Home / Pendekar / Petarung Terakhir Dewa Iblis / Bab 3 Cerita Masa Lalu

Share

Bab 3 Cerita Masa Lalu

Author: Foxtrot T
last update Last Updated: 2024-04-30 10:26:47

Mereka berdua pun menaiki tangga ke atas, hanya dapat menatap langit karena tangga yang begitu banyak dan tinggi saat di pertengahan jalan Eve menghentikan langkahnya.

“Idris, bentar, kita istirahat sebentar….” Ucapnya menarik baju Idris

Dia adalah nona dari keluarga terhormat jarang terjadi seperti ini untuk dirinya apa lagi menaiki tangga yang jumlahnya hampir tidak berujung.

“sudah kubilang kamu pulang saja” ucap Idris dengan heran mengapa dia ikut

“tidak bisakah kamu bersabar sebentar, ini terlalu banyak, lagi pula aku penasaran untuk apa orang sepertimu datang kesini sendirian, sangat mencurigakan”

“bukankah kalau mencurigakan harusnya kamu tinggalkan?”

“tidak padamu, aku penasaran padamu karena tidak banyak data yang di temukan atas namamu” ucapnya sambil tertaih-tatih

“kamu mencari soal aku? Tanpa persetujuanku? Waw”

“apa salahnya hanya untuk berjaga-jaga siapa kamu karena kamu datang tiba-tiba tanpa isyarat”

“waw kamu memang benar nona besar” ucapnya sambil memutar bola matanya karena tidak percaya apa yang di lakukan Eve

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan dan tidak lama terpasang dengan jelas kalau ini adalah gerbang besar bertuliskan Tuchen Fox, ini adalah kediaman tuan Tuchen Fox, dimana berarti ini adalah rumah keluarga Idris namun tidak ada kehidupan disitu.

Rumahnya sudah di tumbuhi oleh tumbuhan yang tinggi dan kondisi rumah yang tidak terurus.

“Idris, inikah rumahmu?” ucapnya bertanya

“Dahulu iya” ucapnya sambil matanya sedih

“apa yang terjadi?” ucapnya makin penasaran

“panjang ceritanya jika harus di ceritakan” ucap Idris melanjutkan perjalanan menuju ke dalam.

“kita hanya berdua disini dan mempunyai waktu banyak, tidak bisakah kamu bercerita?”

“tidak sekarang, aku kamu kedalam dulu, kalau kamu tidak mau ikut kamu bisa tunggu disini” ucapnya melangkah kedepan menuju pintu utama

Eve melihat sekeliling dan merasakan perasaan tidak enak karena kondisi rumah tersebut sudah tidak semestinya.

“emmmmm tunggu aku Idris, aku akan ikut” ucapnya sambil berlari kecil menuju Idris

Idris membuka pintu utama dan hanya suara decitan disana, di lantai banyak noda seperti percikan daran dimana-mana baik lantai maupun dinding.

Di seluruh dinding tergantung tulisan Fox, mereka berkeliling ke seluruh rumah menggunakan senter yang di bawa oleh Idris untuk membantu penerangan walau siang itu seluruh cahaya masuk ke dalam.

Setelah berkeliling Idris berhenti di salah satu pintu masuk yang cukup besar seperti akmar pribadi. Pada dinding sebelahnya tertulis Tuchen Fox, yang mungkin ini adalah ayahnya Idris Fox.

“Idris inikah ruangan ayahmu?” ucapnya sambil memegangi baju Idris karena ketakutan

“seperti kamu lihat, iya” ucapnya sambil mengangguk dan memegang tulisan yang ada di dinding

Idris membuka pintu tersebut dan disitu terdapat noda yang lebih banyak dan dimana-mana, membuktikan disini pernah terjadi kejahatan brutal dalam sejarah.

Pada saat melangkah masuk mata Idris berat rasanya ingin menangis mengingat masa lalunya dimana dia disini bersama ayahnya.

“Idris , aku mengerti jika kamu tidak kuat kita boleh pergi sekarang” ucapnya

“tidak ada yang mau aku cari disini” ucapnya

“apa yang mau kita cari?”

