Istriku Ternyata Pewaris

Istriku Ternyata Pewaris

last updateLast Updated : 2025-07-22
By:  Galuh ArumUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
35Chapters
907views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sejak Menikah Dani selalu tidak adil dengan istrinya. dani lebih banyak memberikan uang dan kemewahan pada ibu dan kakaknya yang tidak punya suami. Saat Soraya meminta uang, Dani selalu berkata uang nya habis. namun buat sang kakak selalu ada.

View More

Chapter 1

Brosur sekolah Mahal

"Mas, ini brosur sekolah buat Adel. Ini sekolah bagus Mas, IT dan mungkin bagus buat perkembangan agamanya Adel. Coba di lihat."

Soraya istriku menyodorkan brosur harga sekolah SDIT yang tidak jauh dari rumah kami. Aku menghela napas, akhirnya mengambil brosur itu dari tangannya. Berat. Bukan kertasnya, tapi bayangan angka-angka yang pasti tertulis di dalamnya.

Aku hanya mendengus pelan, menatap brosur itu sekilas. Huruf-huruf besar berwarna biru mencolok: "Sekolah Dasar Islam Terpadu—Mencetak Generasi Berakhlak dan Berprestasi".

Aku membukanya perlahan. Mataku langsung tertuju ke bagian "Bi@ya Pendaftaran". Deretan angka berjajar rapi, dengan nominal yang cukup untuk memb3li motor bekas dalam kondisi lumayan. Aku bisa merasakan keningku berkerut, gegas aku kembali menaruh di meja.

Soraya menatapku, seakan bisa membaca pikiranku.

"Mas, memang m@hal, tapi coba pikir, ini buat Adel," suaranya pelan, tapi tegas.

Aku diam. Di satu sisi, aku ingin memberikan yang terbaik untuk Adel. Tapi di sisi lain, aku juga tahu ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.

"Kita bisa cari sekolah lain dulu, atau bahkan seolah negri saja sama kok biayanya dan pastinya bagus," kataku akhirnya, mencoba tetap tenang.

Soraya menggigit bibirnya, lalu mengangguk pelan. Namun, aku bisa melihat dari matanya bahwa ini belum selesai.

"Hmm... "

"Mas, dilihat lagi yang jelas. Beberapa bulan lagikan Adel SD, Mas," ucap Soraya lagi.

Terpaksa aku mengambilnya lagi, padahal aku sudah tahu karena sekolah yang direkomendasikan istriku hampir sama dengan sekolah Adinda--keponakanku dan sudah jelas bulanan saja mahal apalagi u@ng pangkal.

"Lebih mvrah sih dari sekolah Adinda, Mas. Memang sekolah negri sama bagusnya, tapi aku mau lebih ada pendalaman agama lagi pula pengh@silan kamu pun cukup untuk memb@yar bulanan dan daftar ulang tiap tahun," ucap Aya lagi.

"Kalau mau sekolah IT kenapa kamu baru bilang sekarang, harusnya sejak awal. Kan bisa masuk gelombang pertama. Lebih murah, kalau sekarang kan sudah mahal," kataku mencoba mengalihkan.

Kulihat wajah Soraya berubah pias. Bahkan dia kembali mengambil brosur itu dan bangkit berdiri di hadapan aku.

"Mas, kamu bilang beberapa persen kamu tabungkan buat biaya sekolah Adel kan? Kenapa kamu seolah-olah tidak ada uang untuk sekolah Adel, penghasilan kamu itu besar loh sebagai General manager," ucap Soraya.

Aku menarik napas panjang, yah penghasilanku memang sangat cukup untuk membayar uang pangkal, tapi ... Ah sudahlah. Aku harus tegas pada Soraya. Lagi pula sama saja kan sekolah juga. Negri dan swasta.

"Ma, kamu jangan ikut campur urusan keuangan aku. Sudah aku katakan, aku memberimu segitu ya sudah. Jangan protes dan meminta lebih. Kamu pikir, aku gudang uang apa!"

Kutinggalkan istriku ke dalam, berdebat dengannya sangat membuang waktu. Gegas aku kembali merebahkan tubuh, harusnya saat libur seperti ini dia tidak membuat mood aku jelek.

Ting ...

Sebuah pesan dari Mbak Maya membuat aku beralih pada ponsel di nakas.

"Dan, besok malam Tante Inggit ngundang kita ke acaranya. Ulang tahun dia, kamu datang ya tapi jangan ngajak Soraya. Istri kamu itu nanti hanya bikin malu saja di sana."

Aku menarik napas panjang, Mba Maya ini lupa apa tidak sih, aku sudah berkeluarga tapi tidak pernah boleh mengajak Soraya ke acara penting.

Tapi, ada benarnya juga. Sehari-hari saja pakai daster bolong. Adanya nanti buat malu aku di sana. Sedangkan Tante Maya itu investor besar. Mungkin saja aku bisa mendapatkan investasi di perusahaan kecil yang baru aku bangun tanpa sepengetahuan Soraya.

Perutku terasa lapar, lebih baik aku makan dari pada kena Magh.

