Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 393. Melawan Ghost Dragon

Share

393. Melawan Ghost Dragon

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-07-05 13:38:36
Gurun Kegelapan kini tak lagi sunyi. Angin membara melolong kencang, mengangkat debu dan abu seperti kelambu neraka yang menggulung ke langit. Langkah kaki Ghost Dragon mengguncang dasar dunia, menumbangkan kerangka-kerangka kuno yang terkubur selama ribuan tahun. Langkahnya adalah dentuman bencana, dan tatapannya membawa kematian.

Tubuh naga itu menjulang seperti gunung hidup, dibentuk dari tulang belulang dan energi arwah yang tersesat. Sayapnya tak terbuat dari daging, melainkan kabut dan bara api spiritual yang terus menyala. Nafasnya menyemburkan racun dan api hitam yang bisa melelehkan waktu dan ruang.

Valkyrie melompat mundur, tubuhnya terguling di pasir hangus. Tombak Langit menggetar hebat di tangannya—senjata itu mengeluarkan suara lirih seolah menangis, menyadari kekuatan lawan mereka bukan sekadar binatang, tapi makhluk surgawi yang gagal menjadi dewa dan terkutuk selamanya.

Kevin berdiri tak jauh dari situ, matanya menyala menyala, pupilnya menajam seperti mata binatang bu
Zhu Phi

Bab Utama : 2/3. Kevin Drakenis baru menyadar.i kalau ia memang bisa bberubah wujud menjadi naga dari keturunan Drakenis selain tentu saja ilmu perubahan wujud yang diajarkan Guru Dewa dan Iblis saat ia berada di Kuburan Kuno.

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   470. Bayangan Spiritual Angin

    Kegelapan menelan segalanya di Ruang Bawah Tanah.Tak ada cahaya, tak ada waktu. Hanya deru angin berputar seperti bisikan kutukan, dan di tengahnya, tawa lirih—renyah, namun menyesakkan.Ravena terhempas ke lantai batu yang dingin dan retak. Di sekelilingnya, cermin-cermin kuno pecah berserakan, mencerminkan kilatan cahaya dari kabut beracun yang menyelimuti ruangan. Asap tipis berwarna hijau keunguan merayap, membekukan tanah yang disentuhnya. Nafasnya memburu, uap putih keluar dari bibirnya yang membiru karena suhu yang turun drastis.Tubuhnya gemetar, tapi bukan karena takut—melainkan karena sesuatu di dalam dirinya bangkit, sesuatu yang selama ini ia kubur dalam-dalam. Aura gelap mulai merembes dari kulitnya, membentuk garis-garis hitam berdenyut di lengan dan lehernya. Matanya, yang biasanya bening seperti embun pagi, kini bersinar dengan warna biru pekat yang mengancam.“Bangun, Ravena…” Suara itu datang lagi—halus, seperti desahan angin musim dingin yang merayap ke dalam tulan

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   469. Bayangan Spiritual Petir

    Langkah-langkah Helena menggema lirih saat ia memasuki ruang berbentuk persegi, namun setiap gema terasa seperti detik-detik yang berdetak menuju kehancuran. Lantai logam di bawahnya berkilauan redup, dialiri aliran listrik samar berwarna biru, berdenyut seolah menunggu jantung pertempuran berdentum. Udara di sekelilingnya tegang dan bermuatan, seperti sebelum badai dahsyat meledak. Rambut cokelat gelapnya menari tertiup angin tak kasat mata, dan aroma logam serta ozon memenuhi paru-parunya.Langit-langit ruangan tidak solid. Ia seperti membran hidup, tempat kilatan petir sesekali meloncat dengan bunyi SRAAAAK!, memantul dari satu sisi ke sisi lain, meninggalkan jejak kilau di pupil mata Helena.Lalu... dia muncul.Dari gumpalan petir yang terpilin seperti simpul langit, terbentuklah Bayangan Petir Cindy—manifestasi energi murni yang menyerupai tubuh manusia, namun tak lebih dari aliran listrik yang menjalin bentuknya. Tubuhnya mendesis, memijar, dan matanya—jika bisa disebut begitu—h

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   468. Bayangan Spiritual Api

