Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 362. Munculnya Lima Dewa Iblis

Share

362. Munculnya Lima Dewa Iblis

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-06-29 20:01:44
Langit di atas Kota Hantu seakan dilanda murka para leluhur. Warna senja yang tadinya sempat merekah perlahan lenyap, ditelan awan gelap yang menggulung dalam pusaran ungu violet dan kelabu yang seakan-akan membentuk mata surgawi, mengintai dari atas dengan tatapan dingin dan penuh penghakiman. Bukan mata kasih sayang—melainkan mata yang menyaksikan permulaan dari kehancuran.

Kabut mulai turun seperti tirai abadi yang tak bisa disibakkan. Namun ini bukan kabut biasa. Kabut ini bernapas. Dingin dan busuk seperti napas makhluk yang sudah lama mati—penuh kutukan, penuh racun dari sejarah yang ingin dilupakan.

Udara berubah.

Menjadi kering. Kasar. Setiap hela nafas seperti menelan jarum-jarum tipis. Partikel di udara mengandung sesuatu yang... salah. Batu-batu jalan bergetar, bukan karena gempa, tapi karena resonansi kutukan lama yang hidup kembali. Dari celah-celah tanah, embun hitam merayap naik—lalu membeku menjadi kristal kelam. Mereka bersinar redup seperti pecahan jiwa yang tak tenan
Zhu Phi

Bab Utama : 3/3 Selesai. Bab Bonus Gems : 0/2. Author ada kesibukan hari ini jadi Bab Extra Author diakumulasikan jadi 6 Bab Ya ... mohon bersabar untuk perilisannya.

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   543. Akhir Pertempuran Dewa dan Iblis

    Langit di atas Desa Langit semakin suram. Celah-celah hitam terbuka, memuntahkan kilatan putih menyilaukan seolah surga dan neraka sedang bertarung memperebutkan tanah kecil itu.Di bawah bayangan langit yang koyak, Desa Langit tak lagi terlihat seperti desa. Rumah-rumah kayu hancur jadi puing, sawah-sawah terbakar hingga tinggal arang. Bau asap, besi darah, dan daging hangus bercampur jadi udara yang nyaris tak bisa dihirup.Namun di antara reruntuhan itu, pasukan Paviliun Dracarys masih berdiri—cultivator Ranah Inti Emas hingga Integrasi Tubuh, membentuk barisan terakhir yang menghalangi gelombang dewa-iblis.Pasukan lainnya sudah gugur oleh kehebatan pasukan Kaisar Tanah Terlarang yang telah disihir oleh Axel menjadi pasukan yang sangat kuat.Ledakan demi ledakan mengguncang desa. Tubuh-tubuh para cultivator meledak di udara, organ berserakan di tanah. Tanah yang dulunya hijau kini menjadi sungai merah.Di tengah lautan darah itu berdiri Claudia Xander.Gaunnya yang dulu anggun kin

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   542. Pertempuran Berdarah - V

    Langit sepertinya bukan lagi milik manusia. Bintang-bintang menghilang, bulan tertelan kabut, dan udara bergetar oleh benturan energi yang terlalu besar untuk ditanggung dunia spiritual Tanah Terlarang Dewa dan Iblis.Di atas lautan darah yang penuh mayat mengapung, dua sosok bertarung—Helena Caraxis dan Axel Gods. Bukan sekadar duel, melainkan tabrakan dua kekuatan yang sanggup merobek kenyataan itu sendiri.Helena, tubuhnya berlumuran darah segar bercampur noda kering yang membeku di kulit. Nafasnya berat, namun tatapannya menyala, penuh api pemberontakan. Rambut hitamnya berkibar liar, menyatu dengan kilatan petir yang membungkus seluruh tubuhnya. Di tangannya, Stormfang Saber bergetar ganas, memuntahkan kilatan biru keunguan yang menyalak seperti kawanan serigala lapar.Setiap ayunan pedang itu melahirkan badai. Setiap tebasannya mencabik udara, menciptakan retakan di langit, menggelegar bagai ribuan guntur jatuh bersamaan.Sementara di hadapannya, Axel—sosok berkerudung tanpa w

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   541. Pertempuran Berdarah - IV

