Kembalinya Duchess Muda

Kembalinya Duchess Muda

Oleh:  Lovvellyty  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
63Bab
482Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Iris lavender itu menatap penuh kecewa. Hati yang sakit seolah diiris belati. Air mata berjatuhan sebagai upaya terakhir penolakan. Meski begitu, pemandangan di depan mata tak berubah sedikitpun. “Kenapa?” kata terakhir sebelum kelopak mata tertutup. Pengkhianatan. Tindakan tercela yang membuat orang-orang jatuh ke lembah penuh dendam. Sebagai orang yang pernah mengalaminya, Kalista tak meragukan kebencian yang diakibatkan oleh sebuah pengkhianatan. Kematian yang datang menjadi akhir. Pertanda dendam di hati tak dapat di balaskan. Namun tidak disangka, kesempatan kedua datang begitu saja. Membuat gejolak di dada terasa gelisah. “Pengkhianat?” “Mari kita lihat, siapa yang kali ini akan menang."

Lihat lebih banyak
Kembalinya Duchess Muda Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Lovvellyty
Silahkan follow author terlebih dahulu sebelum membaca.
2024-01-09 05:43:02
1
63 Bab
Bab 1a
(Prang!!) Suara benda pecah yang nyaring, serpihan beling yang bertebaran dan cangkir indah yang kehilangan kilaunya. Merah yang menetes, tak ubahnya bagai darah yang mendiami setiap jengkal tubuh manusia.Dua manusia saling menatap. Iris biru sedalam lautan, bertabrakan dengan lavender yang lembut. Satu berdiri sombong, dan yang lain terbaring di lantai yang dingin.Air mata berjatuhan menjadi saksi sebuah kekecewaan yang mendalam. Hati yang terluka menyimpan beribu emosi. Kemarahan, kebencian dan rasa tak percaya akibat pengkhianatan."Kenapa?" itu adalah kata terakhir yang terucap sebelum kelopak mata kehilangan kekuatannya.***Salju putih terlihat mendiami setiap panorama yang tampak oleh mata. Butiran dingin yang bertanggung jawab seolah tak menunjukan tanda-tanda untuk berhenti. Sebaliknya, benda itu semakin menunjukan eksistensinya, seiring berjalanya waktu.Di sebuah mansion besar, tampak selubung sihir yang menghalangi kepingan salju untuk turun di atasnya. Mengakibatkan ke
Baca selengkapnya
Bab 1b
“Tidak mungkin..” batin Kalista menatap takjub.Rambut hitam panjang yang halus, kulit seputih porselin, dan bibir merah alami. Dan yang paling menakjubkan dari itu semua adalah iris lavender yang indah namun penuh misteri. Di hadapanya, bayangan seorang gadis yang dibesarkan dengan baik balik menatapnya.“Mataku..” Kalista memegang kedua kelopak matanya tak percaya.Mata kirinya sebelumnya rusak karena menggunakan sihir terlarang. Untuk menghindari kecurigaan, Ia selalu menggunakan penutup mata.Meski kehilangan salah satu bagian terpenting dalam hidup, dia sama sekali tak menyesal. Karena goresan tersebut menunjukan rasa cintanya kepada orang itu. Ia sama sekali tidak menganggap kehilangan mata kirinya sebagai kecacatan. Justru sebaliknya, dia menghargai itu semua sebagai sebuah penghargaan.“Sungguh bodoh.” Kalista mencibir dirinya sendiri.Dia tak percaya ada seseorang yang sebodoh dirinya. Hanya karena sebuah kebaikan kecil, Ia rela mencurahkan semua cinta, kasih dan kebaikan ya
Baca selengkapnya
Bab 2a
"Dimana Kalista?" suara dingin yang bertanya memiliki nada datar tanpa intonasi apapun. Hal tersebut membuat orang-orang tak bisa menebak apa yang sebenarnya dipikirkan oleh si penanya. Meski begitu, bukan berarti pelayan yang berstatus rendah berani membuat tebakanya sendiri. Mereka yang ditanya tentu harus menjawab dengan hormat tanpa mendiskreditkan pihak yang bertanya ataupun subyek yang ditanyakan. Seperti yang dilakukan oleh pelayan senior yang tengah ditanyai, "Nona muda sedang berada di perpustakaan, Tuan besar." Nada hormat dengan sikap yang rendah hati. Itulah yang harus dilakukan seorang pelayan yang bekerja untuk tuanya. Berbeda halnya jika mereka tengah berhadapan dengan seorang tamu. Boleh bersikap hormat, namun jangan merendahkan diri sendiri. Karena di hadapan orang luar, sikap para pelayan mewakili bagaimana status tuan yang mereka layani. "Aku mengerti." balas pemuda yang dipanggil tuan besar. Setelahnya, pemuda itu segera beranjak untuk pergi. Tak memberikan p
