Dua hari berlalu tanpa ada yang melihat Kaisar Liu Yan. Ia mengurung diri di Pavilium Bunga Peony, tempat Hanim ditempatkan, menolak menemui siapa pun termasuk para menteri dan pejabat istana. Kabar tentang selir baru kaisar menyebar cepat di seluruh istana, menimbulkan kecemasan dan kemarahan, terutama di kalangan selir-selir lama dan permaisuri.Sementara itu...Di Paviliun Permaisuri, Huang Xiuying duduk dengan wajah tegang. Di hadapannya, Selir Zheng Ehuang dan Selir Qian Xiu duduk dengan ekspresi serupa."Sudah dua hari," kata Permaisuri Huang, suaranya gemetar menahan amarah. "Dua hari Yang Mulia tidak keluar dari pavilium wanita asing itu. Bahkan pertemuan penting dengan utusan dari Sekte Langit Murni pun dibatalkan.""Hamba dengar dari dayang yang melayani makanan, wanita itu memiliki kecantikan yang luar biasa," ujar Selir Zheng dengan nada iri. "Kulitnya putih, rambutnya pirang, dan matanya biru seperti lautan.""Kecantikan saja tidak cukup untuk menahan perhatian Yang Muli
Berita tentang pengangkatan Hanim sebagai selir resmi dan rencana pawai keliling kota menyebar cepat di istana, menimbulkan kemarahan besar di kalangan permaisuri dan selir-selir lama.+++Di Paviliun Permaisuri, Permaisuri Huang menggebrak meja dengan marah, membuat cangkir teh di atasnya tumpah."Ini penghinaan!" serunya dengan wajah merah padam. "Bukan hanya dia diangkat setara dengan Selir Zheng dan Selir Qian yang telah bertahun-tahun mengabdi, tapi juga akan diarak keliling kota? Hal yang bahkan tidak pernah dilakukan untuk permaisuri!"Selir Zheng menggigit bibirnya, menahan amarah. "Hamba sudah melayani Yang Mulia selama lima belas tahun, tapi tidak pernah mendapatkan kehormatan seperti itu.""Wanita asing itu pasti menggunakan sihir atau ramuan," kata Selir Qian dengan suara bergetar. "Tidak mungkin Yang Mulia bertindak seperti ini tanpa pengaruh luar."Permaisuri Huang menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Kita sudah mencoba racun, tapi gagal. Bahkan Selir Z
Musim gugur di Kota Biramaki membawa angin sejuk yang menggugurkan daun-daun keemasan dari pepohonan istana. Namun, di balik tembok-tembok megah Istana Kekaisaran Bai Feng, suasana politik jauh dari sejuk. Kekuasaan telah bergeser, mengalir seperti air dari tangan-tangan lama ke tangan baru yang haus akan pengaruh.Paviliun Bunga Peony, kediaman Hanim, kini menjadi pusat kekuasaan tidak resmi di istana. Setiap pagi, antrean panjang pejabat istana, kasim senior, dan bahkan menteri-menteri penting terlihat menunggu untuk menghadap sang selir kesayangan. Mereka membawa bingkisan mewah—perhiasan, sutra langka, artefak berharga, dan kantong-kantong berisi emas—semua dipersembahkan dengan harapan mendapatkan perhatian dan dukungan Hanim.Di ruang utama pavilium yang dihiasi dengan kemewahan dari berbagai penjuru kekaisaran, Hanim duduk dengan anggun di atas kursi kayu cendana berukir. Gaun sutra biru mudanya kontras dengan rambut pirang yang disanggul tinggi, dihiasi tusuk konde permata y
