Kerumunan masih terpaku menyaksikan Zhao Hua yang tertelungkup di tanah, meronta-ronta seperti ditindih beban tak terlihat. Pemimpin Guang memperhatikan kejadian ini dengan mata tajam seorang kultivator berpengalaman. Sesuatu tentang situasi ini terasa tidak wajar baginya.Pemimpin Guang melangkah maju, jubah putihnya melambai dengan anggun. Matanya yang tajam mengamati Rong Tian dengan seksama, mencari petunjuk di balik penampilan pemuda itu yang terlalu tenang untuk situasi kacau seperti ini."Anak muda?" suaranya tenang namun mengandung ketajaman tersembunyi. "Kamu siapa? Siapa Gurumu?"Pertanyaan itu terdengar sopan, namun Rong Tian bisa merasakan bahaya di baliknya. Ini bukan pertanyaan biasa—ini adalah ujian.Rong Tian, dengan gerakan yang tak terlihat oleh mata biasa, segera menghancurkan jimat di punggung Zhao Hua. Jari-jarinya bergerak cepat dalam segel rahasia, membatalkan mantra yang telah ia pasang. Tidak ada yang menyadari apa yang baru saja ia lakukan."Nama saya Rong T
Sinar matahari sore menerobos jendela lantai dua restoran mewah "Peony Merah", menyinari wajah cantik Hanim yang masih mengamati prosesi pemakaman Wakil Menteri Zhao yang bergerak perlahan di bawah. Bibirnya yang merah delima tersenyum tipis, matanya yang tajam tak lepas dari sosok Rong Tian yang kini membantu ayahnya menjauh dari kerumunan."Pemuda itu..." gumam Hanim, jemarinya yang lentik memainkan cangkir teh porselen. "Ada sesuatu yang tidak biasa darinya."Guru Negara Lin Zhao, pria paruh baya dengan jenggot tipis yang terawat, menyesap tehnya dengan tenang. Jubah kebesarannya yang berwarna biru tua dengan sulaman naga perak menunjukkan statusnya yang tinggi di istana."Apakah itu penting, Nona Hanim?" tanyanya dengan suara rendah. "Hanya seorang pemuda dari keluarga rendahan yang kebetulan memiliki refleks bagus."Hanim melirik Lin Zhao dengan tatapan tajam. "Jangan meremehkan hal-hal kecil, Guru Negara. Kau tahu sendiri bahwa kerikil kecil bisa menggagalkan roda kereta besar.
Siang itu, matahari bersinar terik di atas Kota Biramaki. Jalanan ramai oleh pedagang dan penduduk yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Di antara kerumunan, seorang pria muda berpakaian sederhana berjalan dengan langkah tenang.Jubah abu-abunya yang usang dan topi bambu lebar menutupi sebagian wajahnya, menyamarkan ketampanan yang biasa menarik perhatian.Rong Tian telah memilih penampilan seorang pengelana biasa hari ini—tidak terlalu miskin hingga menarik belas kasihan, namun tidak pula mencolok untuk mengundang perhatian. Sebuah tas kain tersampir di bahunya, berisi beberapa gulungan dan jimat yang tersembunyi dengan baik.Ia berjalan melewati pasar, sesekali berhenti di kedai teh pinggir jalan, mendengarkan percakapan para pedagang dan pengunjung. Telinganya yang terlatih menangkap berbagai informasi—dari harga beras yang naik hingga desas-desus tentang pergerakan pasukan di perbatasan barat."Kekaisaran Matahari Emas semakin berani," bisik seorang pedagang tua kepada temanny
