilas orang yang melihat akan mengira bahwa Justin adalah sosok kepala keluarga yang penyayang.Sansan terlihat bahagia, dia selalu menanyakan apapun yang dilihatnya. Sungguh benar-benar anak yan
Braakk!! Reynanda menggebrak meja kerjanya dengan begitu kuat, sehingga Dimas (asisten pribadinya) terlonjak karena terkejut bukan main. Ada apa dengan bosnya pagi ini? Kenapa suasana hatinya terlihat begitu buruk? "Brengsek! Bajingan! Aku pastikan kamu tidak akan bisa berebut apapun denganku kali ini. Dia milikku, sampai kapanpun dia akan tetap menjadi milikku." Reynanda terlihat begitu marah. Dengan sorot mata seakan berubah menjadi belati tajam yang siap melukai siapapun yang ada didepannya. Beberapa kali ia terlihat mengusap kasar wajahnya, pertanda jika Reynanda sedang frustasi akan sesuatu. Dan Dimas sudah bisa menduga jika ini ada kaitannya dengan pencariannya selama tiga hari terakhir. Yaitu perihal tentang Camelia, seorang pegawai baru yang belum lama ini dipecat dari perusahaan karena sebuah rumor yang kurang sedap. Sebagai asisten dan juga tangan kanan Reynanda, tentu saja dia bisa dengan mudah mengetahui rumor-rumor yang beredar dilingkung
"Ya Tuhan ... Kenapa aku begitu bodoh. Tidak seharusnya aku mempercayai Nadin." rasa penyesalan terlihat jelas diraut wajah Reynanda kali ini.Ya memang benar jika Nadin-lah yang memberikan semua informasi tentang Camelia kepada Reynanda, selama mereka berdua berhubungan jarak jauh. Dikarenakan waktu itu Reynanda harus meneruskan kuliah di luar negeri. Sedangkan Camelia tetap tinggal di Indonesia.Sebagai sahabat paling dekat dengan Camelia, maka Reynanda tidak menaruh rasa curiga sedikitpun pada Nadin. Bahkan pernah suatu ketika Reynanda membuktikan dengan datang ke Indonesia.Dan ternyata apa yang dikatakan Nadin benar adanya jika waktu itu Camelia benar-benar sedang mengasuh balita mungil yang amat lucu serta menggemaskan. Sehingga semakin menguatkan dugaan jika Camelia memang selingkuh selama Reynanda kuliah di luar negeri."Aarrrggghh ..." Reynanda meluapkan rasa kesalnya pada dirinya sendiri."Aku tidak dapat membayangkan, bagaimana kam
Tatapan mata elang Reynanda seakan mampu menembus dinding rumah sederhana yang terletak di seberang jalan tempatnya memarkirkan mobil.Pandangan mata Reynanda tidak beralih dari rumah sederhana itu. Pemandangan sosok dua sejoli yang tadi di lihatnya berjalan memasuki rumah itu, mampu mengacaukan pikiran Reynanda.Apa yang sedang dilakukan keduanya didalam sana? Kenapa setengah jam sudah berlalu namun orang yang ada didalam belum juga keluar.Tatapan mata tajam Reynanda seperti sebilah pedang, genggaman tangannya begitu erat di atas kemudi mobil, sampai terlihat buku-buku jarinya yang memutih. Hal itu sudah dapat menggambarkan bagaimana perasaan Reynanda saat ini. Yang jelas dia marah dan cemburu disaat yang bersamaan. Rahangnya yang mengeras, menambah suasana seketika menjadi semakin seram."BRENGSEK!!" umpatnya dengan memukul kemudi mobil untuk meluapkan emosi. Entah kenapa pikiran liar Reynanda membayangkan jika kedua orang yang berada didalam melakukan
