Home / Pendekar / Petarung Terakhir Dewa Iblis / Bab 4 10 Tahun Lalu (Part 1)

Share

Bab 4 10 Tahun Lalu (Part 1)

Author: Foxtrot T
last update Last Updated: 2024-04-30 10:27:19

10 Tahun Lalu

Di pagi hari Idris Fox sedang berlatih beladiri dasar bersama ayah angkatnya Tuchen Fox di tengah taman belakang rumahnya di temani beberapa pengawal dan ibu angkatnya Isis Gisya. Idris dilatih bela diri dasar oleh ayahnya dengan harapan dia setidaknya dia dapat membela dirinya sendiri di saat ada masalah di kemudian hari.

Selain di ajarkan bela diri dia di ajarkan cara meditasi yang baik dan melatih konsentrasinya berkali-kali walau dengan sejuta gangguan yang sengaja di buat oleh ayahnya untuk melatih konsentrasinya.

“Idris, kamu harus lebih konsentrasi jangan terganggu dengan apapun yang ada di sekitarmu” ucap ayahnya dengan tegas

“ayah, tapi aku tidak mengerti maksud dengan meditasi ini untuk apa?” ucap Idris

Plak!

sehelai daun yang panjang pun mendarat di tubuhnya, tidak meninggalkan bekas namun cukup sakit untuk anak yang masih berusia 15 tahun saat itu.

“konsentrasi, tidak usah banyak bertanya” ucapnya dengan serius

“ahhh ayah” ucapnya kesal namun melaksanakannya dengan memejamkan matanya dan berusaha untuk konsentrasi di bawah banyaknya gangguan yang kecil maupun yang besar.

Setelah satu jam berlatih meditasi dan berolah raga bela diri badannya di penuhi oleh keringat yang banyak dan membasahi bajunya, dia menghampiri ibunya dengan harapan mendapatkan perlindungan dari ayahnya yang terlalu tegas menurutnya.

“ayah kejam, dia memukulku dengan daun saat aku berlatih!” ucapnya dengan kesal

“Anak ibu, ayahmu tidak akan memukulmu kalau kamu benar” ucapnya dengan menenangkan Idris

“mengapa ibu tidak memarahi ayah, tapi malah menyalahkanku” ucapnya dengan sebal dan cemberut

“ayahmu melatihmu untuk kebaikanmu, bukan untuk dirinya, ayahmu sudah lebih pengalaman soal itu, jadi ada bagusnya anak ibu berlatih, di masa depan, ibulah yang akan di lindungi oleh kamu, siapa lagi yang akan melindungi ibu selain kamu, iya kan?” ucapnya dengan membangkitkan semangat anaknya sambil memegangi pipi Idris

“hemmm… baiklah, pas besar nanti aku akan Menantangnya dan bertanding secara adil” ucapnya dengan melampiaskan amarahnya

“hahhaha ayah tunggu kamu besar nanti” ucap ayahnya dengan senang.

Idris berlari ke dalam untuk mengganti bajunya, saat itu ayahnya dan ibunya berbincang.

“Tuchen, tidak kah kamu terlalu keras kepada Idris?” ucap istrinya

“tidak istriku, dia harus cepat menguasai beberapa tehnik bela diri, karena bagaimanapun dia akan menggantikan aku disini” ucapnya dengan senyuman

“aku mengerti dan aku tidak keberatan, tapi bagaimanapun kamu tidak boleh terlalu keras dengannya”

“hahha tidak perlu khawatir, aku tau batasanku dimana, lagi pula aku tidak menyakitinya, aku lebih khawatir juga usiaku tidak bisa berumur panjang dan tidak bisa mengajari dia tepat waktu dari pada tau bahwa aku akan mati” ucapnya dengan cemas

“kamu akan berumur panjang begitupun dengan Idris dia akan menjadi penggantimu dengan menjadi laki-laki yang kuat dan besar” ucapnya menyemangati suaminya

“kamu betul, anak itu spesial tidak seperti anak lainnya, maka dari itu aku harus cepat mengajarinya agar dia bisa menggantikan aku di kemudian hari dan aku akan pensiun menghabiskan waktu bersamamu”

Tuchen Fox adalah pengusaha sukses dia berusia 60 tahunan dan istrinya berusia 50 tahunan dengan alasan dia harus melatih Idris dengan cepat adalah alasan yang masuk akal karena usianya yang sudah tidak muda lagi dan dia harus melatihnya secepat mungkin agar bisa mempertahankan keluarga Fox.

