Kekasih Sang Tuan Peri

Kekasih Sang Tuan Peri

last updateHuling Na-update : 2025-12-06
By:  MylilcosmosOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
44Mga Kabanata
228views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Memiliki seorang ayah yang kecanduan judi membuat Ji An mau tak mau harus bekerja keras untuk membantu menghidupi keluarganya. Suatu hari, ia memutuskan masuk ke dalam hutan untuk mencari tanaman obat langka yang bernilai banyak uang. Perjalanan ke hutan itulah yang membuat dirinya bertemu dengan seorang pria dengan keindahan bak lukisan yang tinggal sangat jauh di dalam hutan. Mengapa pria tampan sepertinya bisa tinggal di tempat itu? Lalu ia juga menemukan banyak keanehan di sekitar pria itu. Mungkinkah, dialah Sang Peri yang selama ini menjadi mitos yang tersebar di desa? Serangkaian peristiwa selanjutnya membawa Ji An kembali ke dalam hutan dan tanpa sengaja bertemu lagi dengan sang pria. ~Hal yang paling dihindari Feng Jin sejak awal adalah berinteraksi dengan manusia. Namun, gadis itu terus-menerus muncul di hadapannya, dan perlahan mengusik keteguhan hatinya... Halo Readers! Skefo, Cerita ini bergenre ROMANSA FANTASI, dibumbui dengan sedikit adegan aksi. Dan, ini adalah tipikal cerita SLOW BURN romance.

view more

Kabanata 1

Bab 1. Tanpa Bulan

"Konon, saat bulan tak terlihat di langit, para peri di hutan akan keluar dari persembunyiannya. Sosok tinggi dengan rambut hitam legam yang panjang, mengenakan jubah putih hingga menutupi kaki. Para peri ini akan menculik manusia yang berkeliaran di hutan saat itu, lalu membawa mereka jauh ke dalam hutan, dan mengambil jantung mereka untuk dibuat ramuan umur panjang."

Suara petir menggelegar di udara.

Ji An menunduk sambil menutupi telinganya sambil menggerakkan kedua kakinya setengah berlari, menjauhi deretan pepohonan. Sepertinya hujan akan turun.

Ia berjalan lebih cepat mencari tempat di dalam hutan untuk menginap malam ini. Berjalan cukup lama ia akhirnya menemukan sebuah sungai kecil.

Ji An segera mendirikan tenda kecilnya di dekat sungai di tanah yang lebih tinggi agar saat hujan tempatnya tidak akan tergenang air.

Cepat-cepat ia mengumpulkan ranting-ranting kecil yang ada di sekitarnya.

Setelah merasa cukup, ia menyusun ranting-ranting itu dan menyalakan api. Beruntung hujan belum turun. Ia mendekatkan tubuhnya ke api untuk mendapat kehangatan.

Di dalam hutan udara mulai dingin dan lembab.

Ji an mengeluarkan roti kering dari buntelan di sampingnya. Menggigitnya perlahan sambil matanya memandang kosong ke nyala api yang berkobar di depan.

Ini adalah hari kelimanya berada dalam hutan dan ia belum juga menemukan tanaman obat yang dicarinya. Ia memang mendengar tanaman obat itu sangatlah langka. Namun karena sudah menyanggupi permintaan seorang pelanggan akhirnya ia pun berlari ke dalam hutan.

Kalau saja ia bisa menemukannya, tanaman itu bisa dihargai dua kantung perak. Cukup untuk memberi mereka sekeluarga makan selama tiga bulan.

Setelah membersihkan tangan dan wajahnya di pinggir sungai, Ji An merangkak masuk ke dalam tenda kecilnya untuk tidur.

Di luar terdengar suara kayu yang berderak-derak dilalap api. Serta suara serangga malam yang sudah mulai terbiasa ia dengar.

Tak lama kemudian akhirnya semua suara itu diredam oleh suara hujan yang turun cukup deras.

Ji An melanjutkan perjalanannya sejak hari mulai terang. Ia beruntung hujan semalam hanya bertahan sebentar saja. Kalau tidak, hari ini ia hanya akan tinggal di dalam tenda saja.

Tangan kirinya memegang sebuah kertas yang sudah lecek yang sesekali dilihatnya saat menemukan tanaman yang dirasa mirip dengan gambar di kertas.

Namun tidak satu pun yang benar-benar sesuai dengan gambar. Ia mendesah pelan. Apakah harus menyerah saja dan kembali ke desa? Timbangnya.

Matahari sudah berada tepat di atas kepala.

Ji An berhenti untuk beristirahat di bawah sebuah pohon besar dengan cabangnya yang lebat menghalangi terik matahari.

Dilepaskannya kantong air yang terikat di sabuknya dan minum beberapa teguk dari sana lalu disimpannya kembali. Cukup beruntung tadi ia mendapatkan buah-buahan liar yang kini menjadi makan siangnya.

Ji An bersandar di pohon dengan kepala sedikit mendongak ke atas. Menutup matanya berharap bisa tidur siang sebentar.

Dari jauh terdengar suara gemerisik dedaunan. Matanya kembali membuka. Sekelebat bayangan putih lewat di antara pepohonan.

