Bab 2 Sosok Lain
Dua hari berlalu dengan begitu cepat, tapi kebahagiaan di hati Bashira tidak pernah surut. Atas rencana perjodohan dua belah pihak keluarga, senyumnya senantiasa terukir lebar dan awet. "Hari ini aku mau ketemu sama Arion, Pa," ucap Bashira saat tiba di meja makan. Bukan hanya Hadi yang menoleh, tapi Dania dan Lita pun melakukan hal serupa. Dua perempuan itu adalah keluarga baru Bashira. Lima tahun lalu, Hadi menikahi Lita, seorang janda beranak satu. "Kamu gak pergi ke hotel?" tanya Hadi menyimpan sendok dan garpu. "Mau, Pa. Setelah makan siang nanti aku pasti pergi ke hotel." Bashira menjawab dengan senyum penuh. Di bawah meja, kakinya bergerak-gerak, menandakan bahwa ia sangat tidak sabar bertemu sang kekasih. Ada banyak hal penting yang ingin Bashira bicarakan soal acara pertunangan dua minggu lagi. Perempuan yang satu itu memang terkenal ceria. Bashira juga ramah dan mudah bergaul dengan siapa pun. Karena sikapnya itu, Bashira sering diikutsertakan ke dalam pertemuan penting para tetua Pakusadewo, yang sampai detik ini masih mengurus bisnis besar keluarga mereka. "Jangan sering-sering keluar rumah kalau tidak bekerja, Ra, Mama khawatir kamu kelelahan." Lita berucap penuh perhatian. "Jangan khawatir, Tante, tenagaku masih sangat banyak. Aku pasti bisa sehat sampai acara tunanganku dan Arion tiba," balas Bashira. Senyum yang sempat singgah di bibir Lita, perlahan tenggelam hingga tak tersisa. Panggilan Tante masih disematkan oleh Bashira, membuatnya sedikit tidak nyaman. Namun, ia bisa apa selain menerima dengan hati yang lapang? Lima menit kemudian, Bashira beranjak lebih dulu, berpamitan pada keluarganya dan bergegas melajukan mobil. Soal Arion, Bashira memiliki sedikit kekhawatiran. Sejak kemarin malam kekasihnya itu sulit dihubungi. Belasan pesan yang dikirimkan Bashira hanya dibalas sesekali. Bashira bingung, tidak biasanya Arion bersikap seperti ini. "Apa mungkin Rion masih sibuk di kantor?" tanya Bashira menghentikan laju kendaraan roda empatnya. Ia bingung harus pergi ke mana. Ke rumah Arion, atau ke perusahaan Atmadja? "Sebaiknya aku telfon aja Tante Melani," putus Bashira menghubungi calon mertuanya. Bashira mengambil ponsel, mengklik nama Melani di layar. Sempat menunggu beberapa detik, akhirnya Melani menjawab panggilan. "Halo, Shira calon menantuku?" Melani menyapa dengan suara terdengar sangat ramah. Hati Bashira kembali menghangat. Kekhawatirannya pada Arion sempat mereda selama beberapa saat. "Tante Cantik, aku mau tanya apa Rion udah pulang ke rumah?" "Aduh, Arion pasti belum menghubungi kamu, ya? Maaf, ya, Shira. Kemarin Arion sibuk sekali di perusahaan, menggantikan papanya yang tiba-tiba harus pergi ke luar kota. Sekarang Arion belum pulang ke rumah. Katanya dia mau istirahat di apartemen. Kamu bisa ke sana kalau mau." Ah, ternyata begitu. Bashira menjadi lebih lega. Kepalanya mengangguk samar. Sebelum panggilan dimatikan, pada Melani Bashira berkata akan menghampiri Arion di apartemen. Mobil kembali bergerak pasti, membelah jalanan ibu kota yang pada merayap. Sejak awal menjalin hubungan dengan Arion, ia tahu kekasihnya itu memiliki sebuah apartemen yang dekat dengan perusahaan Atmadja. Bashira pernah singgah di sana beberapa kali. Ia pun memiliki kartu akses, sehingga bisa keluar masuk unit apartemen Arion dengan bebas. Tiba di gedung apartemen, Bashira naik ke lantai dua belas. Tangannya gegas menempelkan kartu akses di depan gagang pintu. Baru