Keluarga Fox adalah keluarga terpandang, dan tidak dapat di gapai oleh keluarga besar lainnya, keluarga Fox memiliki banyak rahasia yang tidak di miliki oleh keluarga lainnya sehingga tidak menutup kemungkinan akan banyak keluarga besar membunuhnya dan bertindak kejam kepada keluarganya.

Siang itu Mereka makan bersama di meja yang megah di temani hidangan yang banyak di atas meja, mereka adalah keluarga yang hangat, Idris adalah salah satu penerus keluarga Fox, setelah mengadopsi Idris keluarga Fox akhirnya di berkahi anak Perempuan, yang tidak mungkin menjadi penerus Fox, hanya Idris yang bisa mengemban tugas keluarga Fox di kemudian hari.

“ayah, aku kalau sudah besar nanti aku mau membuat perusahaan sendiri” ucap Idris

“oh ya, perusahaan apa itu?” ucapnya dengan senang

“perusahaan mainan, karena aku suka mainan, apakah boleh?” ucapnya dengan antusias

“tentu saja boleh mengapa tidak, mainanpun di sukai oleh kebanyakan orang dewasa sekarang” ucapnya menyanjung anaknya

“baiklah kalau begitu aku akan menjadi pendirinya, kamu Zeizi, akan menjadi sekertarisku” ucapnya mengarah kepada adiknya

“baik, aku akan membantu kakak dengan sungguh-sungguh” ucapnya dengan semangat

“hahaha baiklah sekarang makan dulu, tidak baik membiarkan makanannya menjadi dingin kan” ucap Tuchen senang melihat reaksi anak-anak kecilnya

Siapa di dunia ini yang tidak senang melihat anak-anaknya akur dan tumbuh besar bersama, walaupun Idris adalah anak angkat tapi tuan Tuchen tidak pernah membedakan antara Idris dan Zeizi. Dia menganggap keduanya adalah anak kandungnya tidak pernah membedakan.

Setelah makan siang malampun tiba, di saat keheningan di keluarga Fox berada tiba-tiba seorang penjaga datang menghampiri Tuan Tuchen.

“maaf mengganggu Tuan” ucapnya dengan panik memasuki ruang keluarga dengan terburu-buru

“ada apa? mengapa kamu terlihat buru-buru” ucapnya

“ada yang harus saya laporkan”

Melihat reaksinya yang panik, Tuchen meninggalkan keluarganya dan pindah ke ruangan lainnya, dari kaca terlihat bahwa sang pengawal panik seketika dan muka Tuchen berubah dengan cepat. Dengan arahan tuan Tuchen pengawal pun pergi dan mukanya langsung terdiam seperti berfikir.

Tidak lama dirinya masuk kembali ke ruangan dengan raut tergesa-gesa menghampiri istrinya dan anak-anaknya

“ada apa Tuchen? Sepertinya mendesak” ucap Istrinya dengan panik

“sekarang bukan waktunya bertanya, akan aku ceritakan saat kita bersiap, sekarang pindahkan anak-anak ke ruang kerja” ucapnya dengan panik

Dengan perintahnya istrinya membawa Idris dan adiknya ke ruangan kerja Tuan Tuchen. Setelah memindahkan anak-anak, Tuan Tuchen dan Istrinya bergegas ke lain tempat melihat ayahnya dan ibunya berbicara dan berbisik membuat Idris dan adiknya penasaran, saat ingin menghampirinya ibunya kembali dengan muka pucat dan tidak bisa bertindak apa-apa.

Ibunya hanya bisa menemani anak-anaknya menemaninya di pojok ruangan.

“tidak perlu khawatir Idris, tidak terjadi apa-apa disini ada ayah dan ibu” mukanya tersenyum namun matanya berbohong

“ada apa ibu, apakah kita dalam bahaya?” ucap Idris panik

“tidak kita tidak dalam bahaya tenang saja” ucapnya berusaha menenangkan.

