Beranda / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 447. Eksekusi Terakhir

Share

447. Eksekusi Terakhir

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-15 19:40:45
Kevin mengangkat kedua pedang itu perlahan, lengan-lengannya bergetar ringan karena tekanan spiritual yang belum surut.

Kemudian, bilah suci dan bilah kegelapan disilangkan di depan dadanya. Dalam gerakan itu, langit merespons—cahaya dan bayangan menyembur dari kedua ujung pedang, melesat ke angkasa.

Di atas sana, awan berputar liar, membentuk lingkaran takdir seperti stempel langit yang siap ditekan ke atas dunia.

Sebuah lambang muncul—lambang eksekusi terakhir.

Lambang penghabisan takdir. Bukan hanya pembunuhan. Tapi penghakiman dari dua sisi alam semesta.

“Heaven and Abyss Crossed Execution!” serunya, suara itu mengguncang langit dan bumi, seolah seluruh semesta menjadi saksi.

Tebasan bersilang dilepaskan.

SRAAAGHH!!

Cahaya dan kegelapan berpadu dalam satu serangan sempurna. Udara terbelah, menciptakan bunyi aneh—seperti suara cahaya yang dikoyak, atau waktu yang terputus di tengah jalur takdir.

Brianstrom hanya sempat mengangkat satu tangan. Gerakan lemah. Bukan untuk membela dir
Zhu Phi

Bab Utama : 3/3 Selesai. Bab Bonus Gems : 1/1 Selesai. Bab ini merupakan bab terakhir hari ini... selamat beristirahat.

| 3
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   580. Krisis di Paviliun Vasper

    Kevin masih duduk di kursi utamanya, tatapannya kosong menembus jauh, seolah pikirannya tidak berada di ruangan ini.Tiba-tiba, ia berbicara. Suaranya tenang, tapi justru ketenangan itulah yang membuat semua yang hadir tercekat.“Aku mau ziarah ke makam ayah dan ibuku…,” ucapnya lirih namun mantap. “Apa ada kabar dari Clara?”Ucapan itu membuat suasana seketika berubah kaku. Claudia, Helena, bahkan Ravena dan valkyrie di ruangan itu saling berpandangan, tak berani langsung menjawab. Nama yang baru saja disebut Kevin—Clara Vasper—bagaikan pisau yang menusuk ke dalam atmosfer tegang ini.Claudia menarik napas perlahan sebelum memberanikan diri menjawab. “Kami bisa menemani Chief ke sana… kenapa harus bersama Clara?” tanyanya hati-hati, suara rendahnya bergetar menahan kecanggungan.Tatapan Kevin bergerak, dingin dan menusuk. “Kau mau tahu kenapa?”Nada suaranya menukik tajam, membuat ruangan itu serasa membeku. Claudia tersentak. Wajahnya pucat, keringat dingin menetes di pelipisnya. Ia

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   579. Persiapan Paviliun Drakenis

    Pagi itu, Paviliun Drakenis masih berbalut sisa-sisa kehancuran. Koridor batu hitam yang biasanya tegak berwibawa kini retak di beberapa bagian, meninggalkan bekas goresan pedang dan ledakan. Lentera-lentera spiritual yang bergelantungan di sepanjang dinding bergetar pelan, memancarkan cahaya biru redup yang dingin dan menyeramkan—kontras dengan terangnya matahari yang sudah meninggi di luar. Cahaya itu memberi kesan seolah paviliun ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan sebuah benteng angkuh yang tak sudi dijamah waktu.Derap langkah para penjaga elit terdengar teratur. Mereka berjubah hitam, wajah terbungkus kain, dan senjata panjang berkilat di tangan. Sorot mata mereka tajam, liar, seperti serigala yang siap menerkam siapa pun yang berani melanggar. Bahkan para pelayan yang sedang membersihkan puing-puing tak berani mengangkat kepala terlalu tinggi.Di sudut aula, dua pelayan perempuan menyapu pecahan batu dan kayu yang hancur. Suara sapu bertemu lantai bergaung samar, sesekal

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   578. Organisasi Dokter Spiritual Dunia