Zhao Lin menelan ludah dengan susah payah. Ia adalah pejabat yang jujur, diangkat karena kemampuannya, bukan karena koneksi politik. Permintaan semacam ini bertentangan dengan prinsipnya."Saya... saya perlu waktu untuk mempertimbangkannya," jawab Zhao Lin akhirnya. "Ini bukan keputusan yang bisa saya ambil begitu saja."Ekspresi Hanim berubah, meski ia berusaha menyembunyikannya di balik senyum diplomatis. Matanya yang biru berkilat dingin, kontras dengan senyum manisnya. Ia mengangkat cangkir teh krisannya, menyesapnya perlahan sebelum berbicara."Tentu, Wakil Menteri," ucapnya dengan suara lembut yang menyimpan ancaman tersembunyi. "Hamba memahami bahwa Anda memerlukan waktu. Tapi jangan terlalu lama... kesempatan seperti ini tidak datang dua kali."Guru Negara Lin mengangguk. "Benar sekali. Dan Wakil Menteri, saya yakin Anda cukup bijaksana untuk membuat keputusan yang tepat."Zhao Lin membungkuk kaku. "Saya akan mempertimbangkannya dengan serius. Kalau begitu, izinkan saya undur
Malam yang sunyi, sosok itu dengan jubah yang berkibar ditiup angin, ekspresinya tanpa perasaan, saat berjongkok di dekat Zhao Lin."Kau seharusnya menerima tawaran itu, Wakil Menteri," bisik sosok bertopeng itu di telinga Zhao Lin. "Sekarang sudah terlambat.""Kumohon," Zhao Lin memohon, suaranya bergetar. "Aku punya keluarga... anak-anak...""Mereka akan baik-baik saja," jawab sosok itu dingin. "Selama mereka lebih bijaksana darimu."Dengan gerakan cepat, sosok berjubah hitam itu mengayunkan tangannya. Cakar hitam yang tajam merobek leher Zhao Lin, memutus arteri utamanya. Darah menyembur deras, membasahi jubah putih Wakil Menteri yang kini tergeletak di tanah dengan mata terbelalak.Sosok bertopeng itu berdiri diam sejenak, memandangi karyanya. Kemudian, ia mengeluarkan sebuah jimat hitam dari balik jubahnya dan meletakkannya di dada Zhao Lin yang sudah tak bernyawa."Semoga perjalananmu ke alam baka menyenangkan, Wakil Menteri," ucapnya pelan sebelum melompat tinggi ke atas poho
Malam di Gurun Hadarac selalu memiliki keindahan yang mengerikan. Langit kelam membentang luas tanpa batas, ditaburi bintang-bintang yang berkilauan seperti permata di atas kain hitam. Bulan sabit menggantung rendah di cakrawala, memancarkan cahaya redup yang menyinari hamparan pasir keemasan yang kini tampak keperakan di bawah sinarnya.Suara lolongan serigala gurun terdengar dari kejauhan, bergema di antara bukit-bukit pasir, menciptakan melodi malam yang membuat bulu kuduk meremang. Angin dingin bertiup perlahan, menggerakkan butiran-butiran pasir halus, membentuk pola-pola yang terus berubah di permukaan gurun yang tak pernah diam.Di tengah kesunyian gurun yang mencekam, suara derap kaki kuda dan roda kereta memecah keheningan. Sebuah kereta mewah yang ditarik oleh empat ekor kuda hitam bergerak perlahan membelah hamparan pasir. Kereta itu dihiasi ukiran-ukiran naga dan phoenix yang rumit, dengan lapisan emas di tepiannya—jelas milik seseorang dengan status sangat tinggi.Empa
Pangeran Jinhai menghela napas, lalu berbicara dengan suara yang lebih rendah. "Kami ingin Anda menghabisi seseorang. Seorang wanita bernama Hanim, selir baru ayahanda hamba.""Selir?" Raja Kelelawar Hitam terdengar sedikit tertarik. "Mengapa seorang selir perlu disingkirkan oleh Pangeran Mahkota dan Permaisuri?""Dia bukan selir biasa," jawab Pangeran Jinhai, kini suaranya lebih tegas. "Hanim berasal dari Kekaisaran Matahari Emas. Dia telah memikat ayahanda hamba dengan cara yang tidak wajar, membuat beliau mengabaikan urusan kenegaraan dan keluarganya."Raja Kelelawar Hitam terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan informasi ini. "Lanjutkan.""Hanim telah mengambil alih istana dalam waktu singkat," Pangeran Jinhai melanjutkan. "Para pejabat dan kasim berlomba-lomba memberinya upeti. Bahkan Guru Negara Lin Zhao tampak bekerja sama dengannya. Kami curiga dia memiliki agenda tersembunyi, mungkin... mungkin dia adalah mata-mata atau pembunuh yang dikirim untuk menghancurkan kekaisaran