Setelah itu ada salah satu pengawal pribadi Tuan Tuchen bernama paman Josh, dia yang bertanggung jawab semuanya atas keselamatan keluarga Fox.

“Nyonya dengan izin, mohon selamatkan anak-anak disini” ucapnya

Josh langsung membuka kunci lemari dan tiba-tiba lemarinya bisa bergeser, disitu terdapat lubang untuk melarikan diri dari bahaya, saat itu tuan Tuchen kembali membawa satu tas yang entah apa isinya, lalu di berikan ke Idris.

“Idris, sekarang kamu harus melewati lorong ini dan tidak boleh menoleh ke belakang oke? Jaga adik mu baik-baik, kamu adalah kakaknya jadi kamu harus menjaganya” ucapnya dengan muka panik namun santai

Tas di berikan kepada Idris untuk di bawanya bersamanya, dengan reflek Idris mengambil tas tersebut. Adiknya Zeizi juga di berikan ke Idris dan mereka mulai memasuki lorong itu dengan merangkak karena lubangnya belum selesai sebenarnya, namun sebelum lubangnya selesai masalah terjadi terlalu cepat.

“Idris, Zeizi, kalian percaya sama ayah dan ibu, cepat pergi dari sini” ucap ibunya dengan sedih

“lalu bagaimana dengan ibu dan ayah?” ucap Idris sedih

“kami akan baik-baik saja, kamu percaya saja sama ibu ya, kita baik-baik saja dan kami akan kembali menemuimu nanti di ujung jalan ini oke?” ucap ibunya meyakinkan.

“ba-baik ibu, tapi ibu harus janji akan bertemu lagi nanti” ucapnya

“baik, kita bertemu lagi nanti” Ucapnya seperti perpisahan.

“tuan sepertinya sudah dekat, aku akan mencoba menghalanginya, kalian cobalah untuk pergi selagi bisa” ucap Paman John

“tidak perlu, kamulah yang pergi ke belakang sekarang, semuanya saya pertaruhkan padamu cepat” ucap Tuan Tuchen

“CEPAT! TIDAK ADA TAPI!” ucap Tuan Tuchen dengan tegas

Dan itu adalah kali pertama Idris melihat ayahnya marah.

“ba-baik Tuan” dengan begitu Paman John pergi menghilang.

DUAAAAAARRRR!!!! Suara ledakan pintu utama memecahkan keheningan di rumah itu.

“TUCHEEEEENNNNN!!!! TUNJUKAN DIRIMU!!!!” Teriak salah satu orang dengan keras dan bisa terdengar dari seluruh ruangan.

“kalian pergilah sekarang, Idris, jaga adikmu” ucap Tuan Tuchen

“tapi-“

Sebelum Idris menyelesaikan perkataanya Lemari tersebut telah di tutup paksa oleh Tuan Tuchen dan ada suara kunci di patahkan sehingga lemari tersebut tidak akan pernah bisa di buka di kemudian hari dan berharap orang-orang ini tidak bisa mengetahui lemari ini bisa di buka.

Dari sela-sela lemari Idris bisa mengintip ke luar namun dia dan adiknya tidak bisa bersuara karena terlalu takut. Dia hanya bisa mendengar percakapan antara ayahnya dan orang yang di anggap jahat saat ini.

“Disini rupanya orang tua ini” ucap salah satu penjahat

“apa yang kamu lakukan disini!?” ucap Tuan Tuchen dengan tegas dan istrinya di belakangnya

“apa lagi yang aku cari disini tentu saja harta karun yang kamu sembunyikan selama ini bapak Tua Tuchen, atau kamu tidak akan bisa melihat matahari lagi besok, jika kamu menyerahkannya, aku akan mengampuni hidupmu dan istrimu” ucap Pria ini.

