terimakasih untuk sahabat yang masih setia mengikuti cerita Pewaris Naga Majapahit. Jangan lupa masukkan novel ini ke pustaka anda dan folow akun penulis MN Rohmadi. Baca juga novel karya penulis yang berjudul Menantu sang Jendral Besar dan Menantu sang Jendral besar S2. Terimakasih juga kepada sahabat yang telah memberikan Gem dan hadiah kepada karya ini. Jangan lupa beri komentar untuk mengungkapkan ketertarikan sahabat pada karya ini.
Bab 206. MELAWAN SANTET “Apa? Apa yang kamu katakan? Kalau mau membantah perintah saya itu jangan membuat alasan yang tidak masuk akal. Awas kalian, saya akan memberi Surat Peringatan kepada kalian bertiga yang menolak menjalankan tugas dari saya,” ancam dokter Sasongko kepada ketiga tim medis yang bersamanya. Setelah memberi ancaman kepada tim medisnya, dokter Sasongko berniat untuk memeriksa sendiri tubuh Rustam Buwono untuk mencari sumber asap. Akan tetapi seperti halnya apa yang terjadi kepada ketiga tim medisnya, kaki dokter Sasongko seperti dilem atau di pakai kepada lantai di bawahnya. “Aduh, kenapa kakiku tidak bisa digerakkan? Apa sebenarnya yang sedang terjadi?” gumam dokter Sasongko dalam hatinya. Sementara itu ketiga tim medis tampak menahan senyum melihat kondisi dokter Sasongko mengalami kejadian seperti yang mereka alami. Sementara itu Jaka Kelud yang sedang melakukan pengobatan pada tubuh Rustam Buwono, tampak memandang
Bab 205. PENDEKAR ATAU PARANORMAL Perawat itu segera melihat telapak tangannya yang tadi digunakan untuk menyentuh lengan Jaka Kelud. Mata perawat itu membelalak lebar, ketika melihat seluruh bagian telapak tangannya melepuh seakan baru saja menyentuh bara api. “Awww… panas… panas… panas…” Dengan panik perawat itu segera berlari untuk mendapatkan pertolongan pertama, meninggalkan Jaka kelud yang sedang berseteru dengan dokter Sasongko. Semua orang juga melihat apa yang terjadi pada perawat yang sebelumnya sangat arogan dan akan menarik tangan Jaka Kelud. Mata mereka membelalak lebar, begitu melihat telapak tangan perawat itu yang berwarna kemerahan dengan kulitnya yang melepuh sangat mengerikan. Sementara itu Jaka Kelud masih berdiri diam sambil memandangi tubuh Rustam Buwono. Tiba-tiba saja kedua tangannya melakukan gerakan menyapu di atas tubuh Rustam Buwono, seperti sedang membersihkan debu atau sesuatu yang mengotori tubuhnya. Ap
Bab 204. MEMAKSA MASUK Mata dokter Sasongko segera menatap Jaka Kelud dengan tajam, dia menegur Jaka kelud yang bukan bagian dari tim medis Rumah Sakit Swasta. “Maaf dokter, saya merasa khawatir dengan kondisi Om Rustam. Jadi saya memaksa untuk memeriksa kondisinya?” “Apa? Apa yang kamu katakan? Apa kamu tidak tahu siapa kami? Dan apa kamu tidak sadar sedang berada dimana?” Dokter Sasongko berkata dengan suara dalam penuh dengan intimidasi, matanya memandangi pemuda di depannya dengan tatapan penuh dengan kemarahan. “Saya tahu, dan… saya juga tahu kalau kalian tidak akan bisa menyembuhkan penyakit yang diderita Om Rustam. Bukankah pak dokter tahu, kalau demam yang dialami Om Rustam melebihi waktu lima jam, otaknya akan rusak dan dia akan segera mati.” Jaka Kelud berkata dengan suara datar, akan tetapi setiap perkataannya menusuk ulu hati dokter Sasongko dan tim kesehatan lainnya. “Apa? Kamu merendahkan kami?” gertak dokter Sasongko sambil menggert
Bab 203. MENEROBOS RUANG ICU Melihat situasi yang membingungkan ini, Jaka Kelud hanya bisa berdiri diam, tidak tahu harus melakukan apapun. Hingga akhirnya Melati Sugiri bisa mengendalikan emosinya, sambil tersenyum canggung dia meminta maaf kepada Jaka kelud. “Maaf nak Jaka, tante jadi membasahi pakaian kamu.” “Tidak apa-apa tante, saya memaklumi apa yang dilakukan tante,” hibur Jaka Kelud sambil tersenyum untuk menenangkan hati Melati Sugiri. “Tante, sebenarnya apa yang terjadi dengan OM Rustam kalau saya boleh tahu?” Melati Sugiri terdiam sebentar mendengar pertanyaan Jaka Kelud, dia mulai bercerita mengenai keadaan Rustam Buwono. “Tadi sekitar pukul satu dini hari, Om Rustam mengigau saat tidurnya. Dan saat diperiksa, ternyata dia mengalami demam tinggi hingga empat puluh lima derajat. Demam yang begitu tinggi membuat kesadaran Rustam Buwono dalam situasi darurat. Menurut artikel yang pernah tante baca, jika seseorang
Bab 202. PERASAAN ANEH DI HATI MELATI SUGIRI “Aneh, kenapa saya bisa mimpi yang begitu aneh? Bukankah ayahku adalah pak Sarno? Kenapa saya malahan bermimpi dan memanggil Om Rustam Buwono dengan panggilan ayah? Sebenarnya ada apa dengan pikiranku? Apakah karena aku merindukan ayah? Tapi tidak mungkin, bukankah ayah sudah tiada? Dan sekarang sudah tenang di alam baka.” Kepala Jaka dipenuhi dengan berbagai pikiran mengenai orang tuanya yang sudah meninggal dunia. Tentu saja Jaka Kelud tidak tahu kalau dia dengan Rustam Buwono mempunyai hubungan darah, sehingga apa yang terjadi padanya dia akan mendapatkan firasat buruk tentangnya. “Jaka pergilah ke Rumah Sakit Swasta dan jenguk Rustam Buwono.” Suara parau yang seakan datang dari alam lain terdengar lagi menggema di telinga Jaka Kelud. “Memangnya apa yang terjadi dengan Om Rustam, kakek guru?” “Pergilah sebelum terlambat,”suara tanpa rupa itu kembali terdengar memerintah.