Baca selengkapnya
Bab 2b
Devondion menatap sejenak keponakan kecilnya sebelum berbalik. Tap..Tap..Tap..Kalista memastikan suara langkah kaki milik pamanya menjauh sebelum beranjak dari kursi miliknya. Lelaki itu masih bersikap seperti dulu. Mengawasi dan memastikan keselamatanya setiap saat. Setelah dirasa tak ada ancaman, barulah Ia pergi guna memberi waktu bagi dirinya untuk menyendiri.Perhatian dan pengertian yang dimiliki sungguh mengharukan. Pamanya selalu memiliki pertimbangan khusus untuk dirinya. Terlebih jika ada ular berbisa yang muncul di sekitarnya.Sayangnya, di masa lalu dia sangatlah bodoh. Perilaku sang paman justru dianggap sebagai ancaman. Mereka yang dekat memberitahu, jika pamanya memiliki keinginan kuat untuk merebut gelar dan kekayaan yang seharusnya menjadi warisanya.Perhatian dianggap pengawasan. Perlindungan dicap sandiwara. Segala sesuatu yang diberi harus dimusnahkan. Ada saat ketika Ia memerintahkan adik laki-laki ibunya itu untuk menjalankan sebuah misi. Tak ada bantahan, ta
Baca selengkapnya
Bab 3a
"Kau yakin dengan ini semua, Kalista?" seorang lelaki bertubuh besar bertanya kepada anak perempuan cantik yang berdiri di hadapannya. Perabot rapi tanpa debu. Dokumen yang disusun secara teratur. Bahkan warna gelap yang seolah menjadi keharusan. Ruang kerja yang memiliki kesan kaku membuat atmosfer yang terasa lebih mengintimidasi. Meski begitu, gadis kecil dengan kulit putih berdiri tenang tanpa mengeluarkan getaran ketakutan sedikitpun. Seolah menjadi jenderal kecil dalam sebuah peperangan. Teguh dan berpendirian kuat. “Aku sangat yakin, Paman Dev." gadis yang dipanggil Kalista itu menjawab tanpa ragu."Lalu Kalista, bisakah kau beritahu kepada Paman darimana kau mendapat informasi ini?" pertanyaan kembali diajukan."Untuk saat ini, itu masih rahasia, Paman Dev." jawab si nona kecil."Jika begitu, maka paman tidak bisa memenuhi permintaanmu, Kalista." balas Devondion."Tapi Paman, Aku sama sekali tidak berbohong. Kurang dari sebulan lagi, benar-benar akan terjadi longsor salju d
Baca selengkapnya
Bab 3b
Gerakan canggung dengan tubuh besar sebenarnya tak terlalu nyaman. Namun untuk beberapa alasan, hati yang sebelumnya terasa seperti hancur berkeping-keping, kini telah disembuhkan secara ajaib."Jangan menangis, Kalista." "Itu semua salah paman. Seharusnya paman mendengarkan ceritamu terlebih dahulu sebelum membuat keputusan." suara akrab yang ditangkap gendang telinga terasa mengikis hati nurani. "Apa longsor salju ini juga sesuatu yang kau lihat dalam mimpimu?" pertanyaan bernada lembut diajukan. Meski dalam kenyataannya, hanya ada ekspresi tajam yang lebih intens yang terlihat. Beruntung si nona kecil telah aman dalam pelukan sang paman. Jika tidak, gadis cantik itu pasti kesulitan menjaga ekspresi tenangnya saat melihat wajah mengerikan wali resminya. Bagaimanapun juga, meski hanya cerita yang dikarang oleh orang lain, Devondion merasa ingin mencabik seseorang yang mungkin merencanakan pembunuhan kakak dan iparnya. Dua orang yang Ia sayangi dan hormati seharusnya hidup dalam k
Baca selengkapnya
Bab 4a