Bulan sabit telah menghilang di ufuk barat, menyisakan kegelapan yang pekat di Gurun Hadarac. Angin dingin masih bertiup, menggerakkan butiran pasir halus yang berkilau samar di bawah cahaya bintang.Setelah kereta Pangeran Liu Jinhai menghilang di kejauhan, Raja Kelelawar Hitam tetap berdiri diam di tepi Jurang Abyss of Suffering. Hanya setelah memastikan bahwa ia benar-benar sendirian, ia perlahan mengangkat tangannya dan melepaskan topeng giok hitam yang menutupi wajahnya.Wajah Rong Tian terungkap, ekspresinya tenang namun matanya menyiratkan pemikiran yang dalam. Ia menatap peti kayu berukir yang ditinggalkan Pangeran Mahkota, kemudian berlutut dan membukanya perlahan.Cahaya keemasan segera menyambut matanya. Lima ratus keping emas murni tersusun rapi di dalam peti, masing-masing seberat empat liang, berkilauan bahkan dalam kegelapan malam. Jumlah yang cukup untuk membeli sebuah kota kecil, seperti yang dikatakan Pangeran Jinhai.Rong Tian menahan napas. Meski ia telah bersikap
Selama tiga bulan penuh, Rong Tian tenggelam dalam kultivasi intensif.Waktu seolah kehilangan maknanya di gua itu. Kadang-kadang, sosok muda Xiao Hu muncul di mulut gua, membawa perbekalan dari Kota Biramaki.Ia tidak pernah berani mengganggu gurunya yang sedang dalam kondisi kultivasi mendalam, hanya meninggalkan makanan dan ramuan di dekat pintu masuk sebelum kembali menuruni tebing dengan langkah ringan yang menunjukkan kemajuan qinggong-nya.Xiao Hu sendiri telah mengalami kemajuan pesat. Di bawah bimbingan tidak langsung Rong Tian dan dengan bantuan manual kultivasi dasar yang diberikan padanya, bocah pengemis itu kini telah mencapai Ranah Awal level 3.Tubuhnya yang dulu kurus kering kini mulai menunjukkan otot-otot yang padat, dan matanya yang dulu redup oleh kelaparan kini bersinar dengan kewaspadaan seorang kultivator muda.Yang mengejutkan, Xiao Hu tidak mengikuti jalur kultivasi iblis seperti gurunya.Sebuah manual kultivasi peninggalan Dinasti Xi Tian yang Rong Tian temuk
Rong Tian kemudian beralih ke Tian Guan Zong yang berusaha bangkit dengan bertumpu pada pedangnya.Dengan satu tendangan ringan, ia mengirim pedang itu terbang, membuat Tian Guan Zong jatuh kembali ke lantai. Tangannya yang cepat meraih kubus kristal berisi Benih Rumput Emas dari kantong penyimpanan Tian Guan Zong."Kau... tidak tahu apa yang kau lakukan, anak muda," ucap Tian Guan Zong di antara batuk darahnya. "Kedua harta itu tidak boleh disatukan..."Rong Tian hanya tersenyum tipis, memasukkan kedua harta karun legendaris itu ke dalam kantong penyimpanannya.Kemudian, dengan gerakan yang mengejutkan semua orang, ia melompat tinggi ke udara, menembus atap aula yang terbuat dari kayu keras seolah itu hanyalah kertas tipis.Para tamu undangan bergegas keluar aula, mendongak ke langit untuk melihat sosok Rong Tian yang kini melayang di udara seperti burung rajawali.Cahaya bulan menyinari sosoknya yang gagah, jubah hitamnya berkibar tertiup angin malam. Dengan satu gerakan anggun, ia