Bab 201. MIMPI BURUK “Apa? Bagaimana suhu tubuhnya naik menjadi empat puluh lima derajat? Kamu segera panggil dokter jaga untuk menangani bapak Rustam Buwono, saya akan segera sampai ke Rumah Sakit.” Begitu memberi perintah kepada perawat Maya, panggilan telepon diakhiri. Dengan ekspresi panik, dokter Sasongko langsung mencuci mukanya dan mengganti pakaian seadanya, kemudian keluar dari rumah setelah berpamitan kepada istrinya. Malam sangatlah larut, bahkan bisa dibilang sudah dini hari karena menurut waktu yang lewat tengah malam, maka waktu sudah berganti ke hari berikutnya. Tiga puluh menit kemudian sampailah dokter Sasongko di Rumah Sakit Swasta. Dengan langkah cepat dokter Sasongko berjalan menuju ruang VVIP nomor sepuluh, dia hanya menganggukkan kepala ketika satpam dan perawat yang berjaga menyapa dirinya. “Bagaimana keadaan bapak Rustam? Apakah demamnya sudah turun?” Terdengar suara seseorang yang baru saja masuk kedalam ruang VVIP
Bab 200. RUSTAM BUWONO DARURAT Tubuh Rustam Buwono tiba-tiba saja menggigil seperti orang yang kedinginan dengan mulut terus mengigau seperti orang kepanasan. Sementara itu di wajah dan tubuhnya dipenuhi dengan keringat sebesar biji jagung yang langsung membuat pakaian yang dikenakannya basah kuyup. Mata Melati Sugiri yang sedang terpejam tampak bergerak-gerak, kemudian terbuka lebar. Seketika itu juga dia menoleh ke arah sumber suara, matanya segera membelalak lebar. Dengan cepat dia berdiri dari atas sofa dan menghampiri brankar dimana Rustam Buwono berada. “Sayang, kamu kenapa? Apanya yang sakit?” dengan suara penuh dengan kekhawatiran, Melati Sugiri segera menyentuh kening Rustam Buwono. “Aduh, kenapa suhu tubuhnya panas begini? Dokter, mana dokter?” Dengan panik Melati Sugiri segera menekan tombol darurat yang ada di atas brankar, untuk memanggil dokter jaga atau perawat untuk datang memeriksa suaminya. Hanya beberapa menit se
Bab 199. MENGALIHKAN SASARAN SANTET “Aki tidak bisa melakukan apapun, bagaimana akan mengirim santet, kalau aki tidak tahu nama maupun wajahnya? Sebaiknya kamu cari target lain atau kamu selidiki terlebih dahulu, bagaimana caranya agar kamu bisa menemukan orang itu.” Kepala Anton Buwono langsung terasa pusing, ketika Aki Buwono menyarankan menyantet orang lain, atau dia mencari tahu terlebih dahulu siapa nama orang yang tidak terlihat wajahnya. Anton Buwono terdiam setelah mendengar saran dari Aki Buwono. Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya dia berkata, “Ki, kalau Aki menyantet kakak saya apa bisa? Tapi jangan mengirimi santet benda atau sesuatu yang mencurigakan.” “Maksudnya?” Aki Salaka kembali bertanya, untuk mengetahui lebih spesifik apa yang diminta Anton Buwono. “Sebenarnya saya datang kemari untuk mencari tahu dalang dari penyebar video pengakuan anak buah saya dan menyantet nya. Akan tetapi karena orang itu tidak kita ketahui w
Bab 198. PENAMPAKAN TUBUH TANPA WAJAH Cahaya putih itu perlahan berubah, detik demi detik hingga akhirnya di dalam air yang ada di Pusaka Kaca Benggala memunculkan sebuah pemandangan kota yang sangat menakjubkan serta indah. Pemandangan itu berupa sebuah jembatan berwarna merah yang lebih dikenal sebagai Jembatan Ampera yang membelah sungai Musi di kota Palembang. Perlahan pasti pasti seperti sebuah trailer sebuah film box office, di dalam air yang telah berubah menjadi layar monitor televisi. Dari layar monitor ajaib itu menayangkan sebuah pemandangan indah dari jembatan Ampera menuju sebuah rumah sederhana yang ada di sebuah perkampungan. Kemudian muncullah sosok Rois yang sedang berdiri dengan ketakutan menghadap ke seseorang yang memakai pakaian serba hitam. Mata Anton Buwono semakin di tajamkan saat melihat sosok Rois, yang merupakan anak buahnya pelaku penabrak mobil Rustam Buwono. Mata Anton Buwono lebih tepatnya dia sedang menajamkan p