(Tap..) (Tap..) (Tap..) Langkah kaki tenang terdengar memiliki ketukan yang teratur. Punggung lurus dengan kedua tangan yang disilangkan. Dan kecantikan alami dengan kulit putih yang memukau. "Selamat siang Nona Kalista." "Selamat siang Nona Kalista." Sapaan hormat terdengar setiap kali Kalista, putri tunggal mantan Duke dan Duchess terdahulu melangkah. Bukti jika sopan santun masih dijalankan dengan baik. Meski begitu, tak ada yang mengetahui apa yang tersimpan di hati. Gadis kecil itu hanya membalas salam para pelayan dengan senyum anggun. Sesekali ada balasan dengan suara manis yang khas. Itu adalah sesuatu yang sering dilakukan oleh bangsawan netral. Dia tak ingin dianggap arogan karena mengabaikan para pelayan, namun juga tidak mau dianggap mudah karena bersikap terlalu baik. Bagaimanapun juga, pembicaraan antar pelayan bisa terdengar sampai ke luar. Meski saat ini mereka menunjukkan sikap hormat ketika berhadapan dengan dirinya, tetapi dia tahu ada beberapa pelayan yan
Baca selengkapnya
Bab 4b
"Sudah waktunya bagimu untuk dievakuasi." ucap Devondion. "Kenapa?" Kalista mempertanyakan keputusan pamanya. Seluruh persiapan telah selesai dilakukan. Meski ada longsor salju, dampaknya akan sangat berkurang. Tak ada alasan bagi dirinya untuk meninggalkan tempat ini. Lagipula, Ia ingin melihat bencana itu secara langsung. Di kehidupan lalu yang dia jalani, timbulnya longsor salju yang memakan banyak korban menjadi awal munculnya rumor buruk tentang dirinya. Pembawa malapetaka. Itulah sebutan yang mereka sematkan kepadanya. Bukan hanya kedua orangtuanya yang menjadi korban. Namun dia juga menyebabkan orang-orang yang tak berdosa mati hanya dengan kehadirannya. Awalnya itu semua memang hanya rumor. Namun dengan banyaknya mulut yang berbicara, rumor berubah menjadi fakta yang dipercaya. Hanya karena kebetulan dirinya berada di daerah yang terkena bencana alam, dia mendapat predikat sebagai pembawa malapetaka. Tak ada simpati, tak ada belas kasih dan tak ada tangan yang terulur unt
Baca selengkapnya
Bab 5a
"Hei..""Apa kalian dengar? Kabarnya alasan dilakukan pembatasan sementara adalah karena putri mantan Duke dan Duchess Ruliazer yang memintanya." lelaki berkumis tipis berbisik kepada teman satu mejanya."Benarkah?""Kenapa dia melakukan itu? Apakah gadis itu tidak tahu jika pedagang seperti kita mempunyai jadwal yang padat?" balas lelaki lain berkepala botak."Mana mungkin seorang gadis kecil mengerti kesulitan yang dialami orang dewasa seperti kita.""Kabarnya, putri itu memiliki temperamen yang manja dan sombong. Jika keinginanya tidak dipenuhi, dia akan marah dan melampiaskan kekesalanya kepada para pelayan. Aku mengenal seorang pelayan yang pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari sang putri." lelaki pertama kembali mempengaruhi."Itu mengerikan.""Jika dia nantinya menjadi Duchess Ruliazer, bukankah nasib kita akan sangat mengenaskan?" si lelaki botak membalas dengan ekspresi jijik.Keduanya terlihat saling berbisik. Namun pada nyatanya, suara mereka terdengar cukup ke
Baca selengkapnya
Bab 5b
"Saya rasa lebih baik bagi Tuan Triger mulai memikirkan pengganti Anda. Karena saya khawatir, usia Anda yang sudah tua menjadikan Tuan Triger menjadi seorang pelupa seperti sekarang. Ini baik-baik saja karena Anda melupakan etika di depan saya. Namun bagaimana jika Tuan Triger melupakan sopan santun di hadapan Yang Mulia Raja? Bukankah itu akan menjadi masalah besar nantinya?" Kalista memberi kritik keras. Tubuh kecil yang putih menembakan nada dingin guna memarahi orang lain. Untuk sesaat, semua orang lupa untuk bernafas. Bahkan Devondion yang berpenampilan keras di luar juga cukup tercengang di dalam hati. Pasalnya, ini pertama kalinya Ia melihat keponakan kecilnya mengeluarkan cakar tajamnya yang mungil. Bukannya merasa takut. Dia malah ingin tertawa terbahak-bahak. Dia memang tidak pernah menyukai rubah tua di hadapannya. Jika bukan karena statusnya sebagai pemimpin Kota Luxedon, Ia tak akan repot-repot mengizinkan lelaki tua itu dan putranya untuk menginjakan kaki di Villa Ruli
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status