Energi qi keemasan berputar di sekitar Rong Tian seperti badai pasir, menyerang dari segala arah dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa.Nyonya Huang dan Tian Guan Zong berusaha bertahan, menggunakan harta karun mereka untuk menciptakan perisai pelindung, namun serangan Rong Tian terlalu kuat dan terlalu cepat."Naga Emas Menyembur," serunya, melanjutkan ke jurus kelima.Energi qi keemasan berkumpul di ujung pedangnya, membentuk kepala naga yang mengaum sebelum melesat dengan kecepatan luar biasa. Lantai aula bergetar hebat saat energi naga itu menyerang, meninggalkan jejak keemasan di udara.Nyonya Huang menggigit bibirnya hingga berdarah, matanya berkilat marah."Tidak kusangka seorang bocah berani menentang dua pemimpin sekte bintang lima sekaligus!" Ia mengaktifkan kekuatan penuh Tablet Emas Langit Barat, menciptakan kubah energi merah keunguan yang melindunginya.Tian Guan Zong tidak kalah murka. Dengan gerakan cepat, ia mengeluarkan seluruh kekuatan Benih Rumput Emas, men
Tian Guan Zong tidak kalah cepat. Tangannya bergerak dalam pola yang berbeda, menciptakan gelombang qi putih kebiruan dengan semburat hijau yang membentuk sembilan bintang bercahaya di sekitarnya."Formasi Bintang Utara," balasnya dengan suara dalam yang bergema.Kedua serangan melesat ke arah Rong Tian dari dua arah berbeda, menciptakan pemandangan spektakuler berupa gelombang energi merah keunguan dan putih kebiruan yang menyatu dalam pusaran mematikan.Udara bergetar hebat oleh kekuatan dahsyat yang dilepaskan, menciptakan angin kencang yang membuat jubah dan rambut para penonton berkibar liar.Namun Rong Tian tetap berdiri tenang di tempatnya, seolah tidak melihat bahaya yang mendekat. Saat kedua serangan hampir mencapainya, ia akhirnya bergerak.Dengan gerakan yang hampir tidak terlihat oleh mata biasa, ia mengaktifkan Jaring Kegelapan, salah satu jurus iblis tingkat tinggi yang ia kuasai."Jaring Kegelapan," bisiknya, suaranya hampir tidak terdengar.Seketika, energi qi hitam pe
Aula Bunga Peony yang megah kini menjadi saksi bisu pertarungan kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah dunia persilatan.Udara terasa berat oleh sisa-sisa energi qi yang saling bertabrakan, menciptakan lapisan tipis kabut spiritual yang berpendar dalam berbagai warna.Lantai marmer yang semula putih bersih kini dipenuhi retakan dan kawah kecil, bukti nyata dari pertarungan dahsyat antara Nyonya Huang Wenling dan Tian Guan Zong.Para tamu undangan berdiri mematung di pinggir aula, wajah mereka pucat oleh ketakutan dan kekaguman. Tidak ada yang berani bersuara, bahkan untuk berbisik.Semua mata tertuju pada tiga sosok yang berdiri di tengah aula: Nyonya Huang Wenling dengan Tablet Emas Langit Barat, Tian Guan Zong dengan Benih Rumput Emas, dan Rong Tian yang baru saja bangkit dari kursi kehormatannya.Nyonya Huang Wenling adalah yang pertama memecah keheningan. Dengan gerakan anggun yang diperhitungkan, ia melangkah mendekati Rong Tian. Gaun hitamnya yang mewah ber
Namun, Tian Guan Zong tidak bergerak hingga detik terakhir.Dengan gerakan cepat yang hampir tidak terlihat, ia mengangkat telapak tangannya, menciptakan perisai qi putih kebiruan berbentuk bintang delapan sudut."Perisai Bintang Utara," ucapnya tenang.Bunga peony bertabrakan dengan perisai bintang, menciptakan ledakan energi kedua yang lebih kuat dari sebelumnya. Lantai marmer di bawah kaki mereka retak lebih dalam, serpihan-serpihan kecil melayang ke udara sebelum jatuh kembali seperti hujan kristal.Tanpa jeda, Tian Guan Zong melancarkan serangan balasan. Ia mencabut pedangnya dengan gerakan cepat, menciptakan suara berdenting yang tajam membelah udara. Pedang panjang berwarna biru langit itu berkilau tertimpa cahaya, memancarkan aura suci yang membuat beberapa kultivator iblis mundur dengan tidak nyaman."Pedang Pemurnian Langit," serunya, mengayunkan pedang dalam gerakan melintang.Sebuah gelombang qi putih kebiruan melesat dari ujung pedangnya, membentuk bulan sabit raksasa yan
