Share

Kubur di Bawah Hujan Darah.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-23 19:21:17

Tengah malam mencekam Hutan Kesemek, tempat daun-daun merah berguguran seperti percikan darah dari langit kelam.

Rong Tian berdiri tegak di antara mayat-mayat yang berserakan, jubah hitamnya basah kuyup oleh embun dan noda merah kehitaman. Tangan kosongnya gemetar bukan karena dingin, melainkan karena amarah yang masih berkobar dalam urat nadinya.

Bau amis darah bercampur aroma tanah basah memenuhi hidungnya, sementara mata kehitamannya menatap kosong ke arah gundukan tanah segar yang baru saja ia selesaikan.

Di bawah sana terbaring keluarga kecil yang kemarin membagi roti keras dengannya. Ayah yang melindungi istri dan anaknya hingga nafas terakhir.

Ibu yang memeluk erat sang buah hati sambil berbisik doa-doa terakhir. Anak kecil yang bahkan belum tahu apa arti kematian.

"Mereka tidak bersalah," gumamnya pelan, suaranya serak seperti gesekan batu pada logam. "Tidak satu pun dari mereka yang pantas mati seperti ini."

Qi Jiwa Muda level tujuh mengalir tidak terkendali dalam meridiannya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kesombongan Xu Wei Ming.

    Langkah kaki Rong Tian bergema di jalan batu paving ibukota, diiringi oleh tatapan ngeri dan takut dari setiap orang yang ia lewati. Dalam hatinya, amarah masih berkobar dengan panas yang menyengat."Mereka yang merenggut nyawa orang tak berdosa," batinnya sambil terus melangkah, "akan merasakan balasan yang setimpal."Di kota kecil Luoshui, sekitar lima puluh li dari Hutan Kesemek, seorang kultivator berlari terbirit-birit melintasi jalan-jalan sempit. Napasnya tersengal-sengal, jubah hijau Sekte Iblis Teratai Bulan Perak yang ia kenakan robek di beberapa bagian. Wajahnya pucat pasi, mata melotot penuh ketakutan seolah baru saja menyaksikan hantu.Fang Ming Xue, demikian namanya, adalah satu-satunya yang selamat dari pembantaian di Hutan Kesemek. Ia berhasil melarikan diri dengan menggunakan jimat pelarian darurat ketika rekan-rekannya satu per satu tewas di tangan pemuda berambut hitam yang mengerikan itu.Ia berlari tanpa henti hingga mencapai sebuah bangunan bertingkat tiga dengan

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Kubur di Bawah Hujan Darah.

    Tengah malam mencekam Hutan Kesemek, tempat daun-daun merah berguguran seperti percikan darah dari langit kelam.Rong Tian berdiri tegak di antara mayat-mayat yang berserakan, jubah hitamnya basah kuyup oleh embun dan noda merah kehitaman. Tangan kosongnya gemetar bukan karena dingin, melainkan karena amarah yang masih berkobar dalam urat nadinya.Bau amis darah bercampur aroma tanah basah memenuhi hidungnya, sementara mata kehitamannya menatap kosong ke arah gundukan tanah segar yang baru saja ia selesaikan.Di bawah sana terbaring keluarga kecil yang kemarin membagi roti keras dengannya. Ayah yang melindungi istri dan anaknya hingga nafas terakhir.Ibu yang memeluk erat sang buah hati sambil berbisik doa-doa terakhir. Anak kecil yang bahkan belum tahu apa arti kematian."Mereka tidak bersalah," gumamnya pelan, suaranya serak seperti gesekan batu pada logam. "Tidak satu pun dari mereka yang pantas mati seperti ini."Qi Jiwa Muda level tujuh mengalir tidak terkendali dalam meridiannya

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Pembalasan Sang Raja Kelelawar Hitam