Kukira akan mendapatkan lauk enak, tapi kenapa hanya nasi goreng saja? Kemana uang yang aku berikan awal bulan, masa tanggal 15 sudah habis?

"Ma, kamu enggak masak?" Aku melangkah menghampiri Soraya.

"Itu kan ada di meja makan, nasi goreng. Makan aja yang ada, Pa. Seadanya saja," jawabnya santai.

"Seadanya bagaimana? Nasi goreng doang, aku kerja capek dari pagi pulang malam, hari libur kamu suguhi nasi goreng doang? Uang yang aku kasih ke kamu sebulan ke mana?" tanyaku berapi-api.

"Awal bulan kamu kasih aku satu juta, bilangnya pegang aja dulu, nanti tanggal 10 kamu transfer lagi. Tapi, aku Wa kemarin bilang uang masak abis karena ibu datang dan minjem buat beli makanan bekal buat Adinda, tapi kamu bilang iya aja." Soraya bangkit menghampiri aku lebih dekat.

"Sampai tanggal 15 kamu enggak transfer loh, Pa."

"Ya, aku lupa. Kenapa kamu enggak ingetin?" tanyaku.

"Bukannya sudah, tapi kamu bilang nanti pulang kerja. Tapi, pulang kerja kamu pulang malam karena mengantar Mba Maya ke rumah sakit berobat Adinda kan? Ehm,, jangan-jangan kamu juga yang bayar ke dokter anak."

"Jangan asal bicara!"

"Kalau enggak santai aja jangan emosi. Aku masih di depan kamu, ini rumah bukan hutan. Jadi, jangan berteriak seolah-olah aku tidak bisa mendengar. Kalau enggak ya sudah," ujarnya.

Aku menarik napas, kesabaran ini sangat tipis menghadapi Soraya yang sekarang mulai membantah. Apa karena sekolah Adel yang aku tolak?

Astaga perutku lapar, mau tidak mau aku makan nasi goreng itu.

***

"Aku sudah tr4nsfer uang yang kemarin di pinjam ibu. Sama aku tambah buat sampai akhir bulan. Aku enggak mau sampai kamu masak kaya tadi," ucapku. Aku melongok ke dapur, ternyata dia sedang mencuci baju kerjaku.

Dia sangat rapi, teliti. Bahkan, kerah baju kerjaku saja tidak pernah kotor. Selalu bersih, berbeda dengan beberapa rekan kerja yang kerah baju sudah hitam tidak hilang.

"Hmm ... Makasi."

Soraya hanya menjawab itu saja, dia kembali menyikat baju kerjaku dengan tangannya. Kenapa sedingin itu? Apa masih dengan alasan sekolah Adel dia marah atau aku telat transfer uang masak?

"Ma, aku nanti malam mau pergi sama Mbak Maya juga ibu ke rumah teman ibu. Ada acara."

"Ya, sudah."

Loh, kok dia hanya jawab seperti itu. "Ma, aku dari tadi bicara kok kamu malah sibuk mencuci? Kalau suami bicara, lihat dong aku." Emosi aku kali ini.

"Aku sibuk Mas, lagi pula apa yang harus aku jawab lagi, toh aku enggak pernah di ajak jadi sudah seperti biasa kan. Harus bicara apa lagi akunya?"

Loh kok Aya marah? Menyebalkan sekali. Harusnya dia berkaca sama Mbak Maya, dia janda loh dan masih dandan dan cantik. Berbeda sama Soraya, aku pulang kerja dia pakai daster. Masih bau bawang dan ah .... Malas juga aku mengingatnya.

"Aku malas mengajak kamu, aku malu karena kamu enggak pandai berdandan. Beda sama Mbak Maya yang bisa menempatkan diri."

Soraya menatapku, lalu dia berdiri di hadapanku.

"Kalau kamu modalin aku, aku juga bisa lebih cantik dari Mbak Maya. Kamu lupa, kenapa kamu bisa menikah sama aku? Kalau aku tidak cantik, buat apa kamu mengajak aku menikah?"

Sial! Kenapa dia bisa membalikan ucapanku?

"Enggak bisa jawab kan kamu?"

"Aku tidak mau bahas itu. Kalau aku salah ya sudah maaf."

"Maaf? Selalu itu kata keramat yang keluar dari mulut kamu dan besok begitu lagi. Oh, ya satu hal lagi yang harus kamu ingat ,Mas. Jangan pernah bandingkan aku dan Mbak Maya kakak kamu yang enggak jelas dapat uang dari mana bisa menyekolahkan anaknya di tempat mahal dan juga selalu tampil cantik sementara dia saja tidak bekerja."

Tangan ini lepas kontrol dan berakhir membuat pipi Soraya merah.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Mommykai22
Ga sabar kelanjutannya, Kak. Up yang banyak, Kak 🩷🩷
2025-07-11 19:23:38
0
user avatar
Diganti Mawaddah
Lanjutkan Kak. Menarik nih
2025-07-11 18:09:31
0
user avatar
Chew vha
lanjut kka
2025-07-11 15:58:29
0
35 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status