Berbagai perasaan campur aduk tidak karuan saat kalimat ijab qobul terdengar nyaring ditelinga Camelia. Haruskah dia bahagia dengan semua ini? Sedangkan pernikahan yang harusnya terjadi tidak sesuai dengan harapannya."Bagaimana caraku agar bisa menghubungi Justin?" Ayla bergumam putus asa. Dari tadi Camelia mencari keberadaan ponselnya, namun hingga kini barang tersebut tidak bisa ia temukan. Dimana Reynanda menyembunyikan ponsel miliknya?Terdengar helaan napas dari bibir Camelia, perasaan bersalah pada Justin membuatnya merasa gelisah. Tidak seharusnya dia menyakiti orang sebaik Justin yang rela melakukan apa saja untuk membantu Camelia dan Sansan.Tak lama terdengar suara seseorang memanggilnya, dan membawa Camelia keluar kamar untuk bertemu mempelai laki-laki. Dan memang sudah menjadi tradisi jika mempelai wanita dan laki-laki akan bertemu setelah janji suci selesai diucapkan didepan penghulu.Camelia hanya tertunduk sepanjang jalan menuju ke ruang utama rumah mewah milik Reynand
Camelia berjalan memasuki sebuah kamar yang begitu besar, bisa dipastikan jika itu adalah kamar Reynanda. Ia ditemani seorang pelayan yang setia membantunya untuk lebih mudah melihat isi kamar tersebut, bahkan pelayan itu juga menunjukkan ruang ganti baju yang ternyata sudah tersusun baju-baju wanita didalamnya."Benar-benar laki-laki brengsek, bisa-bisanya membawaku kemari sedangkan dia sudah tinggal bareng wanita lain." gerutu Camelia saat melihat gaun wanita berjejer rapi di lemari pakaian."Maaf nyonya, baju ini memang disiapkan khusus untuk anda. Ini semua masih baru, dan didatangkan langsung dari designer-nya." jelas pelayan itu, sepertinya ia berusaha menjelaskan bahwa bosnya tidak pernah tinggal dengan wanita lain selain dirinya.Camelia tertegun mendengar penjelasan dari pelayan itu. "Untukku? Apa kamu yakin?" tanya Camelia, walau dalam hatinya berbunga-bunga."Iya nyonya, kalau nyonya tidak percaya. Silahkan di cek." ucap pelayan."Baiklah, baiklah." ucap Camelia. Ia merasa
Perjuangan seorang gadis di tengah teriknya matahari siang ini perlu di acungi jempol. Dia berjalan dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain demi mendapatkan sebuah pekerjaan untuk bertahan hidup di kota besar seperti yang dia tinggali saat ini.Terlihat bagaimana dia tidak pantang menyerah walau beberapa kali mengalami kegagalan karena tidak adanya lowongan pekerjaan.Gadis itu menghela napasnya, ia berjalan menuju ke sebuah kios kecil di pinggir jalan untuk membeli sebotol air mineral sekedar membasahi tenggorokannya yang kering."Cuaca hari ini panas sekali." gumamnya setelah meneguk air mineral hingga setengah botol. Dengan punggung tangannya dia mengusap peluh yang mulai mengalir di pelipisnya.Terik panas hari ini memang sungguh sangat luar biasa, gadis itu mulai mengipaskan amplop coklat yang ada di tangannya untuk sedikit mengurangi rasa gerah. Tak lama terdengar ponselnya berbunyi, dengan segera dia mengambil ponsel dari saku celananya.
"Apa kabar, Lia?" tanya lelaki muda dengan santai melihat Camelia yang terkejut melihatnya. "Tidak di sangka kita bertemu lagi." lanjutnya sambil tersenyum.Camelia yang masih terkejut hanya terpaku diam dengan matanya menatap tajam lelaki muda yang kini sedang berjalan kearahnya. Pandangan mata penuh kebencian dari Camelia tidak membuat lelaki itu terusik. Namun justru seolah tertantang untuk semakin mendekat kearah Camelia."Ternyata setelah 3 tahun tidak bertemu, kamu terlihat semakin cantik dan seksi." ucap lelaki muda itu dengan membelai pipi Camelia sambil tersenyum.Dengan kasar Camelia menepis tangan lelaki tersebut. "Makasih atas pujiannya, pak Reynanda Wijaya yang terhormat." jawab Camelia dengan ketus sambil kakinya selangkah mundur dari hadapan lelaki muda yang tidak lain adalah CEO perusahaan. "Kedatangan saya kemari hanya ingin mengantarkan berkas dari pak Ilham. Dan saya rasa tidak ada lagi yang perlu saya kerjakan disini. Saya permisi, Pak." 
