Bab Utama : 2/2 Selesai. Bab Bonus Gems : 3/3 Selesai. Bab Extra Author : 1/1 Selesai. Bab ini merupakan bab terakhir hari ini kecuali jumlah gems tercapai ...
Angin malam mengalir pelan di sekitar Penginapan Awan Putih, membelai daun-daun spiritual yang menggantung dari pepohonan qi berusia ribuan tahun. Bangunan tempat Kevin dan Valkyrie menginap itu terbuat dari batu giok putih dan kayu langit, memancarkan cahaya lembut yang menghalau kegelapan malam. Tapi malam ini... ada sesuatu yang tidak bisa dihalau.Kamar itu sunyi, hanya diisi oleh denting halus energi spiritual yang bergetar dari segel qi berbentuk lingkaran di tengah ruangan. Di dalam formasi pelindung itu, Kevin duduk bersila dengan tubuh tegap namun tenang. Aura ungu samar membungkus tubuhnya, seperti kabut malam yang tenang namun menyimpan badai.Formasi pelindungnya memantulkan sinar biru keperakan yang lembut, mengalir seperti gelombang di permukaan air, melingkupi tubuhnya dari segala arah. Tiga pil spiritual mengambang di hadapannya—masing-masing memancarkan aura yang kontras namun harmonis.Aroma pahit dari akar Immortalis menusuk tajam ke hidung, menyisakan rasa getir yan
Aula utama Sekte Dewa Iblis tersembunyi di kedalaman Perfektur Umbra Vallis, jauh di bawah fondasi Kota Dewa yang gemerlap. Tak ada cahaya lentera spiritual yang mampu menjangkau tempat ini. Bahkan doa-doa para pendeta suci pun seolah mati sebelum mencapai bebatuan dinding yang menolak semua bentuk harapan. Lorong menuju tempat ini sempit dan berliku, dibentuk dari obsidian hitam yang memantulkan bayangan aneh setiap kali langkah kaki menyentuh lantainya. Suara tapak terdengar seperti bisikan hantu yang bergema lembut di sepanjang lorong—menyambut, atau memperingatkan.Udara di dalamnya dingin namun padat. Aroma besi tua seperti darah berkarat bercampur dengan bau dupa roh yang menyengat menusuk hidung, seolah waktu di sini bukan hanya membeku, tapi membusuk. Setiap napas terasa seperti menghirup sisa-sisa penderitaan jiwa yang pernah dikorbankan.Langit-langit aula menjulang tinggi, tertutup bayangan berat. Di atasnya, ukiran-ukiran kuno melingkar dalam pola rumit yang nyaris mustahil
Malam bergerak perlahan di atas Kota Dewa.Langit yang biasanya memancarkan cahaya spiritual lembut kini dilapisi gumpalan awan putih keabu-abuan, bergerak perlahan seperti tirai raksasa yang hendak menutupi rahasia dunia. Udara terasa lebih berat dari biasanya, seperti menyimpan napas panjang sebelum badai. Dari kejauhan, menara-menara kristal Kota Dewa masih memantulkan kilau suci, namun... sesuatu telah berubah.Di sisi timur laut kota, Penginapan Awan Putih tempat Kevin dan Valkyrie menginap sekarang, berdiri dalam kesunyian murni. Dinding-dinding putihnya memantulkan cahaya qi lembut dari lentera spiritual, namun keheningan di sekitarnya begitu dalam hingga detak jantung pun terdengar jelas.Aura halus mengalir di udara—bukan aura musuh, tapi... pengawasan. Tak kasat mata, tapi nyata. Seperti mata yang tak terlihat, menatap dari balik kabut.Di dalam penginapan, Valkyrie berdiri di balkon lantai atas, memandangi langit yang menghitam.“Langit malam ini ... seolah tahu ada yang dis
Tatapan Inspektur Jenderal Caelestis semakin menusuk. Mata keemasannya—yang bersinar lembut tadi—kini tampak seperti dua bilah pedang surgawi yang menguliti lapisan terdalam jiwa. Tak ada emosi di wajahnya, namun aura tekanan dari pria itu membuat lantai giok seolah menegang di bawah kaki.“Kekuasaan ... Perlindungan ... Dan tempat di antara mereka yang membentuk arah dunia.”Suaranya tenang, nyaris seperti bisikan ilahi, namun memantul di seluruh Balairung Langit seperti denting senjata suci. Ia mengangkat satu tangan perlahan, menunjuk ke barisan lima Konsul Jenderal yang duduk dalam keheningan seperti arca dewa.“Kau telah melihat dunia dari pinggiran dan inti kehancuran, Kevin Drakenis. Tapi aku menawarimu lebih dari itu ... kesempatan untuk tidak hanya bertahan dalam dunia ini, tetapi mengubahnya.”Kevin berdiri diam. Di sampingnya, Valkyrie mencuri pandang, menoleh sejenak—mencari tanda keputusan dari rekan yang telah ia lindungi dengan nyawa.Namun Kevin tetap bungkam. Matanya m
Udara di dalam Balairung Langit terasa berbeda dari tempat mana pun yang pernah Kevin masuki—terlalu hening untuk disebut damai, terlalu megah untuk disebut biasa. Setiap langkah menggaungkan gema samar di atas lantai giok putih yang mengilat seperti salju abadi. Di atas sana, dinding dan langit-langit berlapis qi murni terus menampilkan ilusi langit malam: bintang-bintang bergerak, galaksi berputar pelan, dan rasi bintang bersinar layaknya mata dewa-dewa yang diam mengawasi.Di ujung ruangan megah itu, berdiri takhta bersayap cahaya. Dan di atasnya ...Duduklah Inspektur Jenderal Arkham Caelestis.Sosoknya nyaris tidak nyata.Jubah putih keperakan yang dikenakannya tampak seperti dijahit dari kabut surgawi dan sinar fajar. Setiap kali ia menggerakkan lengan atau sekadar bernapas, jubah itu memancarkan kilau lembut seperti riak cahaya di permukaan danau spiritual. Rambutnya panjang, lurus, dan memantulkan cahaya bagaikan untaian benang perak surgawi yang hidup. Kulitnya—halus, pucat, d
Langit Kota Dewa memudar ke nuansa jingga keemasan, seperti lukisan langit yang ditoreh dengan kuas ilahi. Cahaya senja menyelimuti bangunan-bangunan putih tinggi yang menjulang bagaikan pilar surga, dan di tengahnya—dua sosok berjalan beriringan menyusuri jalan besar yang mengarah ke pusat Caelestis, jantung kekuasaan tertinggi para cultivator langit.Kevin dan Valkyrie melangkah dalam diam, namun kehadiran mereka menimbulkan riak tak terlihat di antara kerumunan. Para cultivator yang berlalu lalang di jalan besar mendadak melambat, lalu menghindar. Tak ada seruan. Tak ada perintah. Hanya naluri—naluri untuk tidak menghalangi jalan seseorang yang auranya terasa seperti jurang tanpa dasar.Aura Kevin saat ini tak lagi liar seperti sebelumnya. Ia bukan gelombang yang menghantam, melainkan kedalaman yang menarik semua perhatian—dingin, tenang, dan membungkam.“Mereka mengenalimu,” gumam Valkyrie sambil memiringkan sedikit wajahnya ke samping, rambut peraknya berkilau diterpa cahaya qi da