“asal kamu tau, kamu tidak akan pernah bisa memilikinya bahkan kamu tidak bisa menangani kemampuan itu” ucap tuan Tuchen

“pak tua! Berhentilah berbelit-belit dan membuang waktuku, kamu sudah tidak cukup kuat lagi untuk mempergunakannya bukan? Sebaiknya serahkan kepadaku karena aku lebih muda dan lebih kuat” ucapnya

“TIDAK AKAN PERNAH!!! Lagi pula kamu tidak akan pernah menemukannya karena itu tidak ada disini saat ini” ucap Tuan Tuchen dengan tegas dan berani

“Pak tua kamu akan mati!” ucapnya

“Tuan maaf mengganggu, kami tidak dapat menemukan kedua anak-anaknya”

“apa? cepat cari lagi menyeluruh” ucapnya dengan tegas dan galak

“BAIK!”

“Dimana anak-anakmu Pak Tua?” ucap pria ini menindas

“dimana menurutmu? Tentu saja mereka ada di taman bermain karena mereka adalah anak-anak mereka tidak perlu tau urusan orang dewasa bukan” ucap Tuan Tuchen memprovokasi

Idris melihat dari celah bahwa ayahnya dan ibunya berpindah ke depan meja agar tidak terlihat seperti melindungi lemari agar Idris dan Zeizi tidak ditemukan oleh mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   Bab 112

    Idris memang berada di alam yang berbeda dengan penganut bela diri pada umumnya, namun jika di kelaskan Idris memang setara dengan Bruno yang berada di Alam Kesatria Tahap Akhir namun yang membuat berbeda adalah daya ledak yang di miliki oleh IdrisDengan berkat dari Azazil Idris bisa menggunakan serangan Iblis yang sudah mengalir dan menyatu dengan tubuhnya. Selain itu ada perbedaan seperti tembok antara Alam yang Idris anut dengan Alam yang bela diri pelajari pada umumnya.Idris mengayunkan kakinya dan menghantam Bruno ke depan dengan keras Namun Bruno tidak diam disitu saja, dia berusaha untuk memblokir serangan Idris dengan tangannya.“bammmmmmmmmm!!!!!”Terjadi ledakan antara serangan Idris dengan pertahanan Bruno.Bruno terselamatkan dia hanya terpental sedikit dan terseret di tanah dimana kakinya tertanam di tanah dengan tangan yang masih melindungi tubuhnya, namun tangannya merasa kesemutan setelah serangan tersebutBegitupun dengan kaki Idris akibat pertahanan Bruno dia meras

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   bab 111

    Idris hanya menanggapi dengan memiringkan bibirnya sedikit dan memberikan tatapan dengan menaikan alisnya yang menandakan bahwa Idris penasaran apa yang akan di lakukan oleh Bruno Xiang kepadanya.“Hajar dia Tuan Xiang!” Teriak Erik yang masih terjatuh dan belum bisa bangkit dia hanya bisa mengerahkan tenaganya untuk berteriak“aku akan memperkenalkan kepadamu kenapa Geng kami di Sebut dengan Singa Merah, akan aku ajari kepadamu, semoga kamu tidak kencing di celana nak” Bruno telah selesai menggulung bajunya dan sudah siap memasang kuda-kuda, dia siap menyerang atau bertahan.Tubuh Bruno sekarang sudah terlihat dengan jelas bahwa tubuhnya sangat berbentuk dan ada lekukan otot dimana-mana terutama di kepalan tangannya dan juga lehernya terlihat urat yang timbul disana.Idris sudah membaca profile Bruno Xiang, bahwa lelaki tua ini juga memiliki prestasi pada masanya dan tehnik yang sering dia gunakan adalah tehnik auman singa, tehniknya adalah meninju berkali-kali tanpa henti dan tanpa

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   Bab 110

    Erik melesat dengat cepat dan kepalan tangannya telah di isi oleh tenaga dalam yang besar, sebagian besar tenaga dalamnya dia taruh disana, dia ingin menghabisi Idris dan ingin memberikan pelajaran karena keras kepala dan kesombongan IdrisNamun apa yang mereka harapkan tidak sejalan dengan kenyataannyaIdris meregangkan tangannya tepat kedepan dimana pukulan Erik akan jatuh dan….“Bammmmmmmmmm!!!!”Debu dan batu di sekitar beterbangan saat pukulan Erik tertanam di tangan Idris. Orang-orang yang terluka mau tidak mau menutup mukanya karena debu dan batu iniWarna muka Erik berubah, matanya terbelalak lebar dan mulutnya sama besarnya, dia tidak mengira bahwa Idris dapat menahan pukulannya hanya dengan telapak tangannya dan yang lebih mengejutkan setelahnya adalah Idris menggenggam kepalan tangan Erik dan…“KRAAAAAKKKKKK!!!”“AAAAAHHHHHHHH!!!!”Bunyi retak tangan Eri