masuk dua langkah, bau alkohol menyengat hidung. Bashira sampai meringis. Ia merasa tidak nyaman dengan bau tersebut. "Apa dia mabuk?" tanya Bashira kembali khawatir sekaligus tidak nyaman. Sepanjang mata memandang, Bashira tidak menemukan Arion. Kalau sudah begitu, pastinya Arion berada di kamar. Di sana ada dua pintu kamar. Bashira tahu di mana Arion sering tidur jika menginap di apartemen. Membuka pintu kamar utama, napas Bashira tertahan. Tubuhnya seakan tersentak. Sebab di atas ranjang itu, Arion tidak tidur sendirian. Matanya nanar memandang seorang perempuan tanpa busana berbaring di samping kekasihnya. Hal apa yang sudah mereka berdua lakukan di apartemen ini? Cekalan Bashira pada gagang pintu menguat, bersamaan dengan air mata yang sudah menggenang. Semula Bashira ingin berbalik lantas pergi. Namun, muncul lagi hentakan dari amarah yang terkumpul dalam dirinya. "Arion!” ****Bab 9 Rencana Lita"Pesta barusan sangat tidak masuk akal, Pa!" Lita melempar tas saat tiba di rumah. Sejak tadi mulutnya sudah tidak tahan ingin mengomel, tapi sayang sekali di tempat acara yang dihadiri banyak sekali tamu undangan, Lita tidak bisa berekspresi dengan bebas."Apa Papa sama seperti Om Wira yang tau semuanya dari awal?" tanya Dania mengekor langkah Lita, yakni masuk ke kamar utama. Sebelum mengakhiri hari ini, ia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi di keluarga Pakusadewo."Papa sama sekali tidak tahu apa-apa. Papa juga bingung, kenapa Papa Gunawan mendadak menjodohkan Bashira dengan Sabian." Hadi sama sekali tidak mengelak, karena kenyataannya ia memang tidak tahu apa pun. Di pesta tadi, Hadi sama terkejutnya seperti yang lain."Perjodohan Bashira dan Sabian sudah direncanakan bertahun-tahun yang lalu, Pa, bukan acara dadakan sebagai balas dendam Pak Gunawan!" Lita kembali bersuara. Sekarang ia berkacak pinggang di depan sang suami. "Coba Mama tanya sekali lagi, apa
Bab 8 Tidak Ada KekanganSeberapa keras penolakan datang dari Arion dan Melani, nyatanya acara pertunangan tetap diadakan. Bashira telah bertukar cincin dengan Sabian. Masih ada perasaan tidak menyangka, karena sekarang Bashira menyandang status sebagai calon istri dari seorang manusia yang sekali lagi terkenal kejam.Selepas acara pertunangan, Bashira dan Sabian berfoto, mengabadikan momen dengan ratusan kamera wartawan. Jangan tanyakan bagaimana raut wajahnya kala itu, sudah pasti kikuk karena akumulasi dari rasa tegang dan tidak nyaman.Akan tetapi, untunglah Bashira mampu melewati semuanya dengan baik. Hingga sekarang, lebih tepatnya ketika semua tamu undangan telah meninggalkan tempat acara, Bashira bergegas mendatangi Gunawan yang hendak masuk ke mobilnya."Kita harus bicara dulu, Kek," ucapnya menahan pintu mobil yang hendak ditutup."Masuklah, kita bicara di dalam." Gunawan mempersilakan Bashira duduk di sebelahnya.Semula Bashira keberatan. Bicara di dalam mobil, itu artinya
Bab 7 Keputusan Bashira"Apa-apaan ini, Kek? Kenapa Kakek malah memanggil nama Sabian, bukan namaku?!" Arion berteriak lantang. Harga dirinya seperti dijatuhkan dalam satu kali hentakan.Lelaki yang telah dipenuhi amarah itu maju ke depan, mencekal kerah baju Sabian lantas mendorongnya sekuat tenaga. Adegan tersebut mengundang jeritan dari kebanyakan perempuan."Semua orang tau kalau kamu cuma anak haram! Lantas kenapa kamu malah datang ke sini? Apa yang sebenarnya kamu rencanakan?!" cecar Arion.Sabian menatap datar, mengelak dari Arion yang hendak menyentuhnya lagi. "Apa kamu tidak dengar, malam ini aku lah yang akan bertunangan dengan Bashira," ucapnya pelan.Amarah semakin menggelegak. Arion hendak melayangkan bogem mentah, tapi Wira melerai lebih dulu."Menyingkir dari Sabian!" titah Wira seraya menarik Arion.Arion berbalik pada sang ayah, menatap tidak percaya atas perkataan tersebut. Matanya menatap nyalang. "Jelaskan padaku, Pa, kenapa Sabian yang akan ditunangkan dengan Bash
