Share

Warisan!

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-02-07 16:27:40

Rong Tian menarik napas dalam, menenangkan debaran jantungnya. Ia menendang tanah berpasir dengan ujung sepatu, menguji daya dorongnya.

Sensasi aneh yang sempat menyelimuti pikirannya perlahan menghilang, berganti dengan pemahaman akan keunikan sepatu ini.

WUUT!

Tubuhnya terangkat dengan kecepatan mengagumkan, melayang lima meter di udara. Jubah hitam yang ia kenakan berkibar liar, membuka lebar seperti sayap kelelawar yang hendak memburu mangsa dimalam hari.

Lalu sesuatu terjadi.

Hembusan angin tipis nyaris tak terdengar, namun tubuhnya kembali terangkat, kali ini lebih tinggi dari yang ia perkirakan. Rong Tian terbelalak, gua yang seharusnya menjadi tujuannya kini terlewatkan begitu saja!

Ia mengeraskan rahangnya. "Begini cara kerjanya...!" gumamnya, nyaris tak percaya.

Ia memicingkan mata, memperhatikan lebih saksama. Jubah hitam itu ternyata bukan sekadar kain biasa.

Di baliknya, terdapat dua baling-baling kecil yang tersembunyi, nyaris tak terlihat. Sedangkan sepatu yang ia pakai bukan sekadar alas kaki, melainkan perangkat dengan sistem mekanis canggih yang memberinya kemampuan melompat luar biasa.

Dari ketinggian belasan meter, pemandangan di bawahnya tampak begitu kecil.

Hembusan angin pagi menyapu wajahnya, membawa hawa dingin gurun yang menusuk hingga ke tulangnya. Seketika itu juga, ia menyadari bahaya lain—ia harus segera mengendalikan pendaratannya!

Namun, bagaimana caranya?

Panik melandanya ketika tubuhnya mulai kehilangan momentum dan gravitasi mulai menariknya kembali. Rong Tian mencoba mengendalikan keseimbangan, tapi tanpa pegangan yang tepat, laju penurunannya justru semakin cepat!

BAM!

Tubuhnya menghantam pasir, menciptakan lubang kecil di sekitarnya.

Ia mengerang, bersiap menanggung rasa sakit, tetapi—anehnya—tak ada luka atau nyeri yang terasa. Rong Tian mengangkat tangannya, memeriksa tubuhnya. Tidak ada goresan, bahkan pakaian yang ia kenakan tetap utuh.

Sebuah pemikiran melintas di benaknya.

Ini bukan sekadar pakaian biasa. “Ini adalah perangkat yang dirancang untuk seorang kultivator kelas Grand master!” kegembiraan seketika melanda.

Dia mengepalkan tangan. "Aku harus menguasainya," desisnya semakin antusias.

Sejak saat itu, ia tak membuang waktu. Ia terus berlatih, mencoba memahami mekanisme jubah dan sepatu tersebut. Setiap lompatan yang gagal, setiap pendaratan yang kurang sempurna, semuanya ia pelajari dengan tekun.

Hari mulai menjelang senja saat akhirnya ia berhasil mengendalikan peralatan tersebut sepenuhnya.

Napasnya masih sedikit memburu, tetapi ada kepuasan yang terpancar di wajahnya. Dengan satu lompatan terakhir, kali ini terarah dan presisi, ia melayang menuju gua di atas tebing, tempat di mana peti kayu kecil yang ia temukan sebelumnya menunggunya.

Dalam kegelapan gua, matanya berkilat.

Rong Tian berdiri di dalam gua, napasnya masih berat setelah perjalanan panjang dan latihan melelahkan.

Matanya menyapu ruang sempit itu, memastikan bahwa tempat ini benar-benar bisa menjadi perlindungan sementara. Ia melirik ke bawah—gurun yang gelap membentang tanpa batas, dihuni oleh makhluk-makhluk buas yang siap merobek tubuhnya kapan saja.

"Di sini aku akan bertahan hidup! Di sini aku aman dari ancaman makhluk buas, binatan iblis yang berkeliaran di bawah sana!" bisiknya lirih.

Kegalauan yang menghantuinya sejak jatuh ke Abyss of Suffering lenyap. Kini hanya ada satu hal—bertahan hidup dan membalas mereka yang membuangnya ke tempat terkutuk ini.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia membuka peti kayu itu lebih lebar, membongkar isinya dengan cermat.

Tiba-tiba, matanya membulat. Ia menarik sebuah gulungan sutra tua yang terlipat rapi, di bagian depannya terukir karakter kuno yang samar-samar masih bisa terbaca meskipun sudah termakan usia.

"Salinan teknik Qinggong Raja Kelelawar Hitam," gumamnya.

Dadanya berdebar. Qinggong adalah teknik gerak luar biasa dalam dunia persilatan—menguasainya bisa membuat seseorang bergerak dengan kecepatan dan ketangkasan seperti siluman, nyaris tak tersentuh lawan.