    Menara Racun, kini bukan sekadar struktur tua yang menyimpan sejarah kelam. Ia telah berubah menjadi semacam makhluk sadar—bernapas, merasakan, dan... menghakimi. Kabut beracun yang menggulung di udara tak lagi terasa seperti uap mati, melainkan seperti nafas panas yang berdenyut perlahan, seirama dengan detak jantung ruang itu sendiri. Dinding-dindingnya mengerang pelan, seperti menyimpan nyawa yang pernah terkunci di dalamnya.Claudia berdiri diam di tengah ruangan berbentuk oktagon yang dikelilingi cermin dan panel kristal. Matanya, yang keperakan dan tajam seperti bilah obsidian, menatap dalam ke pusaran kabut ungu yang kian mengental. Tangannya perlahan bergerak, menyentuh gagang pedang yang masih tersarung di pinggangnya. Udara mulai terasa berat dan panas, seperti ruang itu sedang memanas dari dalam perut bumi.Kemudian... getaran.Kristal di dinding mulai bergetar perlahan, mengeluarkan suara samar seperti napas naga yang menahan amarahnya terlalu lama. Gelombang panas mendesi

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   467. Menara Racun

    Derit lirih terdengar dari engsel pintu berukir kepala ular saat pintu menara itu terbuka perlahan, seperti menyambut tamu-tamu yang telah ditunggu-tunggu sejak lama. Kabut tipis berwarna ungu menyelinap keluar bersama bau menyengat—campuran logam karat dan rempah membusuk—yang menusuk langsung ke pangkal hidung Helena. Ia terbatuk ringan, lalu menutup hidungnya dengan kain kecil yang disiapkan sejak awal agar racun tidak terhirup.Helena melangkah pelan memasuki Menara Racun. Matanya menyapu seluruh ruang, waspada. Dinding-dinding menara menjulang tinggi dan dipenuhi ukiran rumit berupa ular melilit batang-batang bunga berbisa... nightshade, belladonna, dan moonblossom hitam. Api berwarna ungu menyala di obor-obor yang tergantung melayang tanpa kait, meliuk lembut seperti tarian roh dalam kabut racun.Beberapa detik kemudian, suara langkah cepat menyusul dari belakang. Claudia muncul, mengenakan mantel panjang berwarna kelabu dengan simbol pelindung racun menyala samar di bahunya. Ta

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   466. Mengejar Cindy Aleta

    Kabut hitam bergulung bagaikan makhluk hidup yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya, melingkupi langit Centralpolis dengan ancaman yang membisu. Kabut itu tidak hanya menyelimuti kota, tapi juga menyusup ke relung terdalam ketakutan dan rahasia yang dikubur bertahun-tahun. Suasana menjadi pekat dan nyaris mencekik.Langit di atas Distrik Belakang juga tampak seperti luka lebam—penuh kabut kelabu yang menggantung, tak bergerak, seolah dunia menahan napas. Jalanan sempit dan berkelok seperti usus kota tua, dinding-dindingnya retak dan lembap, ditumbuhi jamur hijau pucat yang menyebarkan bau apek dan racun tanah.Di tengah suasana yang nyaris mati itu, Cindy Aleta melesat seperti bayangan hidup.Langkah-langkahnya nyaris tak bersuara di atas bebatuan yang licin oleh embun dan lendir. Nafasnya memburu, tak tersengal tapi penuh tekanan. Dadanya naik turun dalam irama yang tertata rapi, seperti seorang yang telah berlari seumur hidupnya. Rambut perak panjangnya terurai liar, menyapu

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   465. Ketahuan

    Balkon itu sunyi, terselimuti bayangan malam yang menggantung seperti kabut tak kasatmata. Di atas pagar batu pualam yang dingin, satu-satunya sumber cahaya hanyalah lentera spiritual yang menggantung redup, menyebarkan cahaya biru pucat yang berkedip samar tertiup angin. Cahaya itu memantulkan siluet dua sosok yang berdiri saling berhadapan: Cindy, dengan gaun hitam berenda yang mengikuti gerak tubuhnya seperti bayangan, dan Kael, pria dengan mata setajam senja terakhir sebelum badai.Cindy mendekat perlahan. Suara langkahnya nyaris tak terdengar, hanya desis lembut gaunnya yang bersentuhan dengan lantai batu. Jemarinya yang ramping terulur, menyentuh sisi wajah Kael—lembut namun penuh penilaian, seperti seorang pelukis yang baru saja menyentuh kanvas pertama kalinya.“Kau tampan,” bisiknya sambil mengamati wajahnya dari dekat. “Tapi... terlalu sempurna untuk sekadar bangsawan biasa.”Kael tak bergeming. Hanya seulas senyum kecil yang muncul di sudut bibirnya. Suaranya rendah, mengand

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status