Semenjak pertempuran dahsyat yang mengguncang dunia lebih dari seratus tahun lalu, pertarungan dua Immortal yang legendaris telah mengubah wajah Benua Longhai selamanya.
Dua sosok abadi itu, dengan kekuatan yang melebihi batas imajinasi manusia biasa, mengamuk di medan pertempuran – langit. Mereka menghancurkan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka—bumi terbelah, langit terbakar.
Kekuatan mereka tidak hanya merobek tatanan alam, tetapi juga mengubah dataran fisik yang ada di Benua Longhai.
Pertempuran yang berlangsung tanpa ampun itu menimbulkan konsekuensi yang tak terbayangkan.
Selama pertarungan itu, daratan yang sebelumnya tenggelam di dalam lautan muncul kembali ke permukaan, menyebabkan terjadinya penyatuan dua benua yang selama ini terpisah.
Benua Longhai yang legendaris kini bergabung dengan Benua Podura, menjadikannya satu kesatuan daratan yang luas.
Para saksi sejarah mencatat bahwa pemenang dari pertempuran itu adalah Rong Guo, pemimpin Sekte Wudang yang legendaris.
Kemenangan itu bukan hanya memberi pengaruh besar bagi sekte yang dipimpinnya, tetapi juga menentukan nama baru bagi benua yang terlahir dari pertarungan besar tersebut—Benua Longhai.
>>>>
Malam itu, ketika waktu menunjukkan pukul sebelas malam, suara kentongan pertama menggema di udara yang sunyi.
Suara itu menandakan dimulainya sebuah perjalanan penting, di tengah kesunyian gurun yang luas dan kelam.
Di bawah langit yang gelap, iring-iringan kereta kuda mulai bergerak, membelah keheningan Gurun Hadarac yang terpencil. Perjalanan ini datang dari Barat, sebuah wilayah yang dahulu dikenal sebagai wilayah Benua Podura.
Para pengendara kereta itu bukanlah orang sembarangan.
Mereka adalah kultivator dari Ekspedisi Phoenix Emas, sebuah kelompok yang terkenal dengan kekuatan dan bekerja sebagai jasa ekspedisi.
Setiap gerakan kereta yang terseok-seok di pasir gurun, serta bunyi derit roda yang meraunng menggambarkan muatan di dalamnya sangat berat.
Terlihat jelas bahwa kereta tersebut, yang dikawal oleh sepuluh kultivator terlatih, membawa barang-barang yang tak ternilai harganya.
"Kakak Mo Zhengsheng, mengapa kita tidak berhenti dan beristirahat di tengah gurun?”
Bukankah kita membawa perlengkapan berkemah dan makanan kering yang cukup?" suara Han Shan terdengar keras di antara derap langkah kuda dan roda kereta yang menyusuri Gurun Hadarac.
Mo Zhengsheng menoleh tajam. "Apa kau sudah gila?!" hardiknya.
"Kau seharusnya tahu, gurun ini bukan tempat untuk bersantai. Bahaya mengintai di setiap sudut, bukan hanya dari binatang iblis yang bisa menyerang kapan saja, tapi juga dari hal-hal yang lebih mengerikan."
Han Shan, pria dengan luka codet di wajahnya, hanya menggaruk kepala sambil tersenyum santai. "Jangan bilang kau masih takut pada arwah bocah itu? Sudah dua tahun berlalu, Kakak Mo. Tidak mungkin rohnya masih bergentayangan."
Namun, bukannya mendapat tanggapan santai, Mo Zhengsheng justru menatapnya tajam, sorot matanya dingin.
"Han Shan! Aku tidak percaya kau bisa sebodoh dan sebocor ini!" suaranya rendah, berisi peringatan.
"Sudah kita sepakati, kita tidak akan pernah membicarakan kejadian itu lagi! Apakah kau ingin menarik perhatian sesuatu yang seharusnya tetap terkubur di masa lalu?"
Mo Zhengsheng menatap dingin, sorot matanya penuh peringatan.
Namun Han Shan, alih-alih merasa takut, justru tertawa keras.
"Kakak Mo, kau terlalu khawatir! Apa kau benar-benar berpikir dia bisa kembali?”
“Bahkan jika dia selamat malam itu, tubuhnya pasti sudah lama menjadi santapan serigala. Untuk apa takut pada orang yang sudah mati?"
Delapan anggota ekspedisi berdiri diam, saling memandang dengan tatapan bingung. Tak satu pun dari mereka memahami percakapan antara pemimpin ekspedisi, Mo Zhensheng, dengan senior mereka, Han Shan.
Namun, ketenangan malam itu tiba-tiba terkoyak oleh lolongan serigala yang memecah kesunyian. Suara serigala itu bergema, seolah berasal dari kejauhan, namun terasa dekat, seperti mengintai dari balik kegelapan.
“Serigala iblis?” gumam Mo Zhensheng, matanya menyipit penuh kecurigaan.