“tidak tau, apa yang bisa kita ambil itulah yang kita cari” ucapnya

Mereka mengelilingi ruangan tersebut, menyingkirkan semua debu yang menempel, pada saat mereka berpijak di belakang meja kerja utama Idris berhenti karena kakinya merasa aneh. Ada bunyi decitan disana. Idris berjongkok memeriksa lantai kerja tersebut dan mengetuk seluruh lantai terdekat, dan ternyata lantai tersebut bisa di buka.

“ini bisa di buka, aku tidak tau apa yang ayah simpan disini” dia sambil mengangkat lantai kayu yang ada di bawahnya dan menemukan brangkas yang tergeletak disana belum pernah tersentuh oleh siapapun, brangkas tersebut membutuhkan sandi untuk membukanya.

“apakah kamu tau sandinya?” ucap Eve penasaran

“aku tidak tau, bahkan aku tidak tau bahwa dia memiliki brangkas ini disini.” Ucapnya memegang brangkas tersebut

“kalau begitu cobalah siapa tau kamu beruntung” ucapnya membantu membuat Idris optimis walau kemungkinannya kecil

Idris mencoba beberapa sandi tetap tidak bisa terbuka , dia langsung berhenti dan memikirkan sesuatu kira-kira apa sandinya.

“ayah apa yang kamu sembunyukan disini” ucapnya masih penasaran

Dia mencoba satu kode dan ternyata.

Krek!!!!!

Kunci brangkasnya terbuka menandakan sandinya benar.

“apa sandinya?”

Mata Idris bersinar dan tersenyum di wajahnya dengan muka tidak percaya.

“tanggal ulang tahunku” ucapnya

“hah?” Eve bingung dengan Idris apakah sebegitu spesialnya tanggal ulang tahunnya karena bisa membuat dia begitu senangnya karena Ayahnya menggunakan tanggal lahirnya

“kita lihat ayah, aku minta izin untuk membukanya” ucapnya sambil membuka pintu brangkas tersebut.

Setelah brangkasnya terbuka dia melihat ada satu buku tua, satu kalung Gem seperti giok, satu gelang berbahan seperti Besi namun bukan besi, walau tipis dan kecil namun beratnya lebih dari pada gelang pada umumnya, dan beberapa tumpukan uang yang bernilai 1 Juta.

“Ayahmu menaruh banyak uang disini” ucapnya dengan mata berbinar melihat uang yang banyak

“aku bahkan tidak tau dia menyimpannya disini”

“apakah dahulu ayahmu kaya?” ucapnya

“lumayan, tapi di bandingkan dengan keluarga lain mungkin dia bukan apa-apa” ucapnya acuh tak acuh

“begitu, menarik, ini apa?” ucapnya mau memegang kalung tersebut namun tanggannya di pukul oleh Idris

“pernahkah kamu mendengar dilarang memegang barang yang bukan milikmu?” ucapnya sambil memelototi Eve

“oke oke galak banget” ucapnya menarik tangannya

Idris mengambil buku yang ada dan uang tersebut di masukan kedalam tas yang dia bawa dan dia langsung mengenakan kalung tersebut dan gelang yang tertinggal tersebut.

Idris tidak merasakan apapun pada saat kalung tersebut di pakai di tubuhnya, setelah itu dia tidak melihat ada barang yang tertinggal di brangkas tersebut.

Diapun berdiri dan memeriksa meja kerjanya apakah ada rahasia lagi disitu yang dia tidak ketahui.

Setelah dia memeriksa seluruh ruangan tersebut dan tidak menemukan apapun lagi dia dan Eve meninggalkan ruangan tersebut lalu menuju ruangan yang lain, tidak lain adalah lahan belakang rumah yang amat sangat luas dengan pemandangan kota yang begitu bagus dan sejuk.

“ayahmu mempunyai rumah yang begitu bagus disini, sayang jika rumahnya seperti ini” ucapnya

“aku tau itu, begitupun disini punya banyak cerita namun apalah dayaku untuk menghidupkan kembali rumah ini” ucapnya karena itu hanyalah mimpi yang tidak mungkin dia bisa capai dengan kondisi dia saat ini.

“Idris, mungkin kamu ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi disini?” ucap Eve penasaran karena melihat kondisi rumahnya yang menunjukan banyaknya pertumpahan darah disini.

“ceritanya panjang, bahkan aku tidak tau apakah aku pantas untuk mengingat hal tersebut, karena itu hanya mengingatkanku akan kebencian pada sekelompok itu” ucapnya

“sekelompok? Apakah rumahmu di serang?”

