Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 177. Bertemu Cindy Aleta

Share

177. Bertemu Cindy Aleta

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-05-25 20:20:38

Wanita itu kemudian berbicara lagi dengan seorang pria tua berjubah merah darah—barangkali penyihir, atau kolektor jiwa. Cindy tertawa kecil, lalu menoleh ... dan untuk sepersekian detik, mata mereka bertemu.

Tatapan Cindy menembus Claudia seperti belati dingin. Ia tak berkata apa-apa, tapi senyumnya seolah berkata ... Aku tahu siapa kamu sebenarnya.

Dan malam pun berubah dari lelang menjadi medan permainan. Claudia tahu, ini bukan lagi sekadar misi. Ini pertarungan antara racun dan kebenaran. Dan hanya satu yang akan bertahan sampai akhir.

Claudia baru saja hendak melangkah—selangkah kecil menuju kemungkinan besar—saat seorang pria tua dengan jubah emas menghampiri Cindy. Suara desis lembut terdengar ketika kain sutra mahalnya menyentuh lantai batu. Wajahnya tertutup sebagian oleh topeng tembaga, namun matanya menyala redup seperti bara yang masih menyimpan api masa lalu. Ia membisikkan sesuatu ke telinga Cindy—kata-kata yang tak terdengar oleh siapa pun, namun jelas mengandung berat
Zhu Phi

Bab Bonus Gems : 3/6 Masih Bab Urban Perkotaan di tengah usaha Claudia Xander mendapatkan Pil Racun Iblis untuk menyembuhkan Racun Jiwa di tubuh Kevin Drakenis.

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   177. Bertemu Cindy Aleta

    Wanita itu kemudian berbicara lagi dengan seorang pria tua berjubah merah darah—barangkali penyihir, atau kolektor jiwa. Cindy tertawa kecil, lalu menoleh ... dan untuk sepersekian detik, mata mereka bertemu.Tatapan Cindy menembus Claudia seperti belati dingin. Ia tak berkata apa-apa, tapi senyumnya seolah berkata ... Aku tahu siapa kamu sebenarnya.Dan malam pun berubah dari lelang menjadi medan permainan. Claudia tahu, ini bukan lagi sekadar misi. Ini pertarungan antara racun dan kebenaran. Dan hanya satu yang akan bertahan sampai akhir.Claudia baru saja hendak melangkah—selangkah kecil menuju kemungkinan besar—saat seorang pria tua dengan jubah emas menghampiri Cindy. Suara desis lembut terdengar ketika kain sutra mahalnya menyentuh lantai batu. Wajahnya tertutup sebagian oleh topeng tembaga, namun matanya menyala redup seperti bara yang masih menyimpan api masa lalu. Ia membisikkan sesuatu ke telinga Cindy—kata-kata yang tak terdengar oleh siapa pun, namun jelas mengandung berat

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   176. Mencari Cindy Aleta

    Lelang malam itu tidak berlangsung di tempat biasa. Lokasinya tersembunyi jauh di bawah tanah, di bawah galeri seni mewah bernama Aetherium—tempat yang dikenal hanya oleh kalangan tertentu yang hidup di bayang-bayang kekuasaan. Dari luar, Aetherium tampak seperti galeri modern berisi patung kinetik dan lukisan surealis, tapi bagi mereka yang tahu jalur rahasia, pintu menuju dunia gelap terbuka di balik dinding kaca paling utara.Claudia menuruni anak tangga spiral yang mengarah ke perut bumi, hak sepatunya berdenting pelan di atas logam matte yang dingin. Cahaya biru redup dari lampu-lampu dinding menyoroti kulitnya dengan bayangan lembut, seolah menelanjangi setiap keraguan yang tersisa dalam dirinya. Aroma tajam dari wine berusia puluhan tahun bercampur dengan harum dupa eksotis dari Timur Dalam memenuhi udara. Ada sesuatu yang memabukkan di atmosfer ini—sebuah campuran antara kemewahan, rahasia, dan bahaya.Langkah-langkahnya melambat seiring suara bisik-bisik mulai terdengar. Ruan