    Udara malam di Kota Millbrooke—markas besar Organisasi Dokter Spiritual Dunia—selalu beraroma obat-obatan. Puluhan menara berlapis kaca spiritual memantulkan cahaya bintang, dan ribuan tabib serta dokter spiritual sibuk menjalankan penelitian mereka. Tempat itu biasanya dipenuhi ketenangan, seperti kuil yang dijaga disiplin.Namun malam itu, ketenangan diguncang.Suara langkah berat dan seretan tubuh terdengar di gerbang utama. Dua murid penjaga terperanjat ketika melihat sosok yang nyaris tak dikenali. Tubuh penuh luka, wajah lebam, baju compang-camping, dan darah kering di seluruh tubuhnya.“D-Draven?!” salah satu murid berteriak kaget, hampir menjatuhkan tombak spiritualnya.Tubuh Draven diseret ke dalam, matanya setengah terbuka, mulutnya berlumuran darah. Tapi di genggamannya erat-erat ia masih memeluk gulungan ungu bersegel.“Cepat bawa dia ke Balai Medis Utama!” teriak murid lain.Geger pun pecah. Para dokter spiritual senior berhamburan, energi spiritual berwarna hijau dan biru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   577. Akhir Krisis di Paviliun Drakenis

    Udara di dalam paviliun mendadak menegang. Bau darah besi bercampur dengan energi hitam yang pekat, menusuk ke dalam paru-paru setiap orang. Para tetua dan tamu yang menyaksikan kini mulai gemetar, beberapa bahkan sudah berlari menjauh ke sudut ruangan dengan wajah pucat pasi.“Tidak… kalau duel ini berlanjut, paviliun ini akan runtuh!” teriak seorang tetua Paviliun Pedang Angin sambil terhuyung, darah menetes dari hidungnya akibat tekanan energi. Tetua ini masih penasaran dan bertahan di tempat sementara beberapa tetua dan pemimpin paviliun serta sekte lainnya sudah meninggalkan Paviliun Drakenis.“Lihat! Alaric… dia belum kalah!” seru yang lain, menunjuk ke tengah ruangan.Alaric Xarxis, meski tubuhnya terluka parah dan darah hitam menetes membasahi lantai marmer, mendadak mengangkat tangan ke langit-langit. Aura hitamnya berdenyut liar, semakin mengerikan. Bayangan hitam di sekujur tubuhnya merambat ke dinding, menutupi ukiran emas paviliun. Lampu kristal satu per satu pecah dengan

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   576. Iblis Surgawi Turun Gunung

    Udara di sekitar Kevin berubah drastis. Bukan lagi hawa membakar dari api neraka sebelumnya, melainkan sesuatu yang lebih murni—dingin, tajam, namun penuh wibawa. Aura pedang yang ia lepaskan berdesir di udara seperti ribuan jarum tipis menusuk kulit, membuat bulu kuduk berdiri bagi siapa pun yang merasakannya.Para tetua paviliun yang menyaksikan langsung merasakan dada mereka terhimpit. Beberapa bahkan terpaksa mundur selangkah, wajah pucat pasi.“Tidak mungkin… dia benar-benar… hendak mengeluarkan teknik itu…!” desah salah seorang, suaranya bergetar, seolah baru saja melihat malapetaka turun dari langit.“Apa yang dia lakukan?!” teriak tetua lain dengan panik, kedua tangannya bergetar menahan tongkatnya agar tidak jatuh. “Aura pedangnya… seperti gunung itu sendiri yang runtuh menimpa kita!”Dan saat itu—Pedang Iblis Surgawi di tangan Kevin meledak dengan cahaya yang tak tertahankan. Sinar emas menyilaukan memancar, menusuk hingga ke sudut-sudut paviliun. Dari kilatan itu, terbentuk

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   575. Iblis Neraka Dunia

    Debu dan asap masih meliuk di udara, bergulung seperti naga kelabu yang enggan menghilang. Paviliun Drakenis yang tadi berkilau megah kini tampak seperti medan perang neraka—lantai marmernya pecah membentuk celah-celah menganga, pilar-pilar marmer rebah tak berdaya, dan lampu kristal berayun liar, memantulkan cahaya kacau ke seluruh ruangan.Para tamu masih di tempatnya. Tak ada yang berani lari, seolah kaki mereka tertancap di lantai. Napas mereka memburu, mata tak berkedip. Mereka tahu ini bukan lagi sekadar duel kehormatan—ini adalah ritual penentuan penguasa, dan mereka adalah saksi yang tak bisa berpaling.Dari balik kabut asap yang menyesakkan dada, siluet Alaric muncul. Tubuhnya tegak, jubahnya berkibar, dan senyum tipis menghiasi wajahnya—senyum yang dingin, penuh keyakinan. Matanya menyala merah, seperti bara yang siap meledak kapan saja. Bayangan raksasa yang menjulang di belakangnya mengangkat kedua tangan, seakan hendak meremukkan langit dan bumi dalam satu genggaman.“Kevi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status