Rong Tian menelan ludah, matanya berbinar tajam. Ia semakin bersemangat membongkar lebih dalam, mencari apa lagi yang tersembunyi di dalam peti ini.

Jari-jarinya kemudian menemukan sebuah kitab lain, lebih tua, lebih lusuh, dengan tulisan tangan yang nyaris pudar di atas kertas yang telah menguning.

"Catatan Harian Raja Kelelawar Hitam!" suaranya mengandung keterkejutan sekaligus rasa hormat.

Ia terdiam sejenak, merenungi namanya. “Raja Kelelawar Hitam... Nama ini pasti bukan sembarangan.”

Pikiran itu mendorong Rong Tian untuk mengambil sebuah batu kasar di sudut gua. Dengan ujung jarinya yang kotor oleh pasir dan debu, ia mulai mengukir, membentuk permukaannya hingga menyerupai tablet batu.

Dengan penuh penghormatan, ia menggoreskan nama itu di atasnya. “Raja Kelelawar Hitam!”

Selesai mengukir, Rong Tian menarik napas dalam-dalam. Ia kemudian berlutut, melakukan upacara sederhana.

Di hadapan batu tablet yang baru ia buat, ia membungkuk, menekan dahinya ke tanah yang dingin.

"Tuanku Raja Kelelawar Hitam, hamba Rong Tian memberi hormat pada Anda." Suaranya bergetar ringan, bukan karena takut, tetapi karena keyakinan bahwa pertemuannya dengan warisan ini bukan kebetulan.

"Meski kita tidak pernah bertemu secara langsung, hamba merasa bahwa ini adalah kehendak langit. Dengan ini, hamba mengakui Anda sebagai Master!"

Saat kata-kata itu meluncur dari bibirnya, angin dingin berhembus ke dalam gua.

Langit yang tadinya tenang tiba-tiba berubah. Gelombang mendung mengalir cepat menutupi cahaya bulan, menyelimuti jurang dalam kegelapan yang pekat.

Guruh menggelegar!

Cahaya petir memancar di langit, menyambar dengan intensitas yang mengguncang. Seakan-akan Langit dan Bumi merespons, menyaksikan sumpah Rong Tian yang baru saja ia ucapkan.

Ia tetap bersujud, tak bergerak sedikit pun meskipun angin bertiup semakin kencang.

Malam ini, Rong Tian bukan lagi sekadar pemuda yang terbuang. Hari ini, ia adalah murid dari seorang legenda yang telah lama menghilang , dan akan muncul dengan membuat heboh dunia persilatan.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adhitya arbi
first coment
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kebangkitan di Hundun Yaosai

    Putih. Segala sesuatu berwarna putih menyilaukan yang membuat mata perih ketika pertama kali terbuka. Tidak ada suara, tidak ada wangi, tidak ada rasa apa pun kecuali kekosongan yang menyeluruh. Seperti berada di dalam pangkuan alam semesta sebelum segala sesuatu tercipta. Perlahan, mata yang tadinya tidak bisa melihat apa-apa mulai menyesuaikan diri dengan cahaya putih yang lembut. Bentuk-bentuk samar mulai muncul dari keputihan itu, berubah menjadi kontur yang familiar namun berbeda dari yang terakhir kali dilihat. Rong Tian terbangun dengan napas terengah-engah, dadanya naik turun cepat seolah baru saja berlari jarak jauh. Matanya berkedip beberapa kali, berusaha memfokuskan pandangan pada lingkungan di sekitarnya. Yang pertama ia rasakan adalah udara yang bersih dan segar, sangat berbeda dari bau darah dan kematian yang menjadi hal terakhir yang ia ingat. Ia duduk perlahan, merasakan tanah yang lembut di bawahnya. Bukan tanah kering yang dipenuhi tulang, tetapi rumput hijau ya

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Perpisahan Terakhir Sang Imam

    Angin malam berdesir dengan suara yang menyayat jiwa di Padang Jiwa Terkoyak yang kini sunyi seperti kuburan raksasa. Bulan sabit menggantung tipis di langit kelam, cahayanya redup seolah enggan menyinari tragedi yang telah terjadi.Udara dipenuhi dengan bau darah yang mengering, tercampur dengan wangi bunga kematian yang tumbuh di antara tulang-tulang berserakan.Langkah kaki tua dan berat bergema perlahan di antara mayat-mayat yang bergelimpangan.Imam Zhang Wuji berjalan dengan jubah Tao putihnya yang ternoda debu dan darah, matanya yang bijaksana kini dipenuhi kesedihan mendalam. Setiap langkahnya meninggalkan jejak cahaya putih samar, qi spiritual yang murni berusaha memurnikan tanah yang telah dikotori oleh begitu banyak kematian.Di tengah kawah yang dalam, sosok yang pernah dikenalnya sebagai murid yang penuh potensi kini berdiri membeku dalam keheningan abadi.Rong Tian masih dalam posisi tegak, seolah bahkan dalam kematian ia tidak mau menyerah kepada nasib. Jubah hitam yang

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Imam Zhang Yang Terlambat.