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   175. Menyamar

    Centralpolis—kota futuristik yang tampak seperti lukisan digital dari masa depan. Dari kejauhan, gedung-gedungnya menjulang seperti jarum perak, memantulkan cahaya holografik yang berpendar di langit malam. Namun di balik kemilau teknologi dan arsitektur megah, kota ini menyembunyikan rahasia kelam, berbisik dalam lorong-lorong sepi yang jarang disentuh matahari.Claudia Xander melangkah pelan di atas trotoar marmer putih yang memantulkan kilatan biru dan ungu dari billboard raksasa di seberang jalan. Setiap langkah hak sepatunya menghasilkan bunyi klik yang lembut namun bergema, seperti mengetuk kesunyian malam yang terlalu bersih untuk dianggap nyata. Gedung-gedung kaca di kiri dan kanannya menjulang seperti penjaga bisu—dingin, tak berperasaan, dan mengawasi setiap gerakan dengan mata tak terlihat.Udara di kota ini terasa aneh—tidak segar, tapi steril. Ada aroma samar logam terbakar, bercampur sedikit lembab, seolah kota ini bernapas dengan paru-paru mesin. Dinginnya bukan seperti

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   17. Rahasia Liontin Helena

    "Tempat ini ..." bisiknya, mata menelusuri dinding-dinding batu yang dipenuhi ukiran nyaris terhapus waktu. "Tempat ini bukan hanya tempat persembunyian. Ini ... benteng pelindung. Dibuat untuk menjaga sesuatu yang jauh lebih penting daripada manusia.”Kael meliriknya dan tersenyum miring, tatapannya teduh namun menilai. “Kau cepat tanggap,” katanya pelan, suaranya nyaris seperti pujian.Mereka berhenti di hadapan sebuah pintu batu yang menjulang tinggi, menjulang seperti penjaga purba. Tidak ada gagang. Tidak ada celah. Tidak ada tanda bahwa pintu itu pernah dibuka. Hanya permukaan kasar dan datar, membisu di tengah keabadian.Kael melangkah maju dan meletakkan telapak tangannya di tengah-tengah batu. Urat-urat di tangannya tampak menegang, dan bibirnya mulai menggumamkan sesuatu dalam bahasa asing—keras, tercekik, dan tidak wajar. Bahasa itu terdengar seperti serpihan kutukan yang ditiupkan dari dasar dunia, hanya bisa dipelajari lewat darah dan penderitaan.Tiba-tiba, cahaya biru m

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   173. Lorong Yang Aneh

    Lorong Bawah Tanah Silsilah Hitam, Distrik Hitam Nagapolis, Tengah Malam...Udara di lorong itu dingin dan buat menggigil. Tak ada suara, kecuali derak langkah kaki yang pelan tapi mantap. Helena mengikuti di belakang Kael, menyusuri tangga batu yang tua dan lembap. Setiap pijakan mengeluarkan suara halus, seperti desahan batu yang terbangun dari tidur panjangnya. Dindingnya dipenuhi lumut tua berwarna keabu-abuan, dan bau tanah basah serta logam tua memenuhi indera penciuman.Titik awal perjalanan mereka tersembunyi di balik pintu besi berkarat, terletak di belakang toko barang antik yang tampaknya telah lama ditinggalkan. Bangunannya reot, kayu-kayunya lapuk, dan papan nama yang nyaris copot hanya bertuliskan samar-samar terbaca ...“TOKO LAMA #29.”Helena menggigit bibir bawahnya, pelan—hingga hampir berdarah. Napasnya masih tersengal, seakan paru-parunya menolak bekerja sempurna setelah pertempuran yang baru saja dilewatinya. Keringat dingin masih membasahi pelipis dan tengkuknya,

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   172. Tiga Puluh Hari

    Kevin tidak langsung menjawab. Ia memejamkan mata, merasakan denyut jantungnya yang masih kacau akibat efek racun yang belum sepenuhnya hilang. Tapi ramuan sebelumnya telah cukup kuat untuk membuatnya bisa berbicara lagi, meski suaranya masih serak.Perlahan ia membuka mata dan menatap Claudia. “Cindy Aleta … apakah kau kenal nama itu?” tanyanya dengan nada datar, namun ada bara api di balik suaranya yang tertahan.Claudia mengernyit. Valkyrie, yang berdiri tak jauh, segera memiringkan kepalanya penuh rasa ingin tahu.“Cindy Aleta?” ulang Valkyrie. “Bukankah ... Raisa Aleta yang memimpin Sekte Infinity Power di dunia fana?”Kevin menoleh ke arah Valkyrie, lalu mengangguk perlahan.“Aku tidak tahu apakah Raisa masih hidup atau tidak. Terakhir aku bertarung dengannya di The Widow’s Nest ... dan pertempuran itu nyaris membunuh kami berdua,” katanya, nada suaranya menggantung.Namun ada sorot ragu yang menyelinap dalam tatapannya.“Tapi Cindy … dia berbeda. Aku membiarkannya hidup karena

