Share

Tamu Hotel

Jason berusaha berpikir jernih, kegilaan apalagi yang harus dilewatinya setelah membobol tempat kerjanya sendiri, melompat dari gedung ke gedung seperti Spider-Man, dan kini si Penelepon itu malah menyuruhnya ke Bali seolah memerintahkannya untuk liburan.

"Yang benar saja!" Gerutu Jason dalam kegelapan di tempat yang sepi itu. "Gue sudah melakukan hal yang lu mau."

"Sabar." Kata si Penelepon dengan nada yang sangat tenang. "Ini hanya perjalanan biasa. Tapi dengan cara yang tak biasa bawa koper itu besok pagi ke titik koordinat yang gue kasih. Lebih tepatnya di Pulau Bali. Tempat yang aman untuk koper itu."

"Kenapa nggak lu ambil saja di suatu tempat di di sini, di Jakarta! Hah?"

"Ini rumit, Jason." Terdengar kalau si Penelepon sedang menghembuskan nafas dalam-dalam. "Koper itu sekarang sedang diburu oleh banyak orang. Lu yang punya kemampuan buat bawa kabur. Alasan lainnya, gue belum kasih tahu."

"Lu minta gue bawa besok?" Tanya Jason sembari menoleh ke kanan dan kiri, mencurigai ada orang di sekitarnya. "Gue bakal bawa nih koper sialan asalkan lu jamin keselamatan istri gue!"

"Bagus!" si Penelepon itu langsung menyambar dengan nada girang. "Ya, tentu saja istri lu aman di sini. Tapi ingat, lu jangan bawa koper itu lewat bandara. Lu harus lewat jalur tikus."

Jason mengerti, membawa koper itu ke bandara sama saja dia cari mati dan petugas bandara akan mencurigainya. Tapi kemudian Jason bertanya lagi, "Kenapa lu nggak menyuruh anak buah lu buat mengantarkan gue ke sana?"

"Sial, Jason. Gue nggak percaya sama anak buah gue untuk urusan yang vital seperti ini. Sekarang bagaimana lu bisa sampai ke sini, lu harus memikirkannya sendiri. " Sambungan telepon terputus.

Jason kembali meletakan ponselnya ke saku jaket dan menenteng koper itu di pinggangnya. Berlari kecil menelusuri lorong kecil yang gelap dan sepi sejauh beberapa meter sampai dia tiba di tepi jalan raya dan menyetop sebuah taksi.

"Hotel Verizon." Perintah Jason pada sopir taksi.

"Siap bang." Kata sopir taksi dan langsung mengebut.

Jelas sekali kalau sekarang Jason sedang kebingungan dan sangat mengkhawatirkan keadaan Shani. Namun saat esok tiba, dirinya harus punya rencana bagaimana caranya agar dia bisa sampai ke Pulau Bali tanpa harus lewat jalur resmi bandara.

Ponsel Jason bergetar, sebuah pesan dari si Penelepon, sebuah titik lokasi yang harus ia datangi dan membawa kopernya ke sana. Dalam peta digital di ponsel Jason, terlihat titik lokasi itu berada di Kota Denpasar. Saat memperhatikan peta itu dengan seksama, layar ponsel Jason berubah, sebuah panggilan masuk. Dari Tommy.

Jason langsung membuka sambungannya dan terdengar suara Tommy dari sana, "Bro, lu yang bobol gedung itu? Ada beritanya di medsos. Pasti ada masalah besar kan? ada apa?"

"Belum bisa gue jelasin sekarang. " Jawab Jason dan langsung menutup teleponnya.

Jason berkata pada sopir taksi yang tengah menyetir. "Mas, boleh pinjam handphone-nya sebentar? Handphone saya baterainya habis nih. "

"Oh, boleh-boleh aja." Jawab sopir taksi dengan ramah dan memberikannya ponselnya yang kunci layarnya sudah dia buka.

Jason memencet tombol beberapa saat dan dia melakukan panggilan telepon ke Tommy. "Ini gue Tom, Jason."

"Kenapa lu ganti nomor? Jas, jelaskan semuanya gue! Ini sebenarnya ada apa?"

"Kita ketemu di Hotel Verizon sekarang. Gue ganti nomor karena gue tahu handphone gue sedang disadap. Cepat ke Hotel Verizon sekarang juga kita bicarakan di sana." Jelas Jason dan langsung menutup sambungannya lagi kemudian mengembalikan ponsel itu ke sopir taxi, "Terima kasih mas. "

"Sama-sama."

***

Bak seperti di film-film, Jason dan Tommy tiba di lobby Hotel Verizon nyaris dalam waktu bersamaan. Tommy nampak panik saat itu namun Jason memintanya untuk menahan sendiri sampai mereka masuk ke dalam kamar hotel dan Jason akan menjelaskan semuanya.

"Ini terlalu gila dan terlalu mendadak!" Kata Tommy yang sudah mendengar penjelasan Tommy, dia tampak bersandar pada kursi empuk di kamar hotel itu. Sementara Jason duduk di atas tempat tidur dengan wajah yang masih sedang berpikir.

"Ini pasti ulah di Satia, kan?" Tebak Tommy.

"Bukan. Jelas bukan, buat dia melakukan itu? Dia bisa melakukannya sendiri tanpa menyuruh gue. Sekarang justru Satia Utama adalah musuh besar gue, dia pasti sedang memburu koper ini."

Tommy menoleh pada koper berwarna perak menyala yang diletakan di atas meja yang tepat ada di hadapannya dan kemudian bangkit dari kursinya. Mendekati koper itu dan menatapnya lekat-lekat. "Apa yang ada dalam koper ini sampai-sampai terjadi keributan? Seandainya gue tahu kata sandinya."

Jason tidak menanggapi perkataan Tommy, tatapannya masih kosong memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tommy tahu apa yang dipikirkan Jason dan berkata, "Kita bisa pakai mobil gue buat pergi ke Surabaya besok dan kita bisa menyebrang menggunakan kapal pesiar milik bos Coki"

"Jangan sampai orang lain tahu, ini bisa membahayakan istri gue! Cuma lu yang bisa dipercaya saat ini, jangan bawa-bawa bos Coki."

"Oke, oke. Kalau gitu gue bakal ngomong ke dia kalau gue bakal meminjam kapalnya buat liburan aja. Gimana?"

"Tapi gue harus berangkat sendiri. Pakai mobil lu. Kalau ketahuan gue nggak sendirian, bisa berbahaya. "

Tommy menghela nafas, "Oke, terserah lu. Yang penting gue bisa bantu lu, Jas."

Terdengar suara ketukan pintu kamar dan Jason serta Tommy tampak heran kenapa ada petugas hotel yang datang pada tengah malam begini. Tommy sudah siap dengan pistol yang ia pasang di belakang celananya. Jason membuka pintu, seorang berpakaian jas lengkap tampak menodongkan pistol ke arah Jason. Dengan sigap Jason merampas pistol itu dan menjepit lengan pria berjas tersebut.

Tommy berlari dan membantu Jason dia dengan brutal memukuli pria berjas itu saat sudah jatuh ke lantai.

"Stop!" Seru Jason pada Tommy.

"Siapa yang nyuruh lu, anjing!"

Pria itu tampak sangat kaget dan wajahnya malah menjadi memelas. "Gue, gue suruhannya Satia Utama buat merampas koper itu. Jangan bunuh gue!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status