Share

Bab 229. Impian Raden Prana Kusuma.

Sekar Pandan tersenyum. Matanya tidak lepas dari bulan di atas sana. Dia paling suka melihat bulan purnama. Dia menyakini bahwa bulan itu penampakan ibunya yang telah meninggal saat melahirkan dirinya. Kata kedua bibi pengasuhnya, kecantikan ibunya laksana bulan purnama di langit.

"Di tempat itu ada air terjun, sungai dan pepohonan yang rindang dan teduh. Sekar, kau tahu di mana tempat itu berada?"

Sekar Pandan tidak menjawab. Dia masih sibuk menatap wajah bulan.

Raden Prana Kusuma menyentuh pundak gadis itu. Barulah Sekar Pandan tersadar. Dia mengangkat kedua alis melengkungnya.

"Jadi kau tidak mendengarku?"

Sekar Pandan menatapnya heran. Raden Prana Kusuma mendesah, "Sudahlah. Mungkin hanya aku sendiri yang terlalu berpikir aneh."

Dengan hati dongkol pemuda itu melangkah pergi dengan diiringi tatapan tidak mengerti Sekar Pandan. Gadis itu memang tidak mendengar gumaman Raden Prana Kusuma karena dia sendiri sibuk berbicara di da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status