Share

Zombie Yang Tak Terduga.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-03-01 22:13:51

Sepuluh zombie melayang di udara, menciptakan suasana mencekam yang membuat para kultivator Tao merasakan ketakutan yang mendalam.

Beberapa dari mereka tak mampu menahan diri dan berlari, bersembunyi di balik tebing curam, wajah mereka pucat, sementara detak jantung mereka bergemuruh dalam dada.

“Lari!”

“Aku belum ingin mati. Ayo bersembunyi!” teriak sekelompok kultivator yang panik.

Mereka yang lari bersembunyi ini adalah murid-murid sekte pelataran dalam. Mereka merasa terjebak dalam ketakutan.

Namun, di antara mereka, terdapat sekelompok kultivator yang tetap berani, termasuk Penatua Fan Liu. Dengan keyakinan, mereka mengeluarkan jimat pengusir setan dari saku jubah mereka.

“Ayo bertindak lebih berani!” seru Fan Liu, suaranya menggema di antara dinding jurang. Ia mengucapkan mantra dengan jelas, meludahkan energi spiritual ke jimat di tangannya. Aura yang kuat dan energi spiritual bangkit, mengisi udara dengan getaran yang menegangkan.

Para kultivator Tao tersisa, mereka para pembe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Bisikan di Atas Perahu.

    Rong Tian menyipitkan matanya, mengamati lebih seksama.Mereka tidak benar-benar berjalan di atas air.Di bawah kaki mereka, sebatang bambu kecil yang hampir tak terlihat menjadi pijakan, memungkinkan mereka bergerak di atas permukaan laut seolah berjalan di daratan. Teknik kultivasi tingkat menengah yang mengesankan untuk usia mereka yang masih sangat muda.Tanpa membuang waktu, Rong Tian melompat tinggi, tubuhnya melayang dalam busur sempurna sebelum mendarat tanpa suara di atap perahu. Ia merebahkan tubuhnya, menekan aura qi-nya hingga nyaris tak terdeteksi, dan menajamkan pendengarannya.Di dalam perahu, suara lembut seorang wanita menyambut kedatangan dua muda-mudi tersebut."Kalian terlambat, Meihua, Liwei.""Maafkan kami, Guru," suara gadis muda itu terdengar penuh hormat. "Kami harus menunggu hingga penjaga istana lengah.""Tidak masalah," jawab suara wanita itu, yang Rong Tian duga adalah Zarina "Bisik Maut", salah satu dari lima kultivator teratas kekaisaran. "Kalian berhasi

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Penginapan Angin Laut.

    Senja di Altandala tidak pernah benar-benar gelap.Cahaya matahari yang menghilang di cakrawala barat meninggalkan jejak keemasan yang memantul pada kubah-kubah istana dan dinding-dinding batu pasir kota, menciptakan pendar lembut yang menerangi jalanan bahkan setelah malam tiba.Namun di pinggiran kota, jauh dari kemegahan pusat Altandala, kegelapan lebih berani merangkak masuk, membungkus rumah-rumah sederhana dan jalan-jalan sempit dalam selimut bayangan.Rong Tian melangkah perlahan menyusuri jalan berbatu yang menanjak menuju area pemukiman di tepi tebing timur kota. Ia sengaja menghindari penginapan-penginapan mewah di pusat kota yang dipenuhi pedagang kaya dan bangsawan.Sebagai kultivator tingkat tinggi yang menyamar, ia lebih memilih tempat sederhana yang tidak menarik perhatian, tempat di mana kehadirannya tidak akan menimbulkan terlalu banyak pertanyaan.Langkahnya terhenti di depan sebuah bangunan dua lantai yang terbuat dari kayu dan batu.Papan nama usang di atasnya bert

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Festival Matahari Abadi – Part II.