Sosok tinggi besar melangkah masuk dengan langkah mantap yang membuat lantai marmer bergetar.Ia mengenakan jubah putih bersih dengan bordiran awan biru yang rumit, kontras dengan rambutnya yang putih seperti salju namun wajahnya yang tampak tidak lebih dari empat puluh tahun.Matanya yang tajam seperti elang memancarkan aura kewibawaan yang tidak bisa dibantah, sementara tangannya yang besar menggenggam sebuah pedang panjang dalam sarung berwarna biru langit."Tian Guan Zong!" bisik beberapa orang dengan suara terkesiap."Pemimpin Sekte Cahaya Surgawi dari Gunung Lima Awan!""Kultivator legendaris dari Utara!"Bisikan-bisikan kagum dan ketakutan memenuhi aula saat sosok legendaris itu melangkah maju dengan tenang.Di belakangnya, belasan murid Sekte Cahaya Surgawi berpakaian biru langit mengikuti dengan sikap hormat, membentuk formasi yang rapi dan teratur.Wajah Nyonya Huang mengeras, senyum percaya dirinya lenyap digantikan ekspresi waspada. Tangannya yang tadinya terulur untuk men
Kesunyian yang mencekam menyelimuti Aula Bunga Peony setelah pertarungan spektakuler antara Nyonya Huang Wenling dan Guru Negara Long Jian.Udara terasa berat oleh sisa-sisa energi qi yang bertabrakan, menciptakan lapisan tipis kabut spiritual yang berpendar kemerahan di bawah cahaya lentera kristal.Guru Negara Long Jian telah dibawa keluar oleh murid-muridnya, meninggalkan bekas darah yang mengering di lantai marmer putih sebagai pengingat akan kekuatan luar biasa sang pemimpin Sekte Hehuan.Nyonya Huang Wenling berdiri di tengah panggung dengan postur sempurna, gaun hitamnya yang mewah tidak menunjukkan sedikit pun kusut meski baru saja menyelesaikan pertarungan.Wajahnya yang cantik dihiasi senyum tipis penuh kepuasan, matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan dengan tatapan seorang penguasa yang yakin akan kekuasaannya.Seperti air sungai yang mengalir setelah bendungan terbuka, bisikan-bisikan mulai memenuhi aula. Para anggota sekte iblis tidak bisa menyembunyikan kegembiraan m
Dengan satu gerakan anggun, kedua tangannya terangkat ke atas. Sembilan bunga peony yang melayang di sekitarnya tiba-tiba bergabung, membentuk satu bunga raksasa yang ukurannya sebanding dengan pedang qi Long Jian.Bunga itu berputar dengan kecepatan luar biasa, menciptakan pusaran energi yang menarik debu dan partikel cahaya ke dalamnya."Peony Abadi: Pengurai Surga dan Bumi," bisiknya, namun suaranya terdengar jelas di seluruh aula yang kini sunyi senyap.Bunga peony raksasa itu melesat ke atas, langsung menuju pedang qi Long Jian. Udara di sekitarnya bergetar hebat, menciptakan gelombang suara yang membuat telinga berdenging.Cahaya merah keunguan dan biru keperakan bertabrakan di udara, menciptakan ledakan energi yang membutakan untuk sesaat.Saat semua orang bisa melihat kembali, pemandangan yang menyambut mereka membuat napas tercekat. Pedang qi Long Jian telah hancur berkeping-keping, serpihan-serpihannya melayang di udara seperti kristal es yang perlahan jatuh ke lantai.Semen