Share

Hinaan

Sedangkan didalam ruangan anggrek terlihat Reynanda menggeram kesal menahan emosi. "Dasar wanita murahan, masih berlagak di depanku." kesalnya.

Reynanda yang kesal karena Camelia menolak untuk menemaninya, dengan sedikit kesal dia meraih gelas berisi minuman beralkohol dari tangan salah satu temannya yang duduk tepat disampingnya. Lalu kemudian dia menenggak minuman tersebut hingga tandas.

Merasa gelas minumannya direbut Reynanda, sahabatnya itu bingung. Ada masalah apa? Sampai-sampai Reynanda merasa begitu kesal. Bahkan dua sahabat Reynanda yang lain pun, saling pandang melihat apa yang terjadi didepan mereka.

"Dia kenapa?" bisik Rengga pada Ganda. 

"Aku sendiri juga nggak tahu. Tanya ke dia?" jawab Ganda sambil menunjuk temannya yang duduk disamping Reynanda melalui dagunya. Sedangkan dia lebih memilih melanjutkan menuangkan minuman kedalam gelasnya sendiri lalu meminumnya sedikit.

Dengan sebuah isyarat Rengga bertanya pada John (pemuda yang duduk di samping Reynanda). Namun bukannya jawaban yang ia dapat, justru hanya kedikan bahu pertanda sama-sama tidak tahu dengan apa yang membuat Reynanda kesal.

Kemudian John mengambil gelas kosong di atas meja untuk dipakainya menikmati minuman beralkohol yang sudah tersaji di depannya. Tujuan mereka datang ke club adalah untuk melepas lelah setelah melakukan rutinitas di kantor yang menguras isi kepala mereka.

Sedangkan Reynanda sendiri, dia terus menuangkan minuman kedalam gelas lalu menenggaknya sampai habis hingga berulang kali. Dalam hitungan menit saja sebotol minuman beralkohol didepannya sudah kosong dan beralih ke botol lainnya.

Sebuah tatapan mata kerinduan, kebencian, amarah, serta kekecewaan tergambar begitu jelas dari wajah Reynanda. Apalagi sewaktu tadi dia baru saja tiba dan memasuki club, dengan jelas Reynanda melihat Camelia sedang memeluk lelaki lain di depan meja bar. Lantas apa salahnya jika Reynanda meminta Camelia menemaninya minum? Bukankah itu hal yang wajar dilakukan seorang jalang. Pikir Reynanda.

'Berani-beraninya dia menolakku. Padahal tadi aku melihatnya sangat bahagia saat berpelukan dengan laki-laki itu dilantai bawah.' batin Reynanda. Dia kembali menuangkan minuman beralkohol kedalam gelas yang masih berada ditangannya lalu menenggaknya kembali.

'Memangnya berapa yang lelaki itu keluarkan untuk seorang jalang sepertimu, Lia? Sehingga dengan beraninya kamu menolak ajakanku.' batin Reynanda yang masih kesal dan tak terima atas penolakan dari Camelia.

Sahabatnya yang berada di samping Reynanda merasa ada yang aneh dengan sikap Reynanda kali ini. Tidak seperti biasanya Reynanda marah hanya karena seorang pengantar minuman. "Kamu kenapa Rey?" Tanyanya penasaran. "Sepertinya ada yang menggangu pikiranmu. Apa ini ada hubungannya dengan gadis pengantar minuman tadi?" tanyanya lagi.

Reynanda menoleh dan menatap teman sekaligus sahabat baiknya itu. "Namanya Camellia, dia mantanku." jawab Reynanda singkat dan lagi-lagi melanjutkan aktifitas minumnya.

Pemuda itu merasa heran sekaligus terkejut. "Mantan?" ulang pemuda tersebut yang tidak lain adalah John. Karena selama mereka bersahabat, dia tidak pernah melihat Reynanda jalan dengan seorang wanita. Lalu bagaimana bisa Reynanda menyebut gadis pengantar minuman itu sebagai mantan?

"Hm. Jalang tadi adalah mantan sekaligus cinta pertamaku. Tapi dia berani mengkhianatiku selagi aku kuliah di luar negeri, dan bertemu dengan kalian." jawab Reynanda terdengar kecewa dari nada bicaranya. Kemudian dia kembali menenggak minuman kerasnya.