Kegelapan malam semakin pekat di Kuil Tao Dewa Api yang tua. Rong Tian perlahan bangkit dari posisi duduknya, merapikan jubah abu-abunya yang usang. Informasi yang baru saja ia dengar terlalu berharga untuk diabaikan. Ia harus segera mempersiapkan diri untuk pertemuan rahasia di Hutan Kabut Ungu besok malam."Hendak pergi, Saudara?" tanya pengemis tua berjenggot putih yang tadi menyapanya. "Malam masih panjang, dan di luar sangat dingin."Beberapa pengemis lain menoleh ke arah Rong Tian, wajah mereka menunjukkan keheranan. Seorang wanita setengah baya yang tadi ikut mendengarkan cerita Lao Wang mengerutkan keningnya."Tinggallah bersama kami, Anak Muda. Tidak aman berkeliaran di malam hari, apalagi dengan rumor tentang Raja Kelelawar Hitam yang berkeliaran."Rong Tian tersenyum tipis, menarik topi bambunya lebih rendah untuk menutupi wajahnya. "Terima kasih atas kebaikan kalian, tetapi saya ada urusan penting yang tidak bisa ditunda.""Urusan apa yang begitu penting hingga harus kelu
Senja mulai turun di Kota Biramaki. Bayangan-bayangan panjang terbentuk saat matahari perlahan tenggelam di balik pegunungan barat. Di kediamannya yang sederhana, Rong Tian duduk bersila di ruang meditasi, matanya terpejam namun pikirannya bergerak liar seperti angin badai.Kematian para pengemis di Kuil Tao Dewa Api terus menghantuinya. Mereka hanyalah orang-orang biasa yang tidak sengaja mendengar percakapan berbahaya—dan dibunuh karenanya. Ini bukan sekadar intrik istana lagi; ini adalah permainan nyawa yang kejam."Masalah ini sudah terlalu serius," gumamnya pada diri sendiri, membuka mata yang kini berkilat dingin. "Aku tidak bisa menunggu lagi."Rong Tian bangkit, melangkah ke sudut tersembunyi ruangan. Dengan gerakan cepat, ia menyingkirkan tikar bambu yang menutupi lantai, mengungkap pintu rahasia yang mengarah ke ruang bawah tanah. Di ruangan gelap itu, sebuah peti kayu hitam dengan ukiran naga dan kelelawar menunggunya.Ia membuka peti itu perlahan, mengungkap jubah hitam de
Rong Tian melangkah maju dengan tenang. "Sudah kubilang, akulah Raja Kelelawar Hitam yang asli. Lin Zhao telah menipu kalian semua."An Ying, masih terjerat dalam Jaring Kegelapan, menggelengkan kepalanya keras. "Tidak! Kami telah melihat buktinya! Raja Kelelawar Hitam yang kami kenal memiliki pasukan mayat hidup yang legendaris!""Maksudmu seperti ini?" Rong Tian mengeluarkan seruling hitamnya. "Seruling Pemanggil Jiwa, warisan Raja Kelelawar Hitam yang asli."Ia mulai meniup seruling itu, menghasilkan melodi aneh yang terdengar seperti ratapan jiwa-jiwa yang tersiksa. Udara di sekitar mereka bergetar, suhu mendadak turun drastis. Kabut ungu di sekitar mereka berputar, membentuk dua sosok tinggi besar.Dari dalam kabut, muncul dua mayat hidup dengan pakaian Sekte Langit Murni yang telah usang.Wajah mereka pucat kebiruan, mata mereka kosong namun memancarkan kekuatan yang mengerikan. Mereka adalah Duan Meng dan Fan Liu, dua Penatua Sekte Langit Murni yang telah tewas dan kini menjadi
"Sesungguhnya aku kecewa," ujarnya dengan suara yang diubah oleh topeng. "Kalian mengadakan pesta tanpa mengundang tuan rumah yang sebenarnya?"Lin Zhao adalah yang pertama pulih dari keterkejutannya. Ia tertawa gugup, berusaha tampak tenang meski keringat dingin mulai membasahi dahinya."Apa maksudmu? Akulah yang mengundang Pemimpin An dan Pemimpin Yan ke sini. Dan siapa kau sebenarnya, berani menyamar sebagai Raja Kelelawar Hitam?"Rong Tian mendengus. "Ironis sekali, penipu menuduh yang asli sebagai penipu."Ia melangkah maju dengan tenang, setiap gerakannya penuh percaya diri. "An Ying dan Yan Mo tidak akan datang malam ini. Mereka sudah tahu siapa Raja Kelelawar Hitam yang asli, dan itu bukan kau, Lin Zhao."Hanim melangkah maju, matanya menyipit berbahaya. Aura Kuasi Eliksir Emas memancar kuat dari tubuhnya, menunjukkan kekuatan yang selama ini ia sembunyikan dengan baik."Jadi kau yang menghalangi mereka," desisnya. "Berani sekali kau mengganggu rencana kami."Rong Tian tertawa