    Pria tua itu tertawa kecil. "Tentu saja tidak! Hanya kultivator tingkat tinggi yang diundang atau direkomendasikan oleh sekte-sekte besar yang boleh berpartisipasi.”“Tahun lalu, seorang kultivator dari Dataran Selatan nekat mendaftar tanpa rekomendasi. Ia bahkan tidak sempat naik ke arena sebelum Bairam Si Cakar Gurun menghabisinya dengan satu serangan.""Bairam Si Cakar Gurun?" Rong Tian bertanya, meski ia sudah mengetahui jawabannya."Salah satu dari lima kultivator teratas kekaisaran," jawab pria tua itu dengan bangga. "Mereka semua akan hadir meramaikan festival tahun ini.""Menurutku Bairam yang akan menjadi juara tahun ini," seru seorang pemuda bertubuh kekar yang ikut mendengarkan percakapan mereka. "Tahun lalu ia hampir mengalahkan Dalkhan jika saja pertarungan tidak dihentikan oleh Khagan Soraltan.""Jangan bodoh," bantah temannya. "Zarina Bisik Maut jauh lebih berbahaya. Kau tidak melihat bagaimana ia mengalahkan tiga kultivator Dataran Barat sekaligus tanpa berkeringat?""

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Festival Matahari Abadi.

    Di tengah hamparan gurun yang membentang tak berujung, Kekaisaran Matahari Emas berdiri megah bagai fatamorgana yang mewujud nyata.Istana Surgawi Altandala menjulang tinggi dengan kubah-kubah keemasan yang memantulkan cahaya matahari, menciptakan ilusi seolah bangunan itu sendiri memancarkan sinar surya.Menara-menara observasinya yang ramping menerobos langit biru, tempat para pendeta matahari melakukan ritual pemujaan kepada dewa mereka setiap pagi dan senja.Kekaisaran ini dibangun dari darah dan keringat suku-suku gurun yang dahulu saling berperang, hingga Khagan Soraltan Yang Agung menyatukan mereka di bawah panji emas dengan lambang matahari terbit.Ia mengubah nama ibu kota dari Karakun—Kota Pasir Berdarah—menjadi Altandala, Kota Matahari Abadi, menghapus kenangan kelam masa lalu dan memulai era keemasan baru.Kini, di bawah pemerintahan yang sama, kekaisaran ini telah mencapai puncak kejayaannya. Wilayahnya membentang dari tepi Laut Timur hingga Pegunungan Barat, dari Padang

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Ambisi yang Tersapu Angin.

    Liu Jinhai menatap kosong ke arah ruangan yang telah kehilangan cahayanya. Seluruh rencananya, seluruh janjinya, seluruh ambisinya—semuanya hancur dalam semalam.Bagaimana ia akan mempertanggungjawabkan janjinya untuk membiayai dunia persilatan jika tak ada harta tersisa? Bagaimana ia akan menjelaskan hilangnya seluruh harta kepada Kaisar dan Permaisuri?Di luar gudang, bulan purnama mulai tenggelam di ufuk barat, seolah turut berduka atas kejatuhan seorang pangeran yang terlalu tinggi bermimpi. Angin dingin berhembus melalui jendela yang terbuka, membawa aroma samar peony dari taman istana.Pangeran Mahkota Liu Jinhai masih terduduk di lantai gudang yang kini kosong melompong.Tangannya gemetar menyentuh lantai marmer yang dingin, tempat peti-peti harta karun sebelumnya tersusun rapi. Tidak ada yang tersisa kecuali debu dan beberapa keping koin emas yang terselip di celah lantai.Semua harta dari Dataran Jin Cao milik Dinasti Xi Tian—gulungan-gulungan kuno berisi teknik kultivasi rah

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Rampasan Dinasti Xi Tian.

    Pangeran Mahkota Liu Jinhai, dengan langkah sedikit terhuyung akibat anggur yang terlalu banyak ia teguk, berjalan menyusuri koridor panjang menuju kediamannya.Lentera-lentera jade menyinari jalannya, menciptakan bayangan-bayangan yang menari di dinding berukir. Penjaga istana membungkuk hormat saat ia lewat, tidak berani menatap langsung wajah pewaris tahta.Ketika mencapai pintu kediamannya yang dijaga dua pengawal elit, Pangeran Mahkota merasakan perubahan aneh di udara.Suhu mendadak turun drastis, menciptakan kepulan uap dari napasnya yang hangat. Lentera-lentera di sekitarnya berkedip lemah, seolah kehilangan kekuatan melawan kegelapan yang tiba-tiba menyelimuti koridor."Siapa di sana?" tanya salah satu pengawal dengan waspada, tangannya bergerak ke arah pedang di pinggangnya.Tidak ada jawaban, hanya hembusan angin dingin yang membuat bulu kuduk meremang. Kemudian, dari kegelapan di ujung koridor, muncul sosok berjubah hitam.Ia melangkah tanpa suara, seolah melayang beberapa

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Janji-Janjinya Sang Pangeran.

