Beranda / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 306. Melawan Miriya dan Arven

Share

306. Melawan Miriya dan Arven

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-21 10:04:05
Langit di atas Distrik Caelestis menghitam perlahan. Bukan karena badai, bukan pula karena malam yang menjelang, melainkan oleh sesuatu yang jauh lebih berat—tekanan spiritual yang turun dari dimensi tinggi seperti palu ilahi yang tak kasat mata. Getarannya terasa di tulang, menindih jantung, membuat udara seolah lebih tebal dan sulit dihirup.

Aroma dupa suci yang biasa menenangkan jalan-jalan Kota Dewa kini lenyap, digantikan oleh bau ozon terbakar dan qi pembunuh yang merambat seperti racun ke seluruh penjuru distrik. Angin malam yang biasanya lembut kini menggigit, membawa bisikan samar dari roh-roh penjaga kota yang gelisah.

Di penginapan Awan Putih, cahaya formasi pelindung mulai berkedip tak stabil. Aura pertempuran membelah keharmonisan spiritual bangunan itu.

Para penduduk yang peka, terutama cultivator tingkat menengah ke atas, sudah menarik tirai spiritual, menyegel pintu dengan formasi mantra, dan membentengi diri mereka dalam ruang perlindungan qi. Tidak ada yang berani kel
Zhu Phi

Bab Utama : 1/3. Bab pertama hari ini ... selamat menikmati weekend, sobat readers :) Bab Bonus Gems : 0/3. Bab Extra Author : 0/1. Bab Extra Author sebelumnya : 1/8.

| 2
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   527. Akhir Kevin Drakenis

    Felix mengepalkan telapak tangannya perlahan. Ratusan tombak emas-merah yang menggantung di langit mendadak bergetar, lalu meledak menjadi serpihan cahaya. Partikel itu jatuh bagaikan hujan bintang sebelum akhirnya lenyap ditelan udara. Axel pun menarik kabut hitamnya, gulungan kegelapan itu kembali ke kehampaan seperti air ditelan pasir. Larxene menghentikan tarian wajahnya; ratusan ilusi yang mengelilingi medan perang berderak, retak seperti kaca, lalu hancur menjadi debu.Kini mereka bertiga berdiri sejajar, langkah mantap, bahu tegak. Dari kejauhan, pemandangan itu bukanlah tiga manusia—melainkan tiga gunung raksasa yang berdiri untuk menutupi matahari. Seolah semua serangan pembuka tadi hanyalah salam hangat… sebelum pesta pembantaian sesungguhnya dimulai.Di sisi lain, Kevin berdiri terengah, napasnya membakar paru-paru seperti api, namun sekaligus menusuk dingin hingga ke tulang. Tubuhnya bergetar bukan karena takut, melainkan karena qi-nya terus terbakar, dipaksa melawan batas

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   526. Tiga Serangan Mematikan

    Felix mengangkat tangannya, lalu menekankan telapak itu ke udara seolah menekan lapisan tak kasat mata yang memisahkan dunia ini dengan kekosongan di baliknya.Dalam sekejap, udara bergolak. Ruang di langit terbelah, dan dari celah itu lahirlah ribuan tombak emas-merah—muncul begitu saja dari kehampaan, berkilauan seperti hujan meteor yang dibekukan di tengah waktu. Cahaya dari ujungnya memantul liar, mengiris awan dan memantulkan bayangan panjang ke tanah.Tombak-tombak itu melayang dalam keheningan yang mencekam, ujungnya bergetar halus, seperti binatang buas yang menahan diri sebelum menerkam. Lalu—tanpa aba-aba, tanpa teriakan perang—semuanya jatuh sekaligus.Udara meraung. Suara angin yang disobek berubah menjadi jeritan tajam, menyayat telinga. Satu per satu tombak menghantam tanah dengan kekuatan yang cukup untuk mengguncang tanah terlarang. Getarannya menjalar ke kaki setiap orang, membuat lutut bergetar dan gigi bergemeretak. Setiap hantaman menciptakan kawah menganga, mengha

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   525. Bahayanya Tiga Neraka

