Bab Utama : 3/3 Selesai. Bab Bonus Gems : 2/2 Selesai. Bab Extra Author Akumulasi : 11 Bab. Bab Bonus Gems merupakan bab terakhir hari ini ... selamat beristirahat.
Aurora Vanta meluncur perlahan seperti mimpi buruk yang tersesat di antara dunia. Kapal itu mengapung di atas permukaan laut yang berwarna sehitam tinta tumpah, menyusuri jalur kabut yang tak pernah diam. Di sekelilingnya, dunia seperti telah berhenti bernapas. Setiap helai kabut tampak hidup, menyentuh tubuh kapal dengan sentuhan dingin seperti jemari hantu yang menyelinap ke dalam tulang.Di buritan kapal, mesin spiritual tua menggeram lemah, seperti makhluk tua yang terengah-engah menuju ajal. Roda energi di bawah dek hanya memutar karena kehendak terakhir formasi pelindung yang kini berkerlip tak stabil—seolah sebuah lilin yang terancam padam oleh hembusan kematian.Langit di atas mereka berubah bentuk. Awan-awan menggulung liar, bukan hanya bergerak—melainkan menjulur ke bawah, seperti tangan langit yang ingin mencengkram kapal dan menyeretnya ke dasar dunia yang terkutuk. Dalam angin laut yang dingin dan asin itu, suara-suara muncul. Bukan dari burung atau makhluk hidup… tapi dar
Valkyrie berdiri tegap di atas pilar meriam utama Aurora Vanta, rambut peraknya berkibar liar ditiup badai. Tatapannya tajam bagaikan pedang, penuh keteguhan yang tak pernah goyah.“Arashi Cannon—Typhoon Mode!!”Tombaknya terangkat tinggi, berputar dengan kecepatan luar biasa hingga membentuk pusaran angin yang menggigit udara. Segel-segel surgawi muncul di sekelilingnya, menyala dengan warna biru es dan putih keperakan. Suara siulan angin berubah menjadi auman badai.Dalam sekejap, tembakan dilepaskan—gelombang tekanan angin raksasa yang berputar bagaikan topan surgawi meluncur ke depan, menembus kabut dan menghantam salah satu Leviathan dengan kekuatan yang bisa merobek dimensi.Makhluk laut itu—dengan tubuh sebesar pulau kecil—terlempar dari permukaan laut, melambung ke udara seperti batu ringan, sebelum jatuh kembali dengan suara BLAAARRGHH!! yang membuat laut mendidih sesaat.Namun dari kedalaman, makhluk yang paling tua, paling besar, dan paling mematikan—Leviathan bertanduk kris
Air laut mendesis, dan kabut mengencang hingga menyulitkan napas. Kevin melompat ke sisi kapal tanpa ragu. Matanya bersinar terang, aura naga mengalir di sekujur tubuhnya seperti sungai api biru yang meletup dari dalam tulang.“Heaven’s Gaze!” gumamnya, dan pupilnya melebar, berubah menjadi lensa bercahaya dengan pola lingkaran pusaran naga surgawi.Dari balik kabut laut… sesuatu mulai terungkap. Tidak hanya satu. Tapi tiga.Makhluk-makhluk laut raksasa perlahan muncul dari kedalaman hitam kelam. Tubuh mereka mengambang seperti gunung bergerak, kulit mereka hitam legam bersisik, penuh luka spiritual yang masih menyala kehijauan. Seolah-olah tubuh mereka telah bertarung dalam perang kuno dan menang… berkali-kali.Tiga pasang mata hijau menyala dari kegelapan.“Monster Samudera…” desis Kevin. “Tidak. Bukan sekadar itu.”Salah satu dari mereka—yang terbesar—menyembulkan kepala dari air, menampakkan tanduk kristal berkilau di dahinya. Energinya menggetarkan langit. Aura itu tidak bisa disa
Langit memudar pelan, seolah matahari sendiri enggan menatap jalur yang akan ditempuh oleh dua pejuang yang tengah menyongsong nasib mereka. Awan-awan menggumpal seperti bayangan murka dewa-dewa kuno, membentuk jaring pekat di atas Samudera Kahyangan. Cahaya pun menyerah. Tak ada jingga senja, tak ada siluet keemasan. Hanya kelabu… dan diam yang menggeram.Kapal Spiritual Aurora Vanta meluncur dengan tenang, namun auranya tidak menipu siapa pun. Kapal itu bagaikan makhluk hidup kuno, bukan sekadar alat transportasi. Rangkanya tersusun dari tulang naga laut yang telah disucikan dengan darah 108 biksu spiritual. Setiap sendi kapal mengeluarkan dentingan halus, seolah berdialog dalam bahasa yang tak lagi dikenal manusia.Layar-layarnya bukan kain biasa, melainkan anyaman roh angin surgawi yang dijalin dengan benang perak roh penjaga laut. Saat angin bertiup, layar-layar itu mendesirkan bunyi—mirip nyanyian, mirip rintihan. Sulit dibedakan.Aurora Vanta menembus kabut seperti panah cahaya
Kevin tak langsung menjawab. Ia menunduk, menatap tangannya sendiri. Di sela jarinya, percikan energi hitam samar mulai muncul. Seperti luka yang belum benar-benar sembuh, kekuatan iblis dalam tubuhnya perlahan kembali memberontak.“Tanpa pil itu…” katanya pelan, suaranya seperti bisikan maut yang datang perlahan.“Tubuhku akan mulai kambuh lagi. Racun spiritual yang tersisa dari Racun Jiwa Raisa Aleta akan bangkit… Dan kalau itu terjadi…”Ia menatap Valkyrie, sorot matanya tak lagi ragu.“…bukan hanya aku yang akan musnah. Seluruh Tanah Terlarang bisa berubah menjadi lautan kematian.”Diam.Bahkan angin pun tak lagi berani menyentuh reruntuhan itu. Seolah dunia pun ikut menunduk, menyadari bahaya yang telah dibebaskan dari kedalaman.Valkyrie melangkah maju, mendekat, menatap Kevin dengan keyakinan penuh.“Kalau begitu… kita kejar dia. Kita ambil kembali pil itu sebelum dunia menyadari apa yang sedang bangkit.”Kevin menatap lurus ke arah timur, tempat kabut bergerak cepat… terlalu c
Valkyrie menegang. Aura di sekitarnya melonjak, pedangnya secara refleks berpindah ke tangan kanan.“Dewa Wajah Iblis…”Nama itu mengalir dari bibir Valkyrie seperti kutukan. Sementara Kevin berdiri diam—terlalu diam. Sorot matanya berubah. Bukan takut. Bukan marah. Tapi waspada, seperti seseorang yang tahu bahwa langit bisa runtuh kapan saja.Gadis itu melanjutkan dengan suara lirih...“Tuan Arkantra… sudah dikenal… di seluruh Tanah Terlarang ini. Semua yang selamat... kami percaya hanya Anda… yang bisa menghentikannya.”Langit bergemuruh. Awan kelabu seperti tersayat dari atas, seberkas cahaya putih menyusup, lalu menghilang dalam sekejap. Udara menjadi berat, seolah waktu sendiri mulai melambat.Kevin menatap tanah di bawah kakinya. “Demyxian…” katanya perlahan. “Salah satu dari Lima Dewa Seiryu… pengawal pribadi Tian Long.”Valkyrie mengepalkan tinjunya. “Itu berarti kita bukan sedang menghadapi pemburu warisan biasa. Tapi bagian dari sistem langit yang mulai bergerak sendiri.”Kev