Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 82. Runtuhnya Keangkuhan Gubernur

Share

82. Runtuhnya Keangkuhan Gubernur

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-05-01 13:51:00
Tubuh Adam Smith bergetar hebat. Napasnya sesak, tercekat di tenggorokan yang kering seperti pasir. Darah yang mengalir dari luka-lukanya mulai mengering di kulit, menciptakan kerak merah kehitaman yang kontras dengan jubah kebesarannya yang dulu megah—kini compang-camping, robek seperti kehormatannya yang hancur.

Dengan suara parau, penuh rasa sakit yang ditekan mati-matian, ia akhirnya bersuara.

“Aku tidak tahu banyak… tapi Naga Putih—dia yang memimpin Sekte Infinity Power. Sekte itu bersembunyi di Kota Centralpolis, wilayah rahasia di Provinsi Arkandaria.”

Ia terbatuk keras, darah memercik dari sudut bibirnya. Tapi ia memaksa melanjutkan, seperti seseorang yang tahu bahwa nyawanya tergantung pada setiap kata yang diucapkannya.

“Dia berasal dari... Negeri Seiryu. Tempat itu tidak... tidak ada di dunia fana ini.”

Kevin berdiri di atasnya, wajahnya bagai batu granit—dingin, tak bergeming, tak memberi ruang untuk harapan.

“Terima kasih,” gumam Kevin datar, suaranya nyaris tak berjiwa. “
Zhu Phi

Bab Bonus Gems : 3/3 Selesai. Author akan masuk Bab Utama hari ini setelah Bab Bonus Gems ini selesai. Bab Bonus Hadiah kurang sedikit lagi ...

| 16
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   476. Kontrak Darah Dimulai

    Angin dingin menyisir lembah, membawa aroma logam dan kehampaan. Reruntuhan perkemahan di Lembah Surgawi kini tak lebih dari tumpukan debu, tiang-tiang kayu patah, dan kain robek yang melambai seperti bendera perang yang dikoyak sejarah. Di tengah kehancuran itulah mereka bertiga berada—Kevin, Valkyrie, dan Kurozan—bertahan di antara sisa-sisa badai yang hampir merenggut nyawa mereka.Valkyrie duduk bersila di atas batu datar yang masih menghangat oleh jejak spiritualnya. Es tipis menempel di lengan dan bahunya, mengilap dalam cahaya senja seperti sisik naga yang retak. Nafasnya berat dan berembun, tapi sorot matanya masih tajam, menembus gelapnya masa depan yang menunggu.“Kau tahu kita tak bisa tinggal di sini lebih lama, Tuan Muda...” katanya pelan, namun tegas. Suaranya serak, bercampur rasa nyeri dan keyakinan. “Tanah ini... sedang menghisap kita. Qi di sekitarnya tidak lagi netral. Seolah setiap napas yang kita hirup ingin menelan jiwa kita.”Kevin tak menjawab langsung. Ia berd

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   475. Sekte Pemburu Jiwa - II

    Sosok muda Sekte Alkimia Darah ini merupakan satu-satunya pewaris yang tersisa dari Patriark Darah—pemimpin sekte terkutuk itu yang pernah mencoba menggulingkan hukum langit, sebelum akhirnya tubuhnya hangus dibakar oleh api surgawi dalam ritual penyucian yang dikenal dalam sejarah sebagai "Malam Penyembelihan Merah."Murid itu kini berdiri diam di hadapan kuali raksasa berisi cairan merah yang mendidih dan terus menguarkan bau amis menyengat. Kulit tangannya penuh guratan aneh—garis-garis alkimia bercahaya samar yang tertanam langsung ke dalam daging, bukan tinta atau besi, tapi darah dan mantra.Tubuhnya kurus, pucat, nyaris seperti mayat hidup, tapi dari balik kerentanan fisik itu, tersembunyi kekuatan yang memelintir dan mengerut seperti makhluk buas yang lapar akan balas dendam.Dan pada malam itulah… langit di atas sekte mereka retak.Bukan retakan biasa, tapi robekan hitam menganga seperti luka di wajah semesta. Awan menggulung, berputar seperti pusaran hitam raksasa. Petir meny