Suara dentuman musik di sebuah pub/club malam terdengar memenuhi ruangan. Bahkan di lantai dansa terlihat begitu banyak laki-laki dan perempuan yang asyik berdansa mengikuti irama musik keras khas club' malam tersebut.Bukan hanya irama musik keras yang memenuhi ruangan tersebut, aroma alkohol juga begitu menyengat saat pertama kali kita memasukinya. Namun keadaan akan berbeda saat kita menaiki lantai dua, tiga, dan empat club'malam tersebut.Lantai dua di khususkan bagi orang yang ingin merayakan party, seperti birthday party atau pun pesta lajang yang akhir-akhir ini marak terjadi sebelum hari pernikahan tiba. Dan juga, di lantai dua ini ada ruang pribadi bagi mereka yang tidak ingin di ganggu oleh tamu yang lain.Sedangkan di lantai tiga bisa dibilang dikhususkan bagi para tamu VIP, atau tamu istimewa. Tidak sembarangan orang bisa menaiki lantai tiga tersebut. Karena dilantai tiga ini dipakai para pebisnis untuk melakukan transaksi bisnis. Atau ada juga
Sedangkan didalam ruangan anggrek terlihat Reynanda menggeram kesal menahan emosi. "Dasar wanita murahan, masih berlagak di depanku." kesalnya.Reynanda yang kesal karena Camelia menolak untuk menemaninya, dengan sedikit kesal dia meraih gelas berisi minuman beralkohol dari tangan salah satu temannya yang duduk tepat disampingnya. Lalu kemudian dia menenggak minuman tersebut hingga tandas.Merasa gelas minumannya direbut Reynanda, sahabatnya itu bingung. Ada masalah apa? Sampai-sampai Reynanda merasa begitu kesal. Bahkan dua sahabat Reynanda yang lain pun, saling pandang melihat apa yang terjadi didepan mereka."Dia kenapa?" bisik Rengga pada Ganda."Aku sendiri juga nggak tahu. Tanya ke dia?" jawab Ganda sambil menunjuk temannya yang duduk disamping Reynanda melalui dagunya. Sedangkan dia lebih memilih melanjutkan menuangkan minuman kedalam gelasnya sendiri lalu meminumnya sedikit.Dengan sebuah isyarat Rengga bertanya pada John (pemuda yang
Tanpa membuang waktu, Camelia segera berbalik badan dan meninggalkan tempat tersebut. Sesampainya di luar ruangan, air mata Camelia sudah tidak dapat ia bendung lagi. "Benar-benar menjijikkan." gerutu Camelia.Sambil tertunduk Camelia berlari meninggalkan ruang anggrek. Saat ini yang ia butuhkan adalah waktu untuk menenangkan diri. Kenapa setiap kali bertemu dengan Reynanda selalu membuat Camelia sakit hati? Lelaki itu tidak pernah berhenti untuk menghinanya.Seharusnya Camelia-lah yang sakit hati atas perbuatan Reynanda di masa lalu, tapi kenapa justru Reynanda seolah-olah merasa bahwa dialah korban yang sesungguhnya disini.Camelia yang menangis sambil tertunduk tidak menyadari bahwa ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya, sehingga ia menabrak orang itu. "Maaf, maafkan saya." ucap Camelia sambil membungkukkan badan untuk meminta maaf pada orang yang telah ditabraknya barusan."Amel?" ucap orang yang ada didepan Camelia. mendengar suara
Reynanda yang merasa kecewa bercampur dengan amarah, kini lebih memilih untuk tetap berada didalam ruangan kantornya. Dia tidak ingin kalau keluar dari ruangan maka akan bertemu dengan Camelia. "Kenapa dia selalu muncul di kepalaku? Benar-benar wanita brengsek." kesal Reynanda yang memang tidak bisa fokus dengan pekerjaannya pagi ini.Padahal pekerjaannya begitu banyak dan menumpuk di atas meja. Berkas-berkas yang membutuhkan tandatangannya juga sudah siap disana. Namun karena satu nama yang mengganjal di pikirannya, membuat semua jadi kacau.Reynanda menghela napasnya, kemudian dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kebesarannya. "Sudah 3 tahun lamanya. Tapi kenapa dia tidak berubah? Apa uang begitu penting? Sehingga dia lebih memilih bekerja sebagai jalang dari pada menjadi kekasihku." gumam Reynanda frustasi dengan pikirannya sendiri tentang Camelia.Apalagi pertemuannya kemarin malam dengan Camelia, di sebuah klub malam langganannya. Membuat hati Reyn