Mendengar itu ketiga sahabatnya saling pandang satu sama lain. Mereka sungguh tidak menyangka jika Reynanda punya pengalaman buruk soal cinta. "Ini sungguh terdengar gila, bagaimana bisa seorang milyarder muda sepertimu dicampakkan oleh wanita seperti dia?" ujar Rengga. "Apa wanita itu sudah tidak waras?

"Ternyata ketampanan dan kekayaanmu tidak selamanya menjadi sebuah keberuntungan." ujar Ganda.

"Dari segi penampilan kamu sudah oke. Dari segi keuangan sudah pasti tidak diragukan lagi. Tapi kenapa gadis itu bisa menyelingkuhimu? Apa yang sedang dicarinya lagi, saat kesempurnaan sudah ada digenggaman. Apa dia wanita bodoh?" ujar John tidak habis pikir. "Tapi itulah wanita dengan sejuta kemisteriusannya." 

Karena yang John ketahui banyak sekali wanita yang menginginkan Reynanda sebagai kekasih. Kalaupun tidak bisa, mereka sampai rela hanya untuk dijadikan wanita penghangat ranjang saja untuk Reynanda. Lantas ada apa dengan gadis itu? Kenapa dia justru lebih memilih bekerja sebagai jalang, sedang kan Reynanda bisa memenuhi semua yang dia inginkan. Begitulah yang ada di kepala John saat ini.

"Sudahlah jangan terlalu kamu pikirkan pertemuan kamu dengan gadis tadi, itu hanya akan membuat mood kamu semakin buruk." ujar Rengga menasehati. "Dia hanya bagian dari masa lalu, lupakan dan jangan diingat-ingat kembali."

"Benar tuh. Niat kita kesini untuk melepaskan beban kerja, bukan untuk bernostalgia." timpal Ganda.

Reynanda tidak terlalu menanggapi ucapan para sahabatnya. Pikirannya masih tertuju pada Camelia. Jika bisa ia berkata jujur, sebenarnya dia masih sangat mencintai Camelia. Tapi rasa kecewa yang hadir membuat Reynanda bersikap seperti itu. Camelia adalah satu-satunya wanita yang bisa menduduki tahta tertinggi di hati Reynanda.

Tanpa terasa sudah 4 jam berlalu sejak Reynanda memasuki club, kini terlihat Reynanda dan para sahabatnya sudah mabuk akibat beberapa botol minuman beralkohol yang mereka konsumsi. Walau begitu Reynanda masih ingin memesan lagi minuman yang memabukkan itu.

Setelah menghubungi staf dan memesan minuman lagi, kini Reynanda menunggu pesanannya datang sambil terus menerus menoleh kearah pintu. Seakan Reynanda sudah tidak sabar. Dan yang pasti lebih dari itu yang sangat Reynanda nantikan.

Suara ketukan pintu membuat Reynanda segera berdiri untuk membukanya. "Masuk!" ujar Reynanda menyuruh wanita itu segera masuk.

Dengan hati-hati Camelia memasuki ruangan itu, aroma khas minuman beralkohol begitu menyengat menusuk hidung. 'Sudah berapa banyak mereka minum? Sampai-sampai aromanya nyengat gini.' gerutu Camelia yang memasuki ruangan tersebut dan berjalan menuju kearah meja untuk meletakkan pesanan pelanggan.

Reynanda yang berdiri di belakang Camelia, kini berjalan mengikuti langkah kaki Camelia untuk masuk kedalam. Matanya seakan tak berkedip melihat punggung Camelia. Dengan langkah sempoyongan Reynanda mendekati Camelia.

"Aarrrggghh ..." teriak Camelia terkejut saat merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Dengan sekuat tenaga Camelia ingin melepaskan diri dari orang tersebut yang tak lain adalah Reynanda.

"Lepasin tangan kamu, BAJINGAN!" Camelia memaki dengan suara lantangnya.

"Kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos dengan mudah, Lia. Berapapun uang yang kamu inginkan, aku sanggup untuk membayarnya." desis Reynanda yang kemudian mengecup tengkuk Camelia. 

Gelenyar rasa aneh tiba-tiba menghinggapi Camelia, sudah begitu lama rasa seperti ini tidak ia rasakan. Semenjak berakhirnya hubungannya dengan Reynanda 3 tahun lalu.