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   171. Tanah Terlarang Iblis dan Dewa

    Clara menatap Kevin dengan mata membelalak, seolah tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja ia dengar.“Kau … mau pergi ke Tanah Terlarang Dewa dan Iblis?” suaranya nyaris berbisik, seolah menyebut nama itu saja bisa memanggil kutukan dari langit.Udara di ruangan seketika berubah. Dinginnya bukan karena suhu, tapi karena beban dari nama yang disebut itu. Bahkan nyala lampu seakan bergetar dalam diam, terpengaruh oleh ketegangan yang mengental.Namun Claudia tidak terlihat kaget. Wajahnya tetap tenang, tapi mata elangnya menatap Kevin dengan ketegasan yang tak bisa diabaikan.“Memang hanya itu satu-satunya jalan,” katanya pelan namun tegas. “Racun Jiwa bukan sesuatu yang bisa diatasi oleh ramuan biasa. Tidak juga oleh teknik penyembuhan tingkat tinggi. Satu-satunya harapan … adalah Pil Racun Iblis. Dan satu-satunya tempat di mana pil itu mungkin masih ada—adalah di markas lama Sekte Racun Iblis.”Kevin mengangguk, seolah pikirannya telah bulat sejak awal.“Tapi Claudia …” Clara m

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   170. Meracik Penawar Racun Jiwa

    Ruang peracikan Paviliun Dracarys diselimuti keheningan mencekam, seolah dunia menahan napas. Di tengahnya, Claudia Xander bergerak laksana penari bayangan—sigap, hening, namun tegas, membawa satu per satu bahan yang baru saja ia ambil dari ruang penyimpanan tertutup tujuh segel.Clara berdiri di dekat meja batu giok hitam, matanya berkaca-kaca tapi fokus. “Apa semua ini … bisa menyelamatkan Kevin?”Claudia tak menjawab langsung. Ia hanya meletakkan sebuah peti kayu kecil ke atas meja, membuka pengaitnya dengan segel qi, lalu memperlihatkan isi yang membuat udara seolah menebal."Akar Jiwa Tua," bisiknya. Batang tua berurat gelap itu mengeluarkan aroma lembap yang menusuk, seperti tanah kuburan yang baru digali. “Sudah lebih dari seratus tahun umurnya. Akar ini mengandung resonansi spiritual yang bisa menyambung energi jiwa yang nyaris putus.”Kemudian ia membuka botol batu oniks kecil. Cairan kental berwarna ungu gelap di dalamnya tampak berdenyut pelan.“Darah Iblis Ungu. Tetesan da

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   169. Terluka Parah

    Langkah Kevin terhuyung-huyung saat akhirnya ia mencapai gerbang utama Paviliun Dracarys. Debu senja masih melekat di jubahnya yang koyak, dan darah mengering di sudut bibirnya. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, melainkan karena racun yang menjalar seperti api dingin dalam setiap urat nadinya. Wajahnya pucat, nyaris tanpa warna, dan napasnya—pendek, kasar, seperti dihela dari dasar neraka.Seorang penjaga yang sedang berjaga di bawah lentera kristal segera mengenali siluet itu.“Chief ...!!!” serunya panik.Dua penjaga lainnya segera menghampiri dan memapah Kevin dengan hati-hati, seolah menyentuhnya terlalu keras akan membuatnya pecah. Saat mereka melintasi halaman, aura spiritual di sekitarnya bergetar, merespons Qi yang kacau dan nyaris meledak di dalam tubuh Kevin.Salah satu dari mereka berteriak, “Cepat panggil Nona Claudia Xander! Sekarang!”Claudia muncul dari ruang dalam, mengenakan gaun merah terusan. Matanya langsung membesar melihat kondisi Kevin yang nyaris tak sadark

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status