Bab 6 Si Anak Haram"Apa perasaan Anda malam ini? Apa Anda senang akan bertunangan dengan Bashira Pakusadewo?" tanya seorang wartawan mengarahkan mikrofon dan kemera pada Arion."Tentu saja saya senang. Bashira adalah kekasih yang sangat saya cintai. Saya yakin dengan pertunangan malam ini, hubungan kami akan semakin erat sampai waktu pernikahan tiba," jawab Arion menyuguhkan senyum manis."Lalu bagaimana dengan skandal yang melibatkan Anda dengan seorang perempuan dua minggu lalu? Apa hubungan Anda dengan Bashira sudah membaik?"Senyum manis itu langsung tenggelam. Terang-terangan Arion menatap tajam pada seorang wartawan yang baru saja bertanya. Namun, semua itu hanya berlangsung kurang dari dua detik, karena setelahnya Arion kembali melukiskan senyum.Arion tidak menjawab pertanyaan tersebut. Ia memutuskan melengos, menghampiri Bashira yang masih bergabung dengan Gunawan."Sayang?"Panggilan itu tidak meluluhkan hati Bashira. Ia asyik bicara dengan rekan bisnis kakeknya, seolah di
Bab 5 Acara Ulang Tahun BashiraHari ulang tahun Bashira akhirnya tiba. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang dipenuhi sukacita, sekarang Bashira merasakan kehampaan. Kado-kado yang diberikan teman dan keluarga pun menjadi tak berarti.Bashira hanya duduk di ruang khusus keluarga, melihat lalu lalang penata rias yang masih sibuk mengurus Lita dan Dania.Sementara di luar sana, awak media telah memenuhi halaman gedung tempat diadakannya acara. Selain pesta ulang tahun, mereka juga diberitahu akan ada pertunangan antara cucu dari keluarga Atmadja dan Pakusadewo."Arion kan udah selingkuh, buktinya ada di mana-mana, masa dia tetap mau ditunangkan sama Bashira?""Iya. Aku sih gak habis pikir. Mereka memang kaya, tapi gak kayak gini juga. Kasihan sama Bashira. Selain tertekan, dia juga pasti malu banget!""Iyalah! Satu-satunya orang yang gak tau malu cuma si Arion! Setelah perselingkuhan itu, dia enjoy aja bikin story sama bales-balesin komentar, seakan skandalnya itu bukan masalah bes
Bab 4 Viral!Hati Bashira hancur berkeping-keping. Semua rasa bahagia seakan direnggut darinya. Bashira tidak punya daya untuk turun dari tempat tidur. Ia hanya bisa menatap dengan air mata yang terus mengalir.Mengapa kejadian pahit ini harus menimpa dirinya? Selama hidup, tak pernah sekalipun Bashira menyakiti hati orang lain. Ia juga tidak pernah berkhianat pada pasangannya. Bashira adalah perempuan setia juga penuh cinta."Nggak ada satu pun yang kurang dari kamu, Ra. Kamu sempurna. Kamu perempuan yang baik. Perselingkuhan itu terjadi karena Arion adalah laki-laki bajingan." Bashira berusaha memberikan afirmasi positif untuk dirinya sendiri.Ya, nyatanya Arion memang bajingan. Bahkan setelah pertengkaran hebat kemarin, Arion yang gila itu masih sempat melimpahkan semua kesalahan pada Bashira."Aku selingkuh karena kamu gak pernah becus jadi pacarku, Ra! Kamu sibuk sama urusan kamu sendiri, kamu terlalu mandiri sampai aku merasa rendah diri! Dan yang paling penting, kamu gak pernah