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   Bab 109

    Baik Erik maupun Tuan Bruno mengerutkan kening saat melihat motor tersebut mendekat, mereka cukup bingung siapa yang datang kemari menggunakan motor, sedangkan tempat wisata sekarang sudah di tutup karena kejadian yang mereka buat, hanya ada segelintir orang yang tidak bisa pulang maupun pergi, dan mereka hanya bisa bersembunyi di antara bangunanBerbeda dengan Felix dan Alex mereka memancarkan ekspresi senang sekaligus lega bahwa Idris datang ke lokasi tepat waktu sebelum Bruno mengambil tindakan lebih jauh.‘akhirnya Tuan Idris datang tepat waktu, ini adalah waktunya panggung pertamamu tuan’ ucap Felix dengan bangga dia ingin memperkenalkan Tuan barunya kepada seluruh geng bawah tanahIdris memberhentikan motornya tepat di deretan mobil Geng Raja Elang, dengan ini baik Bruno maupun Erik bisa melihat bahwa Idris berdiri bersama Geng Raja Elang dan siapa dia?Saat Idris turun dari motornya Idris melihat banyak deretan manusia yang tergeletak d

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   Bab 108

    Felix melangkah kedepan sambil menatap Erik dengan curiga dia juga merasakan ada sesuatu dengan hal itu.“wah wah wah, ternyata tuan Felix yang datang. Aku tidak menduga bahwa kamu memanggil Tuan Felix, Alex” ucap Erik menatap Felix dan melirik Alex dengan tatapan mengejek“memang kenapa kalau anak buahku menelfon dan meminta bantuanku? Baik wilayah ini maupun anak buahku adalah tanggung jawabku! Itu adalah urusanku bukan urusanmu Erik” Felix menatap balik Erik dengan tatapan dingin namun tenang. Dia belajar banyak dari Idris bahwa untuk menjadi orang yang terlihat kuat orang tersebut harus terlihat tenang“kamu tau Pak Tua Felix? Aku sudah berada di Alam Kesatria tahap Menengah sekarang. Apakah kamu kaget?” ucap Erik dengan bangga dengan pencapaiannya kepada Felix, dia menaikan dagunya sebagai kesombongannyaFelix mengerutkan keningnya dia tidak menduga bahwa kata-kata itu keluar dari mulutnya. Namun dia

  • Petarung Terakhir Dewa Iblis   Bab 107

    Ekspresi Alex menjadi gelap saat Erik mengatakan tersebut, Alex tahu bahwa sekarang Erik berani bersikap sombong dan arogan tidak lain karena dia sudah menganggap dirinya setara dengan Felix.Felix juga berada di Alam Kesatria tahap menengah seperti Erik saat ini. Hal ini membuat Alex menjadi gugup haruskah aku menelfon Felix atau Idris sebagai ketua baru mereka. Setelah memikirkannya Alex memilih untuk menghubungi Felix terlebih dahulu bagaimanapun Felix lebih tahu banyak soal ini dari pada Idris.“tunggu sebentar! Akan aku panggil seseorang kemari!” ucap Alex yang masih terduduk di lantai karena mulutnya masih mengeluarkan darah dari sudut mulutnya“baiklah, aku harap orang yang kamu panggil kesini akan membuat ini lebih menarik sehingga aku tidak merasa bosan” Erik mengatakannya dengan dingin sambil menatap Alex yang sama Dinginnya.Alex langsung mengeluarkan ponselnya dan menelfon FelixPanggilannya pun tersambung dan tidak lama di jawab oleh Felix“Tuan! Aku minta bantuanmu” ucap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status