“Mengapa mereka muncul di jalur ini? Bukankah habitat mereka di kedalaman, di Abyss of Suffering?” Hatinya berdesir, merasakan sesuatu yang tidak beres.
Han Shan, tangan kanannya, segera merespons dengan sigap.
Golok panjang di pinggangnya telah terhunus, mata pisau berkilat di bawah cahaya bulan. “Bahkan jika itu Serigala Iblis,” ujarnya dengan suara berat penuh ancaman,
“tak akan ada yang sanggup bertahan di hadapan golokku.” Ekspresinya beringas, seolah siap menghadapi apapun yang datang.
Seolah mendengar tantangan Han Shan, lolongan serigala itu tiba-tiba menghilang.
Han Shan seketika tersenyum sombong, merasa aura kekuatannya telah menakuti makhluk itu.
“Lihat, Kakak Mo,” katanya dengan bangga, “baru saja aku mengeluarkan aura, mereka langsung kabur. Jadi, bagaimana mungkin arwah pemuda dua tahun lalu tidak takut padaku?”
Mo Zhensheng tidak menanggapi.
Ia tetap diam, meski bulu kuduknya merinding. Ada sesuatu yang menggelitik nalurinya, sesuatu yang jauh lebih mengancam daripada sekadar Serigala Iblis.
Tapi ia memilih untuk tidak membagikan kekhawatirannya.
Han Shan tetap berdiri gagah di atas pasir gurun, angin malam menerpa jubahnya.
Tiba-tiba, bayangan gelap yang sangat besar melintas di atas kepala mereka semua, menutupi cahaya bulan.
Suara jeritan oun memecah keheningan malam.
“Tolong!” teriak salah satu anggota ekspedisi, tubuhnya gemetar ketakutan.
“Kelelawar raksasa!” seru yang lain, matanya terbelalak menatap ke atas.
Di ketinggian sepuluh meter, satu sosok kelelawar raksasa terbang dengan sayap lebar dan bergerigi.
Bentangannya mencapai sepuluh meter ke kiri dan kanan, menciptakan bayangan mengerikan yang menyapu pasir gurun. Matanya bersinar merah seperti bara, dan cakar-cakarnya yang tajam seolah siap mencabik apapun yang berada di bawahnya.
“Demi dewa...” bisik Mo Zhensheng, suaranya hampir tak terdengar. “Kelelawar iblis.”
Bersambung
Zombie Zarina melayang naik, berhadapan langsung dengan Xie Tianhun di langit malam. Tangannya yang pucat bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan lima cakar energi hitam yang melesat ke arah pemimpin Sekte Mentari Ufuk Barat."Teknik Iblis, Cakar Setan," bisik zombie itu dengan suara yang terdengar seperti angin yang melewati kuburan tua.Xie Tianhun berusaha menghindar, namun hanya berhasil menghindari tiga cakar.Dua cakar lainnya menghantam tubuhnya, menciptakan luka menganga di dada dan lengannya. Ia terhuyung di atas awan hitamnya, darah segar mengalir dari luka-lukanya."Bagaimana mungkin..." ia tergagap, terkejut dengan kekuatan serangan tersebut.Zombie Zarina tidak memberinya kesempatan untuk pulih. Dengan gerakan cepat, ia melancarkan serangan kedua, pusaran energi hitam yang menarik Xie Tianhun ke dalamnya."Teknik Iblis, Pusaran Kegelapan," bisik zombie itu.Xie Tianhun berusaha melawan, menciptakan perisai api hitam di sekitar tubuhnya. Namun perisai itu hancur
Rong Tian mundur ke tengah ruangan, mengamati hasil kerjanya dengan kepuasan dingin.Formasi Sembilan Lingkaran Neraka adalah salah satu formasi iblis terkuat yang ia kuasai. Siapapun yang mencoba menerobos tanpa izin akan menghadapi sembilan lapisan perlindungan, masing-masing lebih mematikan dari sebelumnya.Lapisan pertama akan menimbulkan halusinasi mengerikan. Lapisan kedua akan menyerap energi qi penyusup. Lapisan ketiga akan melumpuhkan meridian. Lapisan keempat akan menciptakan rasa sakit yang tak tertahankan.Lapisan kelima akan memanggil hantu-hantu kelaparan. Lapisan keenam akan membalikkan serangan penyusup. Lapisan ketujuh akan meracuni darah.Lapisan kedelapan akan menghisap jiwa. Dan lapisan kesembilan, yang terdalam, akan menghancurkan tubuh fisik menjadi debu."Mari kita lihat siapa yang cukup berani," gumam Rong Tian sambil duduk bersila di tengah ruangan, tepat di samping kotak berukir.Ia menutup matanya, namun kesadarannya tetap terjaga, terhubung dengan setiap la