Hutan Kabut Ungu berguncang hebat. Suara retakan kayu bergema ketika pohon-pohon tua tumbang satu per satu, tanah berderak mengerikan, membentuk celah-celah dalam yang menganga.Kabut ungu yang biasanya tenang kini berputar liar seperti makhluk hidup yang mengamuk, menambah kesan mencekam di medan pertempuran.Bau darah dan energi spiritual yang pekat menguar di udara, membuat binatang-binatang liar melarikan diri ketakutan. Bahkan binatang iblis yang biasanya menguasai hutan ini pun memilih untuk bersembunyi, merasakan kekuatan mengerikan yang sedang bertarung.Rong Tian, dalam penyamarannya sebagai Raja Kelelawar Hitam, berdiri kokoh di atas sebatang pohon bambu yang menjulang. Angin dingin menusuk tulang menerpa wajahnya, namun ia tak bergeming.Jubah hitamnya berkibar keras, menimbulkan suara desisan seperti sayap kelelawar raksasa. Topeng giok hitamnya berkilau dingin dalam cahaya fajar yang mulai menyingsing, menyembunyikan ekspresinya namun tidak dapat menyembunyikan kilatan be
Selama tiga bulan penuh, Rong Tian tenggelam dalam kultivasi intensif.Waktu seolah kehilangan maknanya di gua itu. Kadang-kadang, sosok muda Xiao Hu muncul di mulut gua, membawa perbekalan dari Kota Biramaki.Ia tidak pernah berani mengganggu gurunya yang sedang dalam kondisi kultivasi mendalam, hanya meninggalkan makanan dan ramuan di dekat pintu masuk sebelum kembali menuruni tebing dengan langkah ringan yang menunjukkan kemajuan qinggong-nya.Xiao Hu sendiri telah mengalami kemajuan pesat. Di bawah bimbingan tidak langsung Rong Tian dan dengan bantuan manual kultivasi dasar yang diberikan padanya, bocah pengemis itu kini telah mencapai Ranah Awal level 3.Tubuhnya yang dulu kurus kering kini mulai menunjukkan otot-otot yang padat, dan matanya yang dulu redup oleh kelaparan kini bersinar dengan kewaspadaan seorang kultivator muda.Yang mengejutkan, Xiao Hu tidak mengikuti jalur kultivasi iblis seperti gurunya.Sebuah manual kultivasi peninggalan Dinasti Xi Tian yang Rong Tian temuk
Rong Tian kemudian beralih ke Tian Guan Zong yang berusaha bangkit dengan bertumpu pada pedangnya.Dengan satu tendangan ringan, ia mengirim pedang itu terbang, membuat Tian Guan Zong jatuh kembali ke lantai. Tangannya yang cepat meraih kubus kristal berisi Benih Rumput Emas dari kantong penyimpanan Tian Guan Zong."Kau... tidak tahu apa yang kau lakukan, anak muda," ucap Tian Guan Zong di antara batuk darahnya. "Kedua harta itu tidak boleh disatukan..."Rong Tian hanya tersenyum tipis, memasukkan kedua harta karun legendaris itu ke dalam kantong penyimpanannya.Kemudian, dengan gerakan yang mengejutkan semua orang, ia melompat tinggi ke udara, menembus atap aula yang terbuat dari kayu keras seolah itu hanyalah kertas tipis.Para tamu undangan bergegas keluar aula, mendongak ke langit untuk melihat sosok Rong Tian yang kini melayang di udara seperti burung rajawali.Cahaya bulan menyinari sosoknya yang gagah, jubah hitamnya berkibar tertiup angin malam. Dengan satu gerakan anggun, ia