    Desa Langit yang tanahnya dulu subur kini menjelma kuburan terbuka. Pohon-pohon terbakar, gunung yang pernah menjulang kini runtuh menjadi tumpukan batu hitam berasap. Sungai yang dulu jernih berkilau berubah menjadi aliran merah pekat, penuh potongan tubuh hanyut terbawa arus—lengan tanpa tubuh, kepala tanpa mata, dan tulang-tulang retak yang menabrak satu sama lain. Bau darah bercampur daging gosong menyesakkan dada, sementara raungan manusia dan ledakan jurus menggema, menelan nyawa setiap detik.Pasukan dari Paviliun Dracarys, Klan Iblis Semesta, Sekte Racun Iblis Utama, hingga Organisasi Bayangan Iblis terus bertempur mati-matian. Mereka melawan lautan pasukan sekte-sekte kecil yang diperkuat berkah gila dari Axel dan Larxene. Tidak ada garis depan, tidak ada formasi—hanya bentrokan brutal, darah, dan teriakan.Langkah kaki prajurit menimbulkan bunyi plok-plok seperti lumpur, tapi semua tahu itu bukan tanah basah—itu darah, setinggi mata kaki, yang menelan setiap pijakan.—Seorang

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   540. Ravena vs Larxene - II

    Ledakan demi ledakan mengguncang medan perang tanpa henti. Tanah berguncang seperti hendak runtuh, bebatuan bergetar, dan udara penuh dengan retakan suara yang menusuk telinga. Setiap kali Ravena mengangkat tangannya, badai es keluar seperti tsunami beku. Dalam sekejap, ratusan bahkan ribuan pasukan musuh kehilangan nyawa—mereka membeku di tempat, mata membelalak, tubuh kaku. Lalu, suara krek-krek-krek! memenuhi udara saat tubuh-tubuh itu pecah menjadi serpihan tajam, beterbangan bagai pecahan kaca berkilauan.Di sisi lain, setiap kali Larxene tertawa, kabut hitam menggulung deras. Dari dalamnya muncul wajah-wajah ilusi, tak terhitung jumlahnya, menari dengan gerakan yang mustahil dimiliki manusia. Ada yang tersenyum manis, ada yang meratap, ada yang menjerit—semua serentak. Wajah-wajah itu menyerang bagai badai setan: mengiris daging, menjerat leher, memenggal kepala. Dan yang paling mengerikan… senyum mereka tak pernah hilang.Langit yang semula kelam kini benar-benar lenyap. Kabut

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   539. Ravena vs Larxene

    Kabut hitam itu merayap di medan perang seperti makhluk hidup. Ia tidak hanya menutupi pandangan, tetapi menyusup ke pori-pori, membuat paru-paru pasukan terasa penuh jelaga. Dari dalam kabut, bayangan-bayangan tipis memanjang, mirip ribuan tangan tak kasat mata yang meraih tubuh para korban, menyeret mereka ke dalam kegelapan.Tawa Larxene langsung pecah. Pertama satu suara. Lalu menjadi sepuluh. Sepuluh berlipat menjadi seratus. Seratus pecah menjadi ribuan, hingga seakan-akan seluruh medan perang menertawakan dirinya sendiri.Suara itu bukan sekadar tawa—ia menusuk gendang telinga, bergetar di tulang, merayap ke otak. Para cultivator lemah memekik, darah mengalir dari telinga mereka, beberapa jatuh tersungkur sambil mencakar kepala sendiri, seolah ingin mencabut suara itu dari dalam batok kepala.“Lihatlah, Ravena Xenagon…” suara Larxene bergema dari segala arah—dari bawah tanah, dari atas langit, dari setiap mulut ilusi yang bermunculan. Ribuan wajahnya menatap Ravena s

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   538. Menghancurkan Waktu

    Tanah Terlarang di sekitar mereka sudah tak bisa lagi disebut tanah—ia hanyalah kawah darah dan debu bercampur kilat. Ribuan mayat terbakar menjadi abu, yang tersisa hanyalah jeritan-jeritan pendek dari pasukan sekte kecil yang terlalu bodoh untuk mendekat.Helena melangkah maju lagi, Stormfang Saber memancarkan cahaya menyilaukan, seolah menarik petir dari setiap sudut langit. Di tangannya, pedang itu tak lagi sekadar senjata, melainkan penyalur kehendak untuk melawan waktu itu sendiri.Axel tetap berdiri tenang, tubuh berkerudungnya memancarkan aura kehampaan. Retakan-retakan waktu berputar di sekelilingnya, seperti pecahan kaca yang berkilau. Dari dalam pecahan itu, muncul bayangan Helena dalam ribuan versi—ada yang masih remaja, ada yang tua renta, ada pula mayatnya yang sudah membusuk. Semua versi itu menatap Helena dengan dingin.“Semua garis waktu menunjukkan akhirmu sama,” suara berat tanpa nada menggema. “Kematian.”Helena mendesis, menahan guncangan mental yang menghantam dir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status