Reynanda yang memang sudah menantikan hal ini, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Reynanda semakin berani dan beralih mencium leher jenjang Camelia tanpa rasa bersalah. Para sahabatnya yang melihat hal itu sangat terkejut dengan tindakan Reynanda. 

"Apa ini mimpi?" ujar Ganda.

"Wow, dia benar-benar brengsek. Bagaimana bisa dia melakukan hal seperti itu didepan kita yang masih jomblo?" ujar John.

"Ini perlu diabadikan." ucap Rengga yang kemudian merekamnya melalui ponsel miliknya.

Camelia yang tersadar akan satu hal, ia kemudian menyikut perut Reynanda sekuat tenaga agar ia bisa terlepas dari pelukan lelaki itu.

"Dasar bajingan!" teriak Camelia sambil mengayunkan tangannya siap untuk menampar wajah tampan Reynanda.

Dengan sigap Reynanda mencengkram tangan Camelia yang hampir saja mengenai wajahnya. "Kenapa? Bukankah kamu menikmatinya. Kenapa sok jual mahal." ucap Reynanda dengan senyum miring meremehkan.

Reynanda semakin mengeratkan cengkramannya, lalu menarik Camelia mendekat kearah teman-temannya. "Hey kalian. Lihatkan bagaimana si jalang ini berpura-pura menolak tawaranku. Padahal aku tahu dia sangat menginginkannya." ucap Reynanda sambil melihat kearah teman-temannya.

"Dulu dia bisa tidur dengan laki-laki lain sampai mempunyai seorang anak. Sekarang akan aku buktikan pada kalian jika aku juga bisa melakukannya." lanjut Reynanda.

Mendengar ucapan Reynanda, semua temannya saling pandang karena terkejut. Bahkan Rengga yang awalnya serius merekam kejadian yang menurutnya lucu. Kini menghentikan aktivitasnya.

Mendapat perlakuan seperti itu, tentu saja Camelia sangat ketakutan. Wajahnya pucat dengan detak jantung tidak karu-karuan. Seandainya dia bisa kabur saat itu, maka Camelia akan melakukannya. Namun sayang, cengkraman tangan Reynanda yang begitu kuat sangat sulit untuk ia lepaskan.

"Jangan macam-macam kamu." ucap Camelia yang bergetar karena takut. Mengingat jika saat ini Reynanda sudah di kuasai minuman keras.

Perasaan takut, sedih, dan juga marah bercampur jadi satu di benak Camelia. Semenjak pertemuannya dengan Reynanda beberapa hari lalu, hidup Camelia seakan tidak baik-baik saja.

Reynanda seakan tidak takut akan gertakan Camelia, dia justru semakin mengikis jarak antara dirinya dan Camelia.

"Kenapa? Apa kamu takut?" ujar Reynanda dengan nada meremehkan. "Tenang saja, aku akan bersikap lembut saat melakukannya." tangan Reynanda terulur untuk membelai pipi Camelia yang sudah basah dengan air mata.

Melihat Camelia yang ketakutan, John segera berdiri dari tempat duduknya. "Sudahlah Rey. Kita kesini bukan untuk melakukan hal-hal gila semacam ini kan?" ujar John sambil menarik bahu Reynanda supaya menjauh dari Camelia.

Rengga dan juga Ganda juga berdiri dari tempat duduknya. Memegang tubuh Reynanda supaya tidak kelewat batas. Rengga dan Ganda dapat melihat bagaimana Camelia merasa sangat ketakutan saat ini. "Aku mohon lepaskan." ucap Camelia pelan sambil terisak.

"Rey." ucap Rengga yang melihat Reynanda sepertinya tidak mau melepaskan tangannya. Bahkan tatapan mata Reynanda tidak beralih dari Camelia. 

"Aaarggghhhh ...." teriak Reynanda yang menghempas tangan Camelia dan juga tangan semua temannya yang berusaha menghentikan aksinya. "Kenapa kalian membela wanita jalang ini?" teriak Reynanda.

John yang melihat Reynanda sudah melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Camelia, segera memberi isyarat pada wanita itu untuk segera pergi. 

Tanpa membuang waktu, Camelia segera berbalik badan dan meninggalkan tempat tersebut. Sesampainya di luar ruangan, air mata Camelia sudah tidak dapat ia bendung lagi. "Benar-benar menjijikkan." gerutu Camelia. 

Bersambung ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status