“ya begitulah kondisi akhirnya” ucapnya sambil sedih

“kejam sekali mereka sampai seperti itu dan membiarkan kamu sendirian” ucap Eve sambil menggelengkan kepala

“bukan membiarkan, aku kabur” katanya makin merasa bersalah

“kabur? Bagaimana bisa?”

“tentu saja bisa dan mungkin hanya aku yang lolos pada saat kejadian itu” ucapnya

“sepertinya waktu kita banyak apakah kamu bisa menceritakannya denganku?” ucapnya makn penasaran

“haha, baiklah kalau kamu memaksa” ucapnya dengan tersenyum sedih

“dahulu aku adalah anak yatim piatu, aku di buang oleh orang tuaku dan berawal di tempat yatim piatu, setelah berumur 7 tahun aku bertemu dengan ayah angkatku yang sekarang bernama Tuchen Fox, setelah itu namaku berubah menjadi Idris Fox, begitu ayahku memberiku nama, setelah itu aku besar disini dengan segala ajarannya mengenai bela diri dan sekolah” ucapnya sedih

“pantas saja data mu tidak di temukan ternyata kamu di adopsi”

“apakah kamu mengejekku sekarang?” ucapnya memutar matanya dan tajam

“bukan itu maksudku, ayolah jangan gampang sakit hati” ucapnya membela diri

“hah, baiklah. Aku tidak tau persis ayahku kerja dalam bidang apa, namun 10 tahun lalu saat aku berumur 15 tahun kejadian besar terjadi” ucapnya sambil menarik napas dalam

“apa yang terjadi?” ucapnya dengan antusias

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   Bab 112

    Idris memang berada di alam yang berbeda dengan penganut bela diri pada umumnya, namun jika di kelaskan Idris memang setara dengan Bruno yang berada di Alam Kesatria Tahap Akhir namun yang membuat berbeda adalah daya ledak yang di miliki oleh IdrisDengan berkat dari Azazil Idris bisa menggunakan serangan Iblis yang sudah mengalir dan menyatu dengan tubuhnya. Selain itu ada perbedaan seperti tembok antara Alam yang Idris anut dengan Alam yang bela diri pelajari pada umumnya.Idris mengayunkan kakinya dan menghantam Bruno ke depan dengan keras Namun Bruno tidak diam disitu saja, dia berusaha untuk memblokir serangan Idris dengan tangannya.“bammmmmmmmmm!!!!!”Terjadi ledakan antara serangan Idris dengan pertahanan Bruno.Bruno terselamatkan dia hanya terpental sedikit dan terseret di tanah dimana kakinya tertanam di tanah dengan tangan yang masih melindungi tubuhnya, namun tangannya merasa kesemutan setelah serangan tersebutBegitupun dengan kaki Idris akibat pertahanan Bruno dia meras

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   bab 111

    Idris hanya menanggapi dengan memiringkan bibirnya sedikit dan memberikan tatapan dengan menaikan alisnya yang menandakan bahwa Idris penasaran apa yang akan di lakukan oleh Bruno Xiang kepadanya.“Hajar dia Tuan Xiang!” Teriak Erik yang masih terjatuh dan belum bisa bangkit dia hanya bisa mengerahkan tenaganya untuk berteriak“aku akan memperkenalkan kepadamu kenapa Geng kami di Sebut dengan Singa Merah, akan aku ajari kepadamu, semoga kamu tidak kencing di celana nak” Bruno telah selesai menggulung bajunya dan sudah siap memasang kuda-kuda, dia siap menyerang atau bertahan.Tubuh Bruno sekarang sudah terlihat dengan jelas bahwa tubuhnya sangat berbentuk dan ada lekukan otot dimana-mana terutama di kepalan tangannya dan juga lehernya terlihat urat yang timbul disana.Idris sudah membaca profile Bruno Xiang, bahwa lelaki tua ini juga memiliki prestasi pada masanya dan tehnik yang sering dia gunakan adalah tehnik auman singa, tehniknya adalah meninju berkali-kali tanpa henti dan tanpa