    Sementara itu, di langit di atas Kota Heifeng, Tian Yuxiao berdiri di atas phoenix putihnya sambil mengamati kehancuran di bawah. Ia bersiap mengumumkan kemenangan final aliran putih ketika tiba-tiba langit mulai berubah aneh.Awan-awan tebal berwarna hitam keunguan mulai berkumpul dengan cepat, berputar membentuk pusaran raksasa yang menakutkan.Angin bertiup kencang dari segala arah, membawa serta bau belerang dan sesuatu yang membusuk."Apa yang terjadi?" gumam Tian Yuxiao sambil menatap ke atas dengan wajah khawatir.Tiba-tiba langit seolah terkoyak seperti kain yang disobek. Dari retakan itu muncul cahaya perak yang menyilaukan, diikuti oleh sosok yang turun perlahan dari ketinggian.Sosok itu mengenakan jubah perak yang berkilau seperti logam cair, wajahnya tersembunyi di balik kabut putih yang berputar-putar.Ketika sosok berjubah perak itu mendarat di udara lima puluh meter di atas kota, tawa mengerikan bergema ke seluruh Kota Heifeng. Suara tawa itu dingin dan mengejek, membu

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kehancuran Kota Heifeng.

    Ketika debu mulai mengendap, sosok Rong Tian terlihat terbaring tidak bergerak di tengah kawah. Jubah hitamnya compang-camping, topeng giok di wajahnya retak di beberapa bagian, namun seruling iblis masih tergenggam erat di tangan kanannya.Mata keemasannya yang biasanya berkilat kini redup dan kosong."Tuan Muda!" teriak Mo Qianmian dari Sekte Baibian Men sambil berlari mendekat. "Tidak mungkin... Tuan Muda tidak mungkin..."Hun Tunshi yang masih terluka parah merangkak dengan susah payah menuju kawah. "Raja... Kelelawar Hitam... tidak boleh... mati..."Xu Ying Ming dari Sekte Teratai Bulan Perak jatuh berlutut sambil memukul tanah dengan tangan yang gemetar."Tanpa Tuan Muda, kami semua akan musnah!"++++Kematian Rong Tian menciptakan gelombang keputusasaan yang menghancurkan moral seluruh pasukan aliran iblis. Mereka yang tadinya berjuang dengan semangat membara kini berdiri terpaku, menatap sosok pemimpin mereka yang terbaring kaku di tengah kawah dengan mata kosong yang menatap

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Pertempuran Terakhir.

    Langit di atas Benua Qitu Dalu berubah menjadi kanvas kiamat ketika dua sosok legendaris meluncur menembus awan dengan kecepatan yang mencabik udara.Rong Tian, dalam wujud Raja Kelelawar Hitam, terbang dengan naga es Azure yang sudah terluka parah, sementara Tian Yuxiao dari Sekte Tianjian Ge mengejarnya dengan phoenix putih yang sayapnya berkilau seperti pedang cahaya.Pertarungan dimulai di atas Padang Jiwa Terkoyak, namun kini telah menyeret mereka melintasi seluruh benua.Dari utara yang bersalju hingga selatan yang tropis, dari gurun pasir barat hingga pegunungan timur, jejak kehancuran mereka tercipta di langit seperti luka terbuka yang mengeluarkan darah merah pekat."Daxia tidak akan bisa melarikan diri!" teriak Tian Yuxiao sambil mengayunkan pedang cahaya sucinya. "Pedang Cahaya Surgawi, Kilat Pemurnian Jiwa!"Puluhan kilatan cahaya putih kebiruan meluncur dari pedangnya, memotong udara dengan suara mendesis seperti ular raksasa. Setiap kilatan meninggalkan jejak panas yang

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Tragedi di Medan Pembantaian

    Padang Jiwa Terkoyak kini benar-benar menjadi tempat yang sesuai namanya. Ribuan mayat bergelimpangan di mana-mana, baik dari kultivator hidup maupun jiangshi yang akhirnya hancur.Bau darah dan mayat yang membusuk memenuhi udara, bercampur dengan asap dari berbagai ledakan qi yang masih mengepul.Di berbagai sudut medan perang, para pemimpin sekte dari kedua aliran terlibat dalam duel mematikan yang menentukan nasib perang ini. Satu per satu, tokoh-tokoh penting mulai berjatuhan.Luo Qing Xian dari Sekte Kabut Jade Abadi tergeletak tidak bernyawa setelah duel dengan Bai Yuanfeng dari Sekte Shennong Gu.Wanita berambut hijau kebiruan itu tewas setelah racun buatannya sendiri berbalik menyerangnya, sementara Bai Yuanfeng terbaring sekarat dengan meridian yang hancur akibat terkena Kabut Jade Mematikan.Xu Ying Ming dari Sekte Teratai Bulan Perak berhasil mengalahkan Qin Hua, wakil pemimpin Sekte Shennong Gu, namun ia sendiri terluka parah. Darah perak mengalir dari luka di dadanya, sem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status