Energi qi keemasan berputar di sekitar Rong Tian seperti badai pasir, menyerang dari segala arah dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa.Nyonya Huang dan Tian Guan Zong berusaha bertahan, menggunakan harta karun mereka untuk menciptakan perisai pelindung, namun serangan Rong Tian terlalu kuat dan terlalu cepat."Naga Emas Menyembur," serunya, melanjutkan ke jurus kelima.Energi qi keemasan berkumpul di ujung pedangnya, membentuk kepala naga yang mengaum sebelum melesat dengan kecepatan luar biasa. Lantai aula bergetar hebat saat energi naga itu menyerang, meninggalkan jejak keemasan di udara.Nyonya Huang menggigit bibirnya hingga berdarah, matanya berkilat marah."Tidak kusangka seorang bocah berani menentang dua pemimpin sekte bintang lima sekaligus!" Ia mengaktifkan kekuatan penuh Tablet Emas Langit Barat, menciptakan kubah energi merah keunguan yang melindunginya.Tian Guan Zong tidak kalah murka. Dengan gerakan cepat, ia mengeluarkan seluruh kekuatan Benih Rumput Emas, men
Tian Guan Zong tidak kalah cepat. Tangannya bergerak dalam pola yang berbeda, menciptakan gelombang qi putih kebiruan dengan semburat hijau yang membentuk sembilan bintang bercahaya di sekitarnya."Formasi Bintang Utara," balasnya dengan suara dalam yang bergema.Kedua serangan melesat ke arah Rong Tian dari dua arah berbeda, menciptakan pemandangan spektakuler berupa gelombang energi merah keunguan dan putih kebiruan yang menyatu dalam pusaran mematikan.Udara bergetar hebat oleh kekuatan dahsyat yang dilepaskan, menciptakan angin kencang yang membuat jubah dan rambut para penonton berkibar liar.Namun Rong Tian tetap berdiri tenang di tempatnya, seolah tidak melihat bahaya yang mendekat. Saat kedua serangan hampir mencapainya, ia akhirnya bergerak.Dengan gerakan yang hampir tidak terlihat oleh mata biasa, ia mengaktifkan Jaring Kegelapan, salah satu jurus iblis tingkat tinggi yang ia kuasai."Jaring Kegelapan," bisiknya, suaranya hampir tidak terdengar.Seketika, energi qi hitam pe
Aula Bunga Peony yang megah kini menjadi saksi bisu pertarungan kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah dunia persilatan.Udara terasa berat oleh sisa-sisa energi qi yang saling bertabrakan, menciptakan lapisan tipis kabut spiritual yang berpendar dalam berbagai warna.Lantai marmer yang semula putih bersih kini dipenuhi retakan dan kawah kecil, bukti nyata dari pertarungan dahsyat antara Nyonya Huang Wenling dan Tian Guan Zong.Para tamu undangan berdiri mematung di pinggir aula, wajah mereka pucat oleh ketakutan dan kekaguman. Tidak ada yang berani bersuara, bahkan untuk berbisik.Semua mata tertuju pada tiga sosok yang berdiri di tengah aula: Nyonya Huang Wenling dengan Tablet Emas Langit Barat, Tian Guan Zong dengan Benih Rumput Emas, dan Rong Tian yang baru saja bangkit dari kursi kehormatannya.Nyonya Huang Wenling adalah yang pertama memecah keheningan. Dengan gerakan anggun yang diperhitungkan, ia melangkah mendekati Rong Tian. Gaun hitamnya yang mewah ber
Namun, Tian Guan Zong tidak bergerak hingga detik terakhir.Dengan gerakan cepat yang hampir tidak terlihat, ia mengangkat telapak tangannya, menciptakan perisai qi putih kebiruan berbentuk bintang delapan sudut."Perisai Bintang Utara," ucapnya tenang.Bunga peony bertabrakan dengan perisai bintang, menciptakan ledakan energi kedua yang lebih kuat dari sebelumnya. Lantai marmer di bawah kaki mereka retak lebih dalam, serpihan-serpihan kecil melayang ke udara sebelum jatuh kembali seperti hujan kristal.Tanpa jeda, Tian Guan Zong melancarkan serangan balasan. Ia mencabut pedangnya dengan gerakan cepat, menciptakan suara berdenting yang tajam membelah udara. Pedang panjang berwarna biru langit itu berkilau tertimpa cahaya, memancarkan aura suci yang membuat beberapa kultivator iblis mundur dengan tidak nyaman."Pedang Pemurnian Langit," serunya, mengayunkan pedang dalam gerakan melintang.Sebuah gelombang qi putih kebiruan melesat dari ujung pedangnya, membentuk bulan sabit raksasa yan