    Istana Kekaisaran Bai Feng berdiri megah di puncak bukit tertinggi Kota Xiangyang, dikelilingi tembok putih setinggi lima belas zhang yang berkilau keperakan di bawah sinar bulan purnama.Atap-atap bangunannya yang berlapis emas menangkap cahaya bintang, menciptakan ilusi ribuan permata yang tersebar di seluruh kompleks istana.Taman-taman yang dirancang dengan ketelitian sempurna membentang di antara paviliun-paviliun mewah, dengan kolam teratai dan jembatan melengkung yang merefleksikan keanggunan dinasti yang telah berkuasa selama tiga ratus tahun.Di jantung kompleks istana, Pavilion Bunga Peony Permaisuri Huang bersinar terang malam itu. Lentera-lentera merah dan ungu bergantung dari langit-langit berukir, menyinari ruangan dengan cahaya hangat yang memantul pada dinding-dinding berlapiskan sutra keemasan.Aroma dupa mahal dari Dataran Selatan mengambang di udara, berpadu dengan wangi teh putih langka dan hidangan-hidangan mewah yang tersaji di atas meja-meja kayu cendana.Permai

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Darah dan Pasir: Kebangkitan Tuan Muda Iblis.

    Selama tiga bulan penuh, Rong Tian tenggelam dalam kultivasi intensif.Waktu seolah kehilangan maknanya di gua itu. Kadang-kadang, sosok muda Xiao Hu muncul di mulut gua, membawa perbekalan dari Kota Biramaki.Ia tidak pernah berani mengganggu gurunya yang sedang dalam kondisi kultivasi mendalam, hanya meninggalkan makanan dan ramuan di dekat pintu masuk sebelum kembali menuruni tebing dengan langkah ringan yang menunjukkan kemajuan qinggong-nya.Xiao Hu sendiri telah mengalami kemajuan pesat. Di bawah bimbingan tidak langsung Rong Tian dan dengan bantuan manual kultivasi dasar yang diberikan padanya, bocah pengemis itu kini telah mencapai Ranah Awal level 3.Tubuhnya yang dulu kurus kering kini mulai menunjukkan otot-otot yang padat, dan matanya yang dulu redup oleh kelaparan kini bersinar dengan kewaspadaan seorang kultivator muda.Yang mengejutkan, Xiao Hu tidak mengikuti jalur kultivasi iblis seperti gurunya.Sebuah manual kultivasi peninggalan Dinasti Xi Tian yang Rong Tian temuk

  • Pewaris Kultivasi Iblis, Raja Kelelawar Hitam   Tablet Emas dan Benih yang Terkutuk.

    Rong Tian kemudian beralih ke Tian Guan Zong yang berusaha bangkit dengan bertumpu pada pedangnya.Dengan satu tendangan ringan, ia mengirim pedang itu terbang, membuat Tian Guan Zong jatuh kembali ke lantai. Tangannya yang cepat meraih kubus kristal berisi Benih Rumput Emas dari kantong penyimpanan Tian Guan Zong."Kau... tidak tahu apa yang kau lakukan, anak muda," ucap Tian Guan Zong di antara batuk darahnya. "Kedua harta itu tidak boleh disatukan..."Rong Tian hanya tersenyum tipis, memasukkan kedua harta karun legendaris itu ke dalam kantong penyimpanannya.Kemudian, dengan gerakan yang mengejutkan semua orang, ia melompat tinggi ke udara, menembus atap aula yang terbuat dari kayu keras seolah itu hanyalah kertas tipis.Para tamu undangan bergegas keluar aula, mendongak ke langit untuk melihat sosok Rong Tian yang kini melayang di udara seperti burung rajawali.Cahaya bulan menyinari sosoknya yang gagah, jubah hitamnya berkibar tertiup angin malam. Dengan satu gerakan anggun, ia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status