Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 176. Mencari Cindy Aleta

Share

176. Mencari Cindy Aleta

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-05-25 20:20:18
Lelang malam itu tidak berlangsung di tempat biasa. Lokasinya tersembunyi jauh di bawah tanah, di bawah galeri seni mewah bernama Aetherium—tempat yang dikenal hanya oleh kalangan tertentu yang hidup di bayang-bayang kekuasaan. Dari luar, Aetherium tampak seperti galeri modern berisi patung kinetik dan lukisan surealis, tapi bagi mereka yang tahu jalur rahasia, pintu menuju dunia gelap terbuka di balik dinding kaca paling utara.

Claudia menuruni anak tangga spiral yang mengarah ke perut bumi, hak sepatunya berdenting pelan di atas logam matte yang dingin. Cahaya biru redup dari lampu-lampu dinding menyoroti kulitnya dengan bayangan lembut, seolah menelanjangi setiap keraguan yang tersisa dalam dirinya. Aroma tajam dari wine berusia puluhan tahun bercampur dengan harum dupa eksotis dari Timur Dalam memenuhi udara. Ada sesuatu yang memabukkan di atmosfer ini—sebuah campuran antara kemewahan, rahasia, dan bahaya.

Langkah-langkahnya melambat seiring suara bisik-bisik mulai terdengar. Ruang
Zhu Phi

Bab Bonus Gems : 2/6 Bab ini agak panjang ya ... semoga terhibur :)

| 8
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   578. Organisasi Dokter Spiritual Dunia

    Udara malam di Kota Millbrooke—markas besar Organisasi Dokter Spiritual Dunia—selalu beraroma obat-obatan. Puluhan menara berlapis kaca spiritual memantulkan cahaya bintang, dan ribuan tabib serta dokter spiritual sibuk menjalankan penelitian mereka. Tempat itu biasanya dipenuhi ketenangan, seperti kuil yang dijaga disiplin.Namun malam itu, ketenangan diguncang.Suara langkah berat dan seretan tubuh terdengar di gerbang utama. Dua murid penjaga terperanjat ketika melihat sosok yang nyaris tak dikenali. Tubuh penuh luka, wajah lebam, baju compang-camping, dan darah kering di seluruh tubuhnya.“D-Draven?!” salah satu murid berteriak kaget, hampir menjatuhkan tombak spiritualnya.Tubuh Draven diseret ke dalam, matanya setengah terbuka, mulutnya berlumuran darah. Tapi di genggamannya erat-erat ia masih memeluk gulungan ungu bersegel.“Cepat bawa dia ke Balai Medis Utama!” teriak murid lain.Geger pun pecah. Para dokter spiritual senior berhamburan, energi spiritual berwarna hijau dan bir

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   577. Akhir Krisis di Paviliun Drakenis

    Udara di dalam paviliun mendadak menegang. Bau darah besi bercampur dengan energi hitam yang pekat, menusuk ke dalam paru-paru setiap orang. Para tetua dan tamu yang menyaksikan kini mulai gemetar, beberapa bahkan sudah berlari menjauh ke sudut ruangan dengan wajah pucat pasi.“Tidak… kalau duel ini berlanjut, paviliun ini akan runtuh!” teriak seorang tetua Paviliun Pedang Angin sambil terhuyung, darah menetes dari hidungnya akibat tekanan energi. Tetua ini masih penasaran dan bertahan di tempat sementara beberapa tetua dan pemimpin paviliun serta sekte lainnya sudah meninggalkan Paviliun Drakenis.“Lihat! Alaric… dia belum kalah!” seru yang lain, menunjuk ke tengah ruangan.Alaric Xarxis, meski tubuhnya terluka parah dan darah hitam menetes membasahi lantai marmer, mendadak mengangkat tangan ke langit-langit. Aura hitamnya berdenyut liar, semakin mengerikan. Bayangan hitam di sekujur tubuhnya merambat ke dinding, menutupi ukiran emas paviliun. Lampu kristal satu per satu pecah dengan

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   576. Iblis Surgawi Turun Gunung

