Share

Air Mata Kepalsuan.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-25 19:25:28

Langit Kota Biramaki tertutup awan kelabu pagi itu, seolah ikut berkabung atas kepergian Wakil Menteri Zhao Lin.

Upacara pemakaman dipersiapkan dengan kemegahan yang jarang terlihat, menunjukkan status tinggi dan penghormatan terakhir bagi pejabat yang dihormati itu.

Kediaman keluarga Zhao dipenuhi bunga-bunga putih dan lentera berkabung. Para pelayan bergerak cepat mempersiapkan segala sesuatu, sementara para tamu kehormatan mulai berdatangan.

Di antara mereka, beberapa pejabat istana dan pemimpin sekte bela diri terkemuka.

Zhao Hua berdiri di depan altar penghormatan, mengenakan pakaian putih berkabung yang menyapu lantai. Wajahnya yang cantik kini tampak pucat, dengan jejak air mata yang belum mengering di pipinya. Namun, di balik kesedihan itu, tersembunyi kilatan ambisi dan kemarahan yang mendalam.

"Nona Zhao, kami turut berduka atas kepergian ayahanda," ujar seorang pejabat istana seraya membungkuk hormat.

Zhao Hua mengangguk lemah. "Terima kasih atas kehadirannya. Ayahku adal
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Bayangan Naga di Pulau Terlarang.

    Rong Tian mengangguk paham."Tentu. Aku menghargai kejujuranmu, Lao Hai."Malam semakin larut di Desa Nelayan Teratai Biru. Suara deburan ombak terdengar lebih jelas dalam keheningan, seperti bisikan rahasia dari kedalaman laut.Cahaya bulan menembus jendela kecil pondok, menciptakan bayangan yang menari lembut di lantai kayu.Rong Tian menatap sekantong koin emas yang tergeletak di atas meja, berkilau redup dalam cahaya temaram pelita minyak ikan. Lima ribu koin emas, jumlah yang bisa mengubah nasib seluruh desa nelayan kecil ini."Lao Hai," ucapnya dengan suara tenang, "setelah kupikir-pikir, kita membutuhkan kapal kecil dengan awak minimal dua nelayan lain selain dirimu. Kita akan berlayar ke Pulau Bai She segera setelah kondisiku membaik."Lao Hai menatap kantong emas itu dengan tatapan kompleks, campuran antara keinginan, ketakutan, dan keraguan. Tangannya yang kasar oleh kehidupan laut mengusap janggutnya yang mulai memutih, gestur yang menunjukkan ia sedang berpikir keras."Tua

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Rahasia Pulau Bai She.

    Mereka makan dalam keheningan yang nyaman untuk beberapa saat.Rong Tian menikmati setiap suapan, merasakan kesegaran ikan yang baru ditangkap dan kelezatan bumbu sederhana yang menyatu dengan sempurna.Ia tidak ingat kapan terakhir kali menikmati makanan dengan cara seperti ini, tanpa kecurigaan, tanpa ketakutan akan racun atau jebakan."Jadi, Tuan Muda berasal dari mana?" tanya Lao Hai akhirnya, memecah keheningan. "Pakaian dan barang-barang Tuan Muda menunjukkan bahwa Tuan Muda bukan orang biasa."Rong Tian terdiam sejenak, mempertimbangkan jawaban yang tepat."Aku berasal dari Barat," jawabnya akhirnya. "Sedang dalam perjalanan mencari... obat untuk penyakitku."Rong Tian tidak sepenuhnya berbohong. Pelindung Bahu Fajar Abadi memang bisa dianggap sebagai 'obat' untuk luka dalamnya."Ah, pantas saja," Lao Hai mengangguk paham. "Laut Timur memang terkenal dengan tanaman obat langka yang hanya tumbuh di pulau-pulau tertentu. Banyak tabib dari seluruh penjuru datang untuk mencarinya."

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Jubah Raja Kelelawar Hitam.