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   Bab 110

    Erik melesat dengat cepat dan kepalan tangannya telah di isi oleh tenaga dalam yang besar, sebagian besar tenaga dalamnya dia taruh disana, dia ingin menghabisi Idris dan ingin memberikan pelajaran karena keras kepala dan kesombongan IdrisNamun apa yang mereka harapkan tidak sejalan dengan kenyataannyaIdris meregangkan tangannya tepat kedepan dimana pukulan Erik akan jatuh dan….“Bammmmmmmmmm!!!!”Debu dan batu di sekitar beterbangan saat pukulan Erik tertanam di tangan Idris. Orang-orang yang terluka mau tidak mau menutup mukanya karena debu dan batu iniWarna muka Erik berubah, matanya terbelalak lebar dan mulutnya sama besarnya, dia tidak mengira bahwa Idris dapat menahan pukulannya hanya dengan telapak tangannya dan yang lebih mengejutkan setelahnya adalah Idris menggenggam kepalan tangan Erik dan…“KRAAAAAKKKKKK!!!”“AAAAAHHHHHHHH!!!!”Bunyi retak tangan Eri

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   Bab 109

    Baik Erik maupun Tuan Bruno mengerutkan kening saat melihat motor tersebut mendekat, mereka cukup bingung siapa yang datang kemari menggunakan motor, sedangkan tempat wisata sekarang sudah di tutup karena kejadian yang mereka buat, hanya ada segelintir orang yang tidak bisa pulang maupun pergi, dan mereka hanya bisa bersembunyi di antara bangunanBerbeda dengan Felix dan Alex mereka memancarkan ekspresi senang sekaligus lega bahwa Idris datang ke lokasi tepat waktu sebelum Bruno mengambil tindakan lebih jauh.‘akhirnya Tuan Idris datang tepat waktu, ini adalah waktunya panggung pertamamu tuan’ ucap Felix dengan bangga dia ingin memperkenalkan Tuan barunya kepada seluruh geng bawah tanahIdris memberhentikan motornya tepat di deretan mobil Geng Raja Elang, dengan ini baik Bruno maupun Erik bisa melihat bahwa Idris berdiri bersama Geng Raja Elang dan siapa dia?Saat Idris turun dari motornya Idris melihat banyak deretan manusia yang tergeletak d

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   Bab 108

    Felix melangkah kedepan sambil menatap Erik dengan curiga dia juga merasakan ada sesuatu dengan hal itu.“wah wah wah, ternyata tuan Felix yang datang. Aku tidak menduga bahwa kamu memanggil Tuan Felix, Alex” ucap Erik menatap Felix dan melirik Alex dengan tatapan mengejek“memang kenapa kalau anak buahku menelfon dan meminta bantuanku? Baik wilayah ini maupun anak buahku adalah tanggung jawabku! Itu adalah urusanku bukan urusanmu Erik” Felix menatap balik Erik dengan tatapan dingin namun tenang. Dia belajar banyak dari Idris bahwa untuk menjadi orang yang terlihat kuat orang tersebut harus terlihat tenang“kamu tau Pak Tua Felix? Aku sudah berada di Alam Kesatria tahap Menengah sekarang. Apakah kamu kaget?” ucap Erik dengan bangga dengan pencapaiannya kepada Felix, dia menaikan dagunya sebagai kesombongannyaFelix mengerutkan keningnya dia tidak menduga bahwa kata-kata itu keluar dari mulutnya. Namun dia

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   Bab 107

    Ekspresi Alex menjadi gelap saat Erik mengatakan tersebut, Alex tahu bahwa sekarang Erik berani bersikap sombong dan arogan tidak lain karena dia sudah menganggap dirinya setara dengan Felix.Felix juga berada di Alam Kesatria tahap menengah seperti Erik saat ini. Hal ini membuat Alex menjadi gugup haruskah aku menelfon Felix atau Idris sebagai ketua baru mereka. Setelah memikirkannya Alex memilih untuk menghubungi Felix terlebih dahulu bagaimanapun Felix lebih tahu banyak soal ini dari pada Idris.“tunggu sebentar! Akan aku panggil seseorang kemari!” ucap Alex yang masih terduduk di lantai karena mulutnya masih mengeluarkan darah dari sudut mulutnya“baiklah, aku harap orang yang kamu panggil kesini akan membuat ini lebih menarik sehingga aku tidak merasa bosan” Erik mengatakannya dengan dingin sambil menatap Alex yang sama Dinginnya.Alex langsung mengeluarkan ponselnya dan menelfon FelixPanggilannya pun tersambung dan tidak lama di jawab oleh Felix“Tuan! Aku minta bantuanmu” ucap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status