Beranda / Fantasi / Pewaris Kekuatan Alam Semesta / Bab 30. Siluman Serigala

Share

Bab 30. Siluman Serigala

Penulis: Raden Arya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-28 09:05:13

Malam kian larut di Desa Koyami. Udara terasa begitu dingin, meski obor yang tergantung di dinding rumah kayu masih menyala redup. Angin berdesir lewat celah-celah papan, membawa suara-suara aneh yang tidak biasa.

Nala meringkuk di sudut ruangan, matanya sulit terpejam. Itachi tidur di dekat pintu, sementara Aoka berbaring di sisi lain, tombaknya tetap berada di dekat tangannya meski matanya terpejam.

Namun, bagi Nala, malam itu berbeda. Ada sesuatu yang mengusik batinnya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Tiba-tiba, sebuah suara lirih terdengar dari luar rumah.

“Arrghh… grrhhh…”

Suara itu kasar, serupa dengan erangan binatang buas. Nala menutup mulutnya dengan tangan, tubuh mungilnya bergetar hebat. Perlahan, ia memberanikan diri mendekati pintu kayu yang hanya ditopang satu palang sederhana. Dari celah kecil di antara papan, ia mengintip keluar.

Darahnya sontak terasa beku.

Di luar, tepat di dekat kandang, seekor siluman serigala tengah melahap seekor kambing. B
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 33. Goa Kematian

    Kulit keriput para warga yang tadi ramah berubah kasar, tertutupi bulu kelabu. Tubuh mereka membesar, punggung melengkung, rahang menonjol dengan taring panjang. Mata yang sebelumnya tampak bersahabat kini memancarkan cahaya merah membara. Ketua desa berada di barisan paling depan. Senyumnya yang teduh telah lenyap, berganti dengan moncong serigala berlumur liur. “Mereka pasti sudah terlelap dalam mimpi fana…” suaranya berat, bercampur dengusan serigala. “Saat fajar tiba, tubuh mereka akan menjadi bagian dari kita.” Seluruh siluman serigala meraung, langkah kaki mereka menghentak tanah, menuju rumah singgah tempat Itachi, Aoka, dan Nala bermalam. Pintu kayu rumah itu digedor keras. Hingga akhirnya... BRAKK! Pintu terbuka paksa. Puluhan siluman berdesakan masuk, mata mereka menyala, taring terhunus siap menyantap mangsa. Namun yang mereka temukan hanya kegelapan dan… ruangan kosong. Mangkuk sup di atas meja tergeletak, tapi isinya sudah dingin. Tidak ada tubuh manusia, tidak a

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 32. Kecurigaan Itachi, Aoka, dan Nala

    “Silakan dimakan sebelum tidur,” ujar ketua desa dengan suara lembut namun tegas. “Sup ini warisan turun-temurun dari leluhur kami. Diyakini bisa memulihkan tenaga dan memberikan tidur yang nyenyak.” Itachi menatap mangkuk itu sesaat. Ada sesuatu yang menggelitik hatinya, namun ia memilih untuk tidak menampakkan keraguan. Ia menerima mangkuk tersebut dengan kedua tangan, lalu menunduk hormat. “Terima kasih, Ketua. Kami berhutang budi.” Ketua desa tersenyum semakin lebar, matanya menyipit, seakan puas dengan jawaban Itachi. “Besok kalian akan melanjutkan perjalanan. Istirahatlah malam ini, dan biarkan sup itu menjadi berkah.” Setelah berkata demikian, ketua desa berpamitan, melangkah meninggalkan mereka dengan langkah pelan. Itachi menatap sup hangat itu sekali lagi. Ia kemudian masuk ke rumah, meletakkannya di atas meja kayu kecil. Aoka dan Nala yang sudah menunggu di dalam menoleh, menatap sup itu dengan raut berbeda: Aoka penuh kewaspadaan, sedangkan Nala terlihat menegang, se

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 31. Kecurigaan Yang Semakin Menguat