Sosok tinggi besar melangkah masuk dengan langkah mantap yang membuat lantai marmer bergetar.Ia mengenakan jubah putih bersih dengan bordiran awan biru yang rumit, kontras dengan rambutnya yang putih seperti salju namun wajahnya yang tampak tidak lebih dari empat puluh tahun.Matanya yang tajam seperti elang memancarkan aura kewibawaan yang tidak bisa dibantah, sementara tangannya yang besar menggenggam sebuah pedang panjang dalam sarung berwarna biru langit."Tian Guan Zong!" bisik beberapa orang dengan suara terkesiap."Pemimpin Sekte Cahaya Surgawi dari Gunung Lima Awan!""Kultivator legendaris dari Utara!"Bisikan-bisikan kagum dan ketakutan memenuhi aula saat sosok legendaris itu melangkah maju dengan tenang.Di belakangnya, belasan murid Sekte Cahaya Surgawi berpakaian biru langit mengikuti dengan sikap hormat, membentuk formasi yang rapi dan teratur.Wajah Nyonya Huang mengeras, senyum percaya dirinya lenyap digantikan ekspresi waspada. Tangannya yang tadinya terulur untuk men
Kesunyian yang mencekam menyelimuti Aula Bunga Peony setelah pertarungan spektakuler antara Nyonya Huang Wenling dan Guru Negara Long Jian.Udara terasa berat oleh sisa-sisa energi qi yang bertabrakan, menciptakan lapisan tipis kabut spiritual yang berpendar kemerahan di bawah cahaya lentera kristal.Guru Negara Long Jian telah dibawa keluar oleh murid-muridnya, meninggalkan bekas darah yang mengering di lantai marmer putih sebagai pengingat akan kekuatan luar biasa sang pemimpin Sekte Hehuan.Nyonya Huang Wenling berdiri di tengah panggung dengan postur sempurna, gaun hitamnya yang mewah tidak menunjukkan sedikit pun kusut meski baru saja menyelesaikan pertarungan.Wajahnya yang cantik dihiasi senyum tipis penuh kepuasan, matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan dengan tatapan seorang penguasa yang yakin akan kekuasaannya.Seperti air sungai yang mengalir setelah bendungan terbuka, bisikan-bisikan mulai memenuhi aula. Para anggota sekte iblis tidak bisa menyembunyikan kegembiraan m
Dengan satu gerakan anggun, kedua tangannya terangkat ke atas. Sembilan bunga peony yang melayang di sekitarnya tiba-tiba bergabung, membentuk satu bunga raksasa yang ukurannya sebanding dengan pedang qi Long Jian.Bunga itu berputar dengan kecepatan luar biasa, menciptakan pusaran energi yang menarik debu dan partikel cahaya ke dalamnya."Peony Abadi: Pengurai Surga dan Bumi," bisiknya, namun suaranya terdengar jelas di seluruh aula yang kini sunyi senyap.Bunga peony raksasa itu melesat ke atas, langsung menuju pedang qi Long Jian. Udara di sekitarnya bergetar hebat, menciptakan gelombang suara yang membuat telinga berdenging.Cahaya merah keunguan dan biru keperakan bertabrakan di udara, menciptakan ledakan energi yang membutakan untuk sesaat.Saat semua orang bisa melihat kembali, pemandangan yang menyambut mereka membuat napas tercekat. Pedang qi Long Jian telah hancur berkeping-keping, serpihan-serpihannya melayang di udara seperti kristal es yang perlahan jatuh ke lantai.Semen