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   474. Sekte Pemburu Jiwa

    Di tempat lain, jauh di utara, berdiri sebuah gunung hitam menjulang. Permukaannya retak, mengeluarkan asap merah dari celah-celah cadas. Di puncaknya, ritual kuno tengah berlangsung—lingkaran simbol darah dan api melingkupi tubuh-tubuh yang melayang setengah sadar.Sekte Pemakan Roh. Para pengikut sekte bertudung dan bertopeng tengkorak duduk melingkar, mulut mereka terus melafalkan mantra pemecah jiwa. Namun tiba-tiba, suara mereka berhenti—seolah alam sendiri menyuruh mereka diam.Seorang tetua yang duduk di tengah lingkaran perlahan membuka kelopak matanya—yang ternyata dijahit dengan benang merah. Luka-luka itu tidak pernah sembuh. Tapi di balik jahitan yang mulai terlepas, mata pucatnya bersinar seperti bara dalam kegelapan.Dan ia tertawa. Pelan. Retak. Darah merembes dari sela jahitan, menetes ke lantai batu.“Kami akan menyantap jiwamu… Pewaris Dewa…” ucapnya dengan suara penuh haus dan dendam.Tawanya makin keras. Angin di sekitar mereka menggila, dan di kejauhan, roh-r

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   473. Perburuan Telah Dimulai

    Tak perlu waktu lama setelah pertemuan kelam di bawah tanah itu. Setelah kata "bunuh" terlontar dari mulut sang pemimpin yang suaranya seperti retakan petir dalam ruang batu, takdir mulai bergerak seperti gigi roda neraka yang berputar pelan namun pasti. Dalam hitungan jam, dua Kontrak Darah dilepaskan dari altar terlarang—dan dunia pun mulai bergeser.Namun ini bukan sekadar perintah pembunuhan biasa. Ini adalah kutukan spiritual yang dikirim lewat saluran yang tak terlihat—dibawa angin yang tidak bisa diukur, menyusup lewat celah bebatuan kuno, dan berbisik ke telinga roh-roh yang bahkan telah lama mati. Ia meresap ke dalam dunia, bagai kabut yang membawa racun tak berbentuk.Darah sebagai sumpah. Nama sebagai umpan. Hadiah sebagai racun.Dua gulungan merah tua diletakkan di atas altar obsidian yang penuh dengan simbol-simbol gelap berkilau merah seperti bara. Gulungan itu tampak hidup—urat-urat hitam menjalar di permukaannya, berdenyut seperti nadi yang bernyawa. Ketika gulungan i

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   472. Ancaman Baru

    Langit memang telah tenang. Tapi kedamaian tidak pernah benar-benar lahir di Tanah Terlarang Dewa dan Iblis.Meski Demyxian telah musnah, kehancurannya hanya membuka satu lapisan permukaan dari dunia gelap yang jauh lebih dalam. Kabut merah—tipis namun menjijikkan—tetap menggantung di udara. Ia bergerak perlahan seperti asap dupa dari altar pengorbanan kuno, menyebarkan aroma besi dan darah hangus ke seluruh penjuru angin beserta satu nama ...Kevin Drakenis.***Jauh di bawah permukaan tanah, di kedalaman yang bahkan cahaya pun enggan mencapai, berdiri markas besar Sekte Petir Langit. Sebuah ruang batu yang melingkar, dikelilingi tiang petir yang tak henti-henti memuntahkan kilat dari ujung ke ujung. Langit-langit ruangan itu tidak pernah diam; selalu gemuruh, seolah badai surgawi terjebak selamanya di sana.Pertemuan rahasia telah dimulai.Di tengah ruangan yang dikelilingi para tetua, berdiri seseorang yang tak membutuhkan pengantar. Jubahnya panjang, sehitam malam tanpa bulan, berk

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   471. Berhasil Merebut Pil Iblis Racun

    Di tengah ruangan Menara Racun berdiri Cindy Aleta—tak lagi berselubung bayangan, tak ada ilusi atau samaran. Wajahnya telanjang dari kepura-puraan. Mata hijaunya bersinar seperti zamrud gelap, penuh perhitungan dan luka lama. Di antara jemarinya yang lentik, ia memutar sebuah botol kristal kecil, di dalamnya cairan berwarna ungu berdenyut seperti jantung makhluk kuno.“Ah, akhirnya kalian berhasil lolos juga dari bayangan spiritualku,” bisiknya dengan senyum bengis. “Jadi... kalian datang untuk membunuhku, atau untuk menyelamatkan kekasihmu, Helena?”Nada suaranya seperti belati—dingin, tajam, menyusup ke dalam celah-celah keyakinan.Helena berdiri tak bergeming. Aura tenangnya berbanding terbalik dengan kobaran api yang menari samar di matanya. Ia menatap Cindy dengan tajam, menyimpan ribuan kata yang tak perlu diucapkan.“Kau tahu aku butuh pil itu,” katanya akhirnya, nada suaranya nyaris tak bergetar.Cindy mendekat satu langkah, botol di tangannya berkilau dalam cahaya remang. “Ta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status