    Setelah jamuan di balai Desa... Mereka melangkah bersama ketua desa melewati jalan tanah yang dikelilingi pagar bambu. Penduduk desa sudah banyak yang keluar, sibuk dengan aktivitas pagi... menimba air, menjemur hasil kebun, atau sekadar duduk sambil mengobrol di serambi rumah. Setiap kali rombongan kecil itu lewat, para penduduk langsung berdiri, menunduk hormat, dan menyapa dengan senyum lebar. “Selamat pagi, Tuan Itachi.” “Selamat pagi, nona cantik.” “Semoga perjalanan kalian diberkahi.” Senyum mereka begitu seragam, begitu manis, namun terasa dingin di baliknya seolah dipaksakan. Itachi hanya membalas dengan anggukan kecil, sementara hatinya semakin yakin ada sesuatu yang tidak wajar. Ketua desa menepuk pundak Itachi dengan hangat. “Lihatlah, inilah wajah-wajah tulus dari orang-orangku. Mereka semua hidup sederhana, damai, dan saling menopang.” Ia tersenyum bangga, tapi matanya sekilas tampak menatap Itachi dengan tajam, seperti sedang menguji. Nala berlari kecil

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 30. Siluman Serigala

    Malam kian larut di Desa Koyami. Udara terasa begitu dingin, meski obor yang tergantung di dinding rumah kayu masih menyala redup. Angin berdesir lewat celah-celah papan, membawa suara-suara aneh yang tidak biasa. Nala meringkuk di sudut ruangan, matanya sulit terpejam. Itachi tidur di dekat pintu, sementara Aoka berbaring di sisi lain, tombaknya tetap berada di dekat tangannya meski matanya terpejam. Namun, bagi Nala, malam itu berbeda. Ada sesuatu yang mengusik batinnya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tiba-tiba, sebuah suara lirih terdengar dari luar rumah. “Arrghh… grrhhh…” Suara itu kasar, serupa dengan erangan binatang buas. Nala menutup mulutnya dengan tangan, tubuh mungilnya bergetar hebat. Perlahan, ia memberanikan diri mendekati pintu kayu yang hanya ditopang satu palang sederhana. Dari celah kecil di antara papan, ia mengintip keluar. Darahnya sontak terasa beku. Di luar, tepat di dekat kandang, seekor siluman serigala tengah melahap seekor kambing. B

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 29. Desa Penuh Misteri

    Langkah kaki mereka terasa semakin berat. Angin sore berhembus dingin membawa bau tanah lembap setelah hujan singkat yang mengguyur perjalanan panjang mereka. Jalan setapak yang mereka lalui dikelilingi pepohonan tua, batangnya bengkok dan dipenuhi lumut hijau gelap.Itachi berjalan paling depan, sorot matanya tajam tapi tubuhnya jelas mulai kelelahan. Aoka menyusul di belakangnya, sesekali menoleh untuk memastikan Nala tidak tertinggal. Gadis kecil itu berjalan pelan, napasnya pendek-pendek, dan sesekali menahan rasa sakit dari tanda kutukan yang masih ada di tubuhnya.“Sedikit lagi…” suara Itachi lirih, entah sedang menyemangati dirinya sendiri atau kedua temannya.Matahari mulai tenggelam, warna jingga bercampur kelabu menyelimuti cakrawala ketika mereka melihat cahaya lampu minyak di kejauhan. Seperti titik-titik kuning kecil, berkerlip di tengah kabut tipis.“Itu… permukiman?” Aoka menyipitkan mata.Nala menegakkan badan, wajahnya berseri lega. “Akhirnya… ada desa.”Mereka memper

  • Pewaris Kekuatan Alam Semesta   Bab 28. Retakan Di Dalam Kabut

    Langkah mereka terasa berat ketika semakin jauh memasuki Lembah Bayangan. Kabut yang tadinya hanya menggantung rendah kini menebal, menyelusup ke dalam pori-pori, seperti ingin masuk ke dalam darah. Setiap tarikan napas membuat dada sesak, setiap detik terasa lebih panjang dari sebelumnya.Itachi menatap ke sekeliling dengan waspada. Meskipun ia sudah menebas ilusi pertama, bayangan kehancuran Aokami masih tertinggal dalam hatinya, bergaung di sudut pikiran yang sulit dibungkam.“Tempat ini tidak seperti yang lain,” ucap Aoka pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam kabut. “Bukan hanya tubuh kita yang diuji… tapi hati kita juga.”Nala merapatkan langkahnya. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi pelipis meski udara terasa dingin. “Aku… aku bisa mendengar suara-suara… tapi mereka memanggilku dengan nama lain.”Itachi menoleh cepat. “Nama lain?”Sebelum Nala menjawab, kabut di depannya bergolak. Dari pusaran hitam itu muncul bayangan menyerupai seorang wanita tua, wajahnya menyeramkan,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status