    Udara di sekitar Kevin berubah drastis. Bukan lagi hawa membakar dari api neraka sebelumnya, melainkan sesuatu yang lebih murni—dingin, tajam, namun penuh wibawa. Aura pedang yang ia lepaskan berdesir di udara seperti ribuan jarum tipis menusuk kulit, membuat bulu kuduk berdiri bagi siapa pun yang merasakannya.Para tetua paviliun yang menyaksikan langsung merasakan dada mereka terhimpit. Beberapa bahkan terpaksa mundur selangkah, wajah pucat pasi.“Tidak mungkin… dia benar-benar… hendak mengeluarkan teknik itu…!” desah salah seorang, suaranya bergetar, seolah baru saja melihat malapetaka turun dari langit.“Apa yang dia lakukan?!” teriak tetua lain dengan panik, kedua tangannya bergetar menahan tongkatnya agar tidak jatuh. “Aura pedangnya… seperti gunung itu sendiri yang runtuh menimpa kita!”Dan saat itu—Pedang Iblis Surgawi di tangan Kevin meledak dengan cahaya yang tak tertahankan. Sinar emas menyilaukan memancar, menusuk hingga ke sudut-sudut paviliun. Dari kilatan itu, terbentuk

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   575. Iblis Neraka Dunia

    Debu dan asap masih meliuk di udara, bergulung seperti naga kelabu yang enggan menghilang. Paviliun Drakenis yang tadi berkilau megah kini tampak seperti medan perang neraka—lantai marmernya pecah membentuk celah-celah menganga, pilar-pilar marmer rebah tak berdaya, dan lampu kristal berayun liar, memantulkan cahaya kacau ke seluruh ruangan.Para tamu masih di tempatnya. Tak ada yang berani lari, seolah kaki mereka tertancap di lantai. Napas mereka memburu, mata tak berkedip. Mereka tahu ini bukan lagi sekadar duel kehormatan—ini adalah ritual penentuan penguasa, dan mereka adalah saksi yang tak bisa berpaling.Dari balik kabut asap yang menyesakkan dada, siluet Alaric muncul. Tubuhnya tegak, jubahnya berkibar, dan senyum tipis menghiasi wajahnya—senyum yang dingin, penuh keyakinan. Matanya menyala merah, seperti bara yang siap meledak kapan saja. Bayangan raksasa yang menjulang di belakangnya mengangkat kedua tangan, seakan hendak meremukkan langit dan bumi dalam satu genggaman.“Kevi

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   574. Iblis Turun Ke Dunia

    Langit-langit Paviliun seakan bergetar saat seratus pedang surgawi melayang di udara, berkilau laksana bintang-bintang emas yang siap jatuh menghantam bumi. Aura tajamnya menusuk tulang, membuat para tamu yang berada di aula menahan napas dengan wajah pucat pasi. Beberapa yang lemah spiritualnya langsung terjatuh berlutut, darah merembes dari telinga mereka hanya karena tertekan oleh niat pedang Kevin.Di sisi lain, Alaric mengangkat tangannya perlahan. Dari tubuhnya menyembur kabut hitam pekat, lalu mencair menjadi ratusan sosok bayangan—prajurit tanpa wajah dengan mata merah menyala. Mereka bergerak senada, seolah tubuh Alaric adalah poros dan mereka hanyalah cerminan kegelapan yang patuh. Suara desisan lirih terdengar dari tiap langkah mereka, seperti ribuan roh lapar yang merintih dalam jeritan sunyi.“Seratus pedang surgawi… melawan seratus pasukan bayangan.” Suara seorang tetua paviliun bergetar, seperti baru saja menyaksikan akhir dunia.“Ini… bukan lagi duel,” bisik yang lain,

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   573. Seratus Pedang Surgawi

    Seratus pedang berkilauan kini menggantung di udara. Pedang-pedang itu berputar perlahan, masing-masing memancarkan aura berbeda—ada yang menyemburkan api merah keemasan, ada yang mengalirkan listrik biru, ada yang memancarkan kabut es putih membeku, ada pula yang menebar angin tajam yang mendesir hingga membuat telinga berdengung.Udara di dalam Paviliun Drakenis seolah berhenti. Para tamu menatap ke atas dengan mata membelalak, wajah pucat, beberapa bahkan mundur tanpa sadar hingga punggung mereka menempel ke dinding.“Aku... aku tak pernah melihat jurus seperti ini...” salah seorang tetua dari Organisasi Artefak Kuno tergagap, tangannya bergetar saat menunjuk ke atas. “Pedang-pedang itu... seolah punya nyawa sendiri!”Seorang wanita dari Sekte Racun Iblis Utama menutup mulutnya dengan kedua tangan, tubuhnya gemetar hebat. “Bukan hanya aura pedang... setiap bilah mengandung niat membunuh! Kalau jatuh sekalipun satu pedang saja... kita semua akan hancur lebur!”Celestine Aschne menga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status