"Tuan Rong!" sebuah suara familiar memanggil dari belakang.Rong Tian berhenti dan menoleh. Lin Xiaoyu dan Zhao Jingyi, dua murid Sekte Hua San, berlari kecil mengejarnya. Wajah mereka menunjukkan kekhawatiran yang tidak disembunyikan."Tuan Rong," Lin Xiaoyu berkata dengan suara rendah saat mereka mendekat. "Anda harus segera meninggalkan Kota Daqi malam ini juga.""Benar," tambah Zhao Jingyi, matanya bergerak waspada mengamati sekeliling."Hampir semua kultivator yang hadir di pelelangan mengincar kotak itu. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya."Rong Tian menatap kedua pemuda itu dengan seksama. Mata mereka memancarkan ketulusan yang jarang ia temui dalam dunia kultivasi yang penuh intrik. Meski baru mengenal mereka dalam waktu singkat, ia bisa merasakan bahwa kekhawatiran mereka murni tanpa motif tersembunyi."Saya menghargai kekhawatiran kalian," Rong Tian akhirnya berkata. "Tapi saya masih memiliki urusan di Kota Daqi.""Tapi Tuan Rong," Lin Xiaoyu bersikeras, suaran
Keheningan mencekam merayapi Aula Keberuntungan seperti kabut dingin di pagi musim gugur.Tak ada tepuk tangan, tak ada sorak-sorai, hanya tatapan terkejut dari puluhan pasang mata yang tertuju pada sosok Rong Tian.Pemuda yang tampak biasa itu baru saja menawar dua ratus ribu keping emas untuk kotak misterius berisi petunjuk Pelindung Bahu Fajar Abadi, ini adalah jumlah yang bahkan membuat Pangeran Mahkota Xiao Yunhai terdiam.Nona Murong Song berdiri di podium dengan ekspresi tenang, namun matanya menyiratkan ketertarikan mendalam."Dua ratus ribu keping emas pertama," suaranya mengalun jernih memecah keheningan. "Dua ratus ribu keping emas kedua... Dua ratus ribu keping emas ketiga! Terjual kepada Tuan Rong Tian!"Wajah Pangeran Mahkota Xiao Yunhai memerah seperti batu ruby yang terbakar matahari. Rahangnya mengeras, urat di pelipisnya berdenyut menahan amarah yang nyaris meledak. Tangannya mencengkeram lengan kursi hingga buku-buku jarinya memutih, seolah ingin meremukkan kayu ber
"Lot kesebelas," Nona Murong melanjutkan. "Teknik Pernapasan Sembilan Naga, metode kultivasi langka untuk meningkatkan kapasitas qi. Harga pembukaan: tujuh ribu keping emas."Rong Tian merasakan ketertarikan yang kuat dari semua orang di ruangan. Teknik pernapasan yang baik adalah fondasi kultivasi yang kuat.Penawaran meningkat dengan cepat dari berbagai pemimpin sekte hingga mencapai "Tiga puluh ribu keping emas!" dari Hai Yue dari Sekte Pulau Bunga Hay Tang.Setelah keheningan singkat, Nona Murong mengumumkan, "Terjual kepada Nyonya Hai Yue dari Sekte Pulau Bunga Hay Tang!""Dan akhirnya, lot kedua belas," lanjutnya. "Metode Kultivasi Embun Pagi, teknik langka untuk mempercepat regenerasi energi spiritual. Harga pembukaan: delapan ribu keping emas."Rong Tian tertarik. Dengan lukanya yang belum sembuh sepenuhnya, kemampuan regenerasi energi yang lebih cepat akan sangat membantu. Ia menyentuh sabuk Khong Jian di pingganggnya, tempat penyimpanan harta karun Dinasti Xi Tian yang jumla
"Kita lanjutkan ke senjata dan jimat," Nona Murong mengumumkan saat pelayan membawa nampan baru ke atas panggung.Di atas nampan terdapat sebilah pedang tipis dengan sarung berwarna biru langit. Ketika Nona Murong mengangkatnya, pedang itu mengeluarkan suara mendengung halus, seolah berinteraksi dengan udara di sekitarnya."Lot kelima, Pedang Angin Penyayat," Nona Murong memperkenalkan."Senjata langka yang dapat menciptakan gelombang angin tajam, mampu memotong baja dan batu dengan mudah. Ditempa oleh Pandai Besi Feng dari Lembah Angin Biru menggunakan bijih bintang jatuh. Harga pembukaan: tiga ribu keping emas.""Tiga ribu lima ratus!" seru Zhao Jian dari Perguruan Lembah Bayangan Terang."Empat ribu!" balas Ye Feng dari Aliran Sungai Bintang Jatuh.Penawaran untuk pedang ini berlangsung sengit di antara para murid inti. Rong Tian memperhatikan bahwa pedang tersebut memang cocok untuk kultivator muda yang masih mengembangkan gaya bertarung mereka."Lima ribu!" seru Bai Lian dari Per