Apa yang baru saja lewat adalah binatang?

Namun ia tidak berani untuk mengamati lebih dekat. Ji An cepat-cepat bersembunyi di balik pohon, takut-takut sekelebat bayangan putih yang lewat itu kembali.

Sesekali ia mengintip dan mengawasi sekitarnya. Setelah beberapa lama menunggu, tidak terjadi apa-apa, tidak ada tanda-tanda apapun yang lewat tadi kembali, ketegangannya pun sedikit mereda.

Akhirnya gadis itu memutuskan untuk berpikir bahwa itu mungkin hanya tupai atau hewan sejenisnya.

Ji An memutuskan mengakhiri istirahat siangnya lalu membereskan barang-barangnya. Kantuknya sudah hilang sejak tadi.

Kegelapan malam datang, namun kali ini lebih gelap dari malam-malam kemarin. Ji An menyadari hari ini adalah hari bulan baru.

Sepintas teringat dengan nasihat para orangtua di desa tentang malam tanpa bulan di dalam hutan.

Sebenarnya, Ji An tidak terlalu memikirkan hal-hal seperti seperti itu. Namun berjalan di kegelapan seperti ini memang bukan ide yang bagus.

Ia memutuskan untuk mendirikan tenda di bawah sebuah pohon dedalu besar yang tebal batangnya sekitar tujuh kaki dengan ranting-rantingnya yang menjuntai membentuk tirai alami yang hampir mencapai permukaan tanah.

Tempat yang sangat baik untuk menyembunyikan dirinya dari binatang buas maupun dari para bandit gunung yang konon banyak berkeliaran di area hutan.

Malam ini hutan juga tampak lebih sunyi. Entah kemana perginya para serangga maupun binatang yang biasanya menginterupsi kesunyian malam hari di hutan.

Ketenangan saat ini terasa mencekam.

Ji An memasukkan beberapa ranting ke dalam api. Setelah cukup makan, ia merangkak masuk ke dalam tendanya seperti biasa, berharap bisa melalui malam ini dengan aman.

Suara berisik dari atas pohon membangunkannya. Ia membuka mata, menajamkan telinganya. Menebak-nebak apa yang sedang terjadi di atas sana.

Ia mendengar suara gemerisik dari dedaunan terus menerus. Suara samar-samar kaki yang menapak di dahan di atasnya.

Tapi bagaimana mungkin orang biasa bisa dengan mudah naik ke atas pohon setinggi itu, di malam dengan kegelapan yang pekat seperti saat ini?

Sekejap suara-suara gemerisik itu berhenti, disusul dengan suara raungan yang melengking. Sontak membuat Ji An bergidik ngeri, ia refleks menutup telinganya, melengkungkan tubuhnya.

Namun suara itu tidak lama kemudian menghilang.

Sebenarnya makhluk apa yang mengeluarkan raungan seperti itu? Mungkinkah itu suara beruang? Namun ia belum pernah sekalipun mendengar mengenai keberadaan beruang di hutan itu.

Lalu bagaimana menjelaskan ketenangan yang datang setelah jeritan mengerikan itu? Apakah makhluk apapun yang bersuara itu tadi masih di atas sana?

Tidak mungkin! Karena suara apapun tidak terdengar lagi.

Berbagai pikiran segera menghinggapi di sela-sela ketakutannya.

Ia menelan ludahnya, berpikir bahwa sepertinya ia sudah salah memilih tempat ini untuk beristirahat. Setelah banyak berpikir, ia memutuskan tetap bertahan di dalam tenda kecilnya.

Bagaimanapun, berpindah tempat saat ini bukan ide yang bagus. Mungkin saja makhluk apapun tadi belum menyadari keberadaannya di bawah sana. Akan lebih aman baginya tetap di sana.

Ia meringkuk di sudut tenda mengecilkan tubuhnya, bahkan bernapas pun dilakukannya dengan sangat pelan. Takut sesuatu yang ada di atas sana menyadari kehadirannya.

Beruntung api yang dinyalakannya tadi sudah padam sepenuhnya.

Di luar, sesuatu telah terjatuh dengan ringan dari atas pohon dedalu, sama sekali tidak menimbulkan suara.

Itu sebenarnya terlihat seperti potongan kecil akar dari sebuah pohon. 'Potongan akar' itu menggeliat sebentar di tanah, kemudian terdiam.

Setelah terdiam singkat, seolah telah menemukan sesuatu, dengan sisa-sisa kekuatannya ia perlahan merayap menuju ke suatu tempat di balik tirai dedalu yang menjuntai...

Catatan Penulis:

Halo!

Sedikit latar belakang.

Cerita ini awalnya sudah mulai sy kerjakan 2 tahun yang lalu. Namun saat itu stuck begitu saja, kekurangan referensi, ide dan sebagainya. Akhirnya di akhir tahun ini sy buka kembali dan perbaiki di sana sini, dan akhirnya bisa sampai ke platform GN.

Kali ini sy bertekad akan melanjutkan kisah ini sampai akhir!

Mohon kritik dan saran yang membangun ya teman2 🫰

Terima Kasih!

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Walang Komento
44 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status