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Camelia yang membuat Reynanda terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya. "Ternyata kamu masih menyimpannya." ucap Reynanda sambil menunjukkan foto yang tadi dilihatnya sambil tersenyum. Dada Camelia berdebar kencang saat Reynanda menunjukkan foto itu padanya. "Bukan urusanmu." dengan cepat Camelia merebut foto tersebut dari tangan Reynanda, dan meletakkannya kembali di tempat semula. Bisa-bisanya laki-laki itu menemukan foto lama mereka saat terakhir kali bertemu di bandara, saat dirinya mengantarkan Reynanda untuk berangkat kuliah ke luar negeri. Walau sebenarnya Camelia masih menyimpan perasaan pada Reynanda didalam hati kecilnya, namun dia tidak ingin kembali terhanyut pada pesona Reynanda yang memang kali ini terlihat semakin tampan dari hari ke hari. Camelia mencengkram pergelangan tangan Reynanda dan menariknya supaya keluar dari kamar. Camelia tidak ingin mengganggu tidur Sansan
Hari ini sangat bersejarah dalam sepanjang hidup Camelia, karena hari ini adalah hari pernikahannya. Hari dimana untuk terakhir kalinya dia akan menyandang status sebagai seorang gadis dan berganti menjadi nyonya Justin. Acaranya akan berlangsung disebuah hotel berbintang di daerah ibukota, sehingga Camelia harus rela datang ke lokasi terlebih dulu sebelum acara dimulai. Didalam sebuah kamar hotel yang di siapkan oleh Justin khusus untuk Camelia, sudah menunggu MUA yang bertugas meriasnya agar terlihat cantik sebagai ratu sehari. Make up artis pilihan Justin adalah MUA yang sudah biasa menangani pernikahan para artis ternama. Justin juga memesan beberapa kamar lain untuk teman dekatnya dan juga teman Camelia serta tidak lupa untuk Bi Imah yang menjaga Sansan selama ini. "Kenapa jam segini Sansan belum pulang dari tempat les." gumam Camelia sambil melihat jam yang ada di ponselnya. Penata rias yang bertugas meriasnya baru saja keluar dari kamar u
"Loh, kok sepi? Pengantin wanitanya kemana?" Rosi yang baru saja memasuki kamar, ia merasa bingung mengetahui sang pengantin wanita tidak ada di kamar hotel tempat dia tadi meriasnya.Dia segera memeriksa kearah toilet yang memang berada didalam kamar, siapa tahu saja pengantin wanita sedang berada didalam sana. "Kosong?" gumamnya setelah memastikan jika pengantin wanita tidak ada didalam toilet.Rossi bermaksud untuk menghubungi Camelia, tapi sebuah pemandangan janggal didepannya membuat Rossi menghentikan niatnya."Ini? Kenapa ada baju-baju ini disini?" Dia semakin bingung dengan adanya baju pengantin yang berada di kamar tersebut, padahal baju pengantin yang seharusnya dikenakan oleh mempelai wanita baru saja ia bawa masuk ke kamar tersebut. Lantas baju pengantin itu punya siapa?"Apa Justin yang melakukannya? Kenapa tidak konfirmasi dulu sebelumnya?" gerutu Rosi. Lalu kemudian dia mengambil ponselnya untuk mengkonfirmasi masalah tersebut pada Justin.Setelah mendapat telepon dari
"Ya, aku sangat mencitaimu. Lia." balas Reynanda atas umpatan Camelia terhadapnya. Ekspresi Reynanda seperti tidak terjadi apa-apa, padahal dulu Camelia tidak pernah mengumpat atau pun berkata kasar padanya.Berada dalam pelukan lelaki yang pernah ia cintai sekaligus ia benci disaat bersamaan, membuat jantung Camelia berdebar lebih cepat dari biasanya. Sesaat ia lupa jika lelaki itulah yang sudah menculiknya dan juga merusak hari bahagianya.Walau Camelia bermulut tajam pada Reynanda, namun tubuhnya memiliki reaksi berbeda. Karena tubuh Camelia lebih bisa menyambut dan menerima pelukan hangat penuh kerinduan dari lelaki itu. Tidak bisa ia pungkiri, bahwa sesungguhnya Camelia juga merindukan Reynanda. Walau bagaimanapun, sosok laki-laki itu adalah cinta pertamanya yang hingga saat ini belum juga bisa sepenuhnya Camelia lupakan. Perlahan Reynanda mulai mengurai pelukannya saat dirasa Camelia mulai tenang, Kini Reynanda semakin berani dengan aksinya, bukan hanya pelukan saja yang ia lak