    Langit di atas Tanah Terlarang tampak pecah. Bukan hanya kilatan petir yang memecah awan, bukan hanya amukan badai yang mengamuk di ketinggian, melainkan tekanan kekuatan yang begitu besar hingga udara bergemuruh kencang.Di tengah segala kekacauan itu, Felix berdiri tegak. Lidah-lidah api menjalar liar, meliuk seperti naga lapar yang memburu mangsa. Setiap tarikan napasnya menghembuskan gelombang panas membara yang merambat di tanah, memecahkan tanah terlarang menjadi retakan kering, meninggalkan jejak hangus menghitam.Di sisi kanannya, Axel menundukkan wajah… atau lebih tepatnya, kekosongan di tempat wajah itu seharusnya berada. Dari celah kosong itu, kabut hitam merembes keluar, berputar perlahan seperti pusaran tinta di dalam air. Bentuk-bentuk samar mulai terbentuk di dalamnya—kadang menjelma menjadi tangan kurus yang meraih, kadang mata yang terbuka penuh, kadang mulut menganga yang bergerak tanpa suara. Namun jika telinga cukup peka, akan terdengar bisikan-bisikan berlapis, be

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   524. Tiga Langit dan Tiga Neraka

    Larxene berdiri anggun di sisi Axel, bibirnya melengkung membentuk senyum manis yang tak sepenuhnya menutupi aura mematikan di baliknya. Sorot mata birunya menyapu medan perang dengan perlahan—tajam, penuh penilaian. Angin dingin yang lewat mengibarkan helaian rambut pirangnya, namun tatapannya tetap tenang, penuh rasa puas.“Kami akan membantumu melenyapkan Iblis Pembantai Cultivator ini...” ucapnya, nada suaranya bagai bisikan madu yang diselipi racun.Kevin menatapnya tajam, rahangnya mengeras. “Iblis wanita di balik wajah dewi yang cantik...” ia menghela napas singkat, suaranya bergetar oleh amarah yang tertahan, “sayang sekali, aku juga harus melenyapkanmu! Semua antek Tian Long harus hilang dari dunia ini!”Tawa pendek Larxene terdengar, namun Axel yang berdiri di sebelahnya malah menyipitkan mata. “Kau hanya semut kecil, Kevin Drakenis,” katanya dingin, suaranya berat seperti besi yang digores batu. “Berpura-pura menjadi Arkantra Drago tak akan menolongmu... dia jauh lebih kuat

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   523. Munculnya Axel dan Larxene

    Suara berat, datar, dan tanpa sedikit pun emosi menggema di udara.“Pertarungan ini… terlalu tak adil. Izinkan kami… mengimbanginya.”Nada itu bukan sekadar terdengar, melainkan terasa—seperti getaran yang merambat di tulang. Dari celah retakan dimensi di belakang Felix, cahaya dan kegelapan bercampur, berputar seperti pusaran kosmik. Perlahan, seorang sosok berkerudung melangkah keluar. Tidak ada wajah di balik tudungnya, hanya kehampaan hitam pekat yang menelan cahaya di sekitarnya. Begitu ia menapakkan kaki, waktu di sekitar mereka melambat; suara pertempuran yang tadinya memekakkan telinga mendadak redup menjadi gumaman jauh. Warna-warna memudar, meninggalkan dunia dalam gradasi abu-abu.Axel Gods – Dewa Tanpa Wajah.Sebelum aura asing itu benar-benar menghilang dari kesadaran Kevin, sebuah suara tawa lirih merayap masuk—halus, namun mengandung sesuatu yang membuat bulu kuduk berdiri. Tawa itu bukan sekadar bunyi... ia merayap ke dalam telinga seperti desis seekor ular, melingkari

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   522. Kevin vs Felix

    Ledakan pertama mengguncang Desa Langit. Tanah bergetar seperti gempa, atap-atap rumah meloncat dari tempatnya, dan deru teriakan ribuan pasukan sekte kecil memecah udara. Pedang, tombak, panah spiritual, dan mantra terbang memenuhi langit seperti hujan meteor.Kevin hanya sempat menoleh sekali pada Valkyrie, Celestine, dan Kurozan. “Jangan mundur.”Felix melangkah maju, setiap tapak kakinya membuat tanah merekah, memancarkan semburan cahaya emas dari kekuatan dewa dan bayangan hitam pekat dari kekuatan iblis. Dua arus ini tidak saling menolak—mereka berputar melingkar, berpadu seperti yin dan yang, menciptakan aura yang menelan segalanya.“Kekuatan murni dewa membakar roh,” kata Felix tenang, matanya berkilat emas. “Kekuatan iblis menggerogoti jiwa,” lanjutnya, merah darah kini menyala di pupilnya. “Dan aku… punya keduanya.”Ia mengangkat tangannya. Sepuluh Tombak Surga-Neraka tercipta dari pusaran cahaya emas dan kabut hitam, masing-masing berdenyut seperti jantung hidup. Felix men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status