    "Hahaha! Lihat ini, jepit rambut emas murni!" teriak salah seorang kultivator sambil mengangkat jepit rambut yang masih berlumuran darah kering."Pengungsi bodoh itu pikir mereka bisa lolos dengan menyembunyikan harta di dalam sepatu," kata yang lain sambil menendang mayat seorang wanita tua dengan brutal. Aroma anggur beras yang sudah memabukkan bercampur dengan bau darah yang mengental, menciptakan perpaduan yang menjijikkan.Mereka duduk di atas bangkai manusia sambil memakan ayam panggang dan minum anggur seolah sedang piknik di taman. Mayat anak kecil yang masih menggenggam sisa roti tergeletak tidak jauh dari mereka, matanya yang tadinya berbinar kini sudah kosong menatap langit.Darah mengering di sudut mulutnya yang masih penuh remah roti. Tiba-tiba, udara di tanah lapang itu berubah menjadi dingin menusuk tulang seperti napas naga es.Kabut hitam keunguan mulai mengalir dari antara rumpun bambu, membawa bau kematian dan keputusasaan yang mencekam hingga membuat bulu roma meri

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Berita Kelam di Desa Tiekuang Cun

    Menggunakan teknik qinggong tingkat tinggi, Rong Tian bergerak cepat melintasi hutan bambu dan bukit-bukit kecil yang dipenuhi bunga krisan liar. Angin malam yang dingin menerpa wajahnya, membawa aroma pohon pinus dan aliran gunung yang jernih.Dalam waktu singkat, dia sudah tiba di Desa Tiekuang Cun, sebuah desa kecil yang terkenal sebagai penghasil logam spiritual untuk industri senjata di ibukota. Desa itu tampak sepi dengan hanya beberapa lentera merah yang masih menyala di depan rumah-rumah tradisional dengan atap genteng.Aroma pembakaran batu bara dan penempaan logam masih terasa di udara, menandakan bahwa para pandai besi masih bekerja hingga larut malam untuk memenuhi pesanan senjata dari berbagai pihak yang berperang.Dia memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah penginapan sederhana yang masih buka.Pemilik penginapan, seorang pria paruh baya dengan wajah jujur, menyambutnya dengan ramah meski penampilannya sederhana. "Selamat datang, Gongzi. Mau kamar untuk satu mala

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Malam Kelaparan di Hutan Kesemek

    Matahari mulai condong ke barat seperti burung phoenix yang terbang pulang ke sarangnya ketika rombongan pengungsi memutuskan untuk bermalam di pinggir Hutan Kesemek yang dipenuhi pohon-pohon dengan daun berwarna merah menyala bagaikan api yang membeku.Udara malam yang mulai menggigit membuat para pengungsi bergerombol mencari kehangatan, sementara aroma daun kering dan tanah lembap menguar dari kedalaman hutan.Suara burung hantu mulai bersahut-sahutan dengan bunyi "hu hu" yang menggema di antara semak bambu, bercampur dengan gemerisik daun kesemek yang berguguran tertiup angin malam.Di sana-sini, api unggun kecil mulai menyala dengan ranting-ranting kering yang dipungut dari pinggir hutan, mengeluarkan asap tipis yang berbau seperti kayu cendana campur daun basah.Rong Tian duduk bersandar pada sebatang pohon kesemek besar yang batangnya penuh lumut hijau seperti bulu naga air. Kulitnya yang kasar terasa dingin di punggung, sementara matanya mengamati para pengungsi yang mulai men

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Jejak Darah di Jalan Pengungsian

    Embun pagi masih menyelimuti dermaga Kota Lingxu Hai Shi ketika Rong Tian melangkah keluar dari kapal dagang yang berlabuh dengan suara berderit.Aroma garam laut bercampur dengan bau ikan asin yang menguar dari pasar pelabuhan, sementara teriakan pedagang sudah mulai memenuhi udara sejak subuh bagaikan gemuruh air terjun yang tak pernah berhenti.Jubah hitam sederhana yang dikenakannya tampak kusam dan berlubang kecil di beberapa bagian, seolah milik seorang pelajar miskin yang telah melakukan perjalanan jauh.Rambutnya yang putih salju diikat dengan tali kain usang, menutupi sebagian wajah tampannya yang kini tampak lelah dan berdebu bagaikan penyair yang kehilangan inspirasi.Keputusan untuk berjalan kaki seperti manusia fana menuju Menara Hitam di Kota Heifeng bukanlah karena qi-nya melemah. Sebagai kultivator Tahap Jiwa Muda level tujuh, dia bisa terbang melintasi benua dalam hitungan hari menggunakan teknik terbang pedang.Namun hatinya membutuhkan ketenangan untuk merenungkan k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status