    Pintu pondok menutup dengan suara berderit halus, meninggalkan Rong Tian sendirian dalam keheningan yang hanya diisi oleh suara deburan ombak dari kejauhan.Cahaya matahari menembus jendela kecil, menciptakan pola-pola keemasan di lantai kayu yang usang. Aroma garam laut dan rumput obat mengambang di udara, memberikan sensasi menenangkan yang aneh.Begitu langkah kaki gadis nelayan itu tak terdengar lagi, Rong Tian perlahan menggerakkan tubuhnya yang masih lemah. Matanya tertuju pada buntalan kain kasar yang tergeletak di sudut ruangan, tidak jauh dari tempat tidur sederhananya.Sejak membuka mata, buntalan itu telah menarik perhatiannya, menimbulkan pertanyaan yang tak terucapkan."Sejak tadi aku ingin memastikan," bisiknya pada diri sendiri, suaranya masih serak akibat tiga hari tak sadarkan diri."Apakah gadis itu benar-benar tulus menolong, atau ada motif tersembunyi?"Ia menatap pakaian yang kini dikenakannya, tunik dan celana panjang dari kain kasar berwarna biru pudar namun ber

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Tempat Yang asing.

    Sekejab setelah memaksakan diri sadar dari kecanggungan mimpi...Dengan susah payah, Rong Tian membuka matanya. Langit biru terbentang di atasnya, awan-awan putih berarak perlahan seperti domba-domba yang digembala angin.Ia tidak lagi berada di bawah pohon pinus, melainkan di sebuah pondok sederhana dengan atap jerami."Ah, tuan muda sudah sadar," sebuah suara lembut menyapa telinganya.Rong Tian menoleh perlahan, menemukan seorang gadis muda duduk di sampingnya.Gadis itu mungkin berusia enam belas atau tujuh belas tahun, dengan kulit kecoklatan yang terbakar matahari dan rambut hitam panjang yang dikepang sederhana. Pakaiannya terbuat dari kain kasar berwarna biru laut, khas pakaian nelayan di pesisir timur."Minumlah ini," gadis itu menyodorkan mangkuk berisi cairan hijau kecoklatan yang mengepul. "Ramuan obat dari rumput laut dan akar pinus merah. Akan membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat pemulihan."Dengan bantuan gadis itu, Rong Tian berhasil duduk dan menerima mangku

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Harga Sebuah Kekuatan.

    Langit timur mulai memudar dari hitam pekat menjadi biru kelabu, seperti tinta yang perlahan tercuci air.Cahaya pertama matahari mengintip malu-malu dari balik horizon, menyentuh awan-awan dengan semburat keemasan. Burung-burung mulai bernyanyi, menyambut hari baru dengan melodi yang riang.Di tengah keindahan pagi yang damai itu, sebuah sosok hitam terbang dengan kecepatan tinggi. Sayapnya yang lebar mengepak lemah, semakin lama semakin tidak beraturan.Tubuh kelelawar raksasa itu bergetar, energi hitam keunguan yang menyelimutinya mulai memudar.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di udara. Sayapnya mengepak putus asa, berusaha mempertahankan ketinggian. Namun energi yang tersisa tidak cukup.Dengan suara melengking lemah, kelelawar raksasa itu mulai terjatuh.Saat tubuhnya meluncur ke bawah, sosok kelelawar itu berubah. Sayap hitam menyusut, tubuh besar mengecil, hingga yang tersisa hanyalah sosok manusia dalam balutan jubah hitam yang berantakan.Rong Tian, sang Raja Kelelawar Hitam, j

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Sang Pewaris Kegelapan – Part II.

    Jimat itu melesat di udara seperti kilatan cahaya hitam, terlalu cepat untuk dihindari.Jimat tersebut menempel tepat di mulut Xiao Yunhai, menciptakan cahaya ungu kehitaman yang menyebar ke seluruh wajahnya.Pangeran Mahkota mencoba berteriak, namun tidak ada suara yang keluar. Mulutnya terkunci rapat, seolah dijahit oleh benang tak terlihat.Keringat dingin semakin deras mengalir di wajah Xiao Yunhai yang kini dipenuhi ketakutan murni. Tangannya berusaha melepaskan jimat tersebut, namun setiap sentuhan hanya membuat rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya."Pangeran Mahkota!" seru para pengikutnya dengan panik.Lin Xiaoyu dan Zhao Jingyi, dua murid Sekte Hua San, melangkah maju dengan wajah pucat. Mereka membungkuk dalam ke arah Rong Tian."Tuan Rong," ucap Lin Xiaoyu dengan suara yang berusaha tetap tenang, "atau harus kami panggil Raja Kelelawar Hitam? Kami mohon ampuni Pangeran Mahkota. Dia hanya... terbawa emosi.""Benar," tambah Zhao Jingyi